Pendahuluan.
Siapa
yang tidak mengenal seorang yang bernama Muhammad di dunia ini? Siapa
yang tidak mengetahui keteladanan Muhammad di dunia ini? Dan siapa
pula-lah yang tidak mengetahui kehormatan nama seorang Muhammad di muka
bumi ini? Beliau adalah salah seorang hamba pilihan yang mendapat gelar
habîb al-llâh karena kedekatannya dengan Allah swt. Tentu nama besar
Muhammad amat sangat diakui oleh semua kalangan. Apapun statusnya,
apapun tradisinya, apapun agamanya, semuanya mengetahui kredibilitas
Muhammad saww.
Menanggapi
tentang rasulullah Muhammad saww, maka ada beberapa kekhususan yang
beliau miliki daripada nabi-nabi lain. Salah satunya yakni dikenangnya
hari kelahiran beliau, sebagai hari yang menggembirakan yang seakan-akan
telah membuka tabir kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, dan
hal ini memang terbukti benar. Karena beliau mampu merubah tradisi,
adat, budaya atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat Arab jahiliyyah menjadi
masyarakat yang berpendidikan, berpredikat mulia dan diakui keistimewaannya hanya dalam kurun waktu 21 tahun, sehingga beliau
bersabda: “Sebaik-baiknya bangsa adalah bangsa Arab, dan sebaik-baiknya klan adalah klan Bani Hasyim”.
Apa
yang menjadikan bangsa Arab istimewa? Jawabannya adalah karena mereka
mendapatkan anugerah atas penempatan Rasulullah saww sebagai bangsa
Arab. Lalu mengapa Bani hasyim adalah klan yang paling utama dari
klan-klan Arab lainnya? Karena Risalah kenabian ada di dalam tubuh nasab
Bani Hasyim. Bahkan beberapa dari ulama juga mengatakan lebih dari itu,
karena tampuk keimamahan juga berada dalam silsilah klan Bani Hasyim.
Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk mengungkap beberapa keutamaan-keutamaan
dan akhlak Rasulullah saww dalam segala aktifitasnya. Dengan tujuan
untuk mengenang kembali kemuliaan Rasulullah Muhammad saww dihari
kelahirannya. Semoga makalah yang jauh dari kesempurnaan ini dapat
memiliki berkah atas beliau dan keluarganya, amin.
Beberapa Kekhususan dan Keistimewaan Nabi saww di mata Allah swt.
Banyak
ulama yang alam kitab-kitab manaqibnya mereka menyebut kekhususan dan
keisitmewaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad saww. Mereka menngatakan
antara lain: “Alam Wujud ini diciptakan oleh Allah swt demi Rasulullah
saww.” , beberapa hadits tentang keutamaan terserbut adalah:
“Setelah
Adam berbuat kesalahan (melanggar larangan Allah) ia mohon: “Ya Rabb,
demi kebenaran Muhammad Engkau Mengampuni Dosa kesalahanku.”. Allah
bertanya: “Bagaimana engkau mengenai Muhammad?” Adam Menjawab: “Ketika
Engkau menciptakanku dengan tanganMu dan setelah Engkau tiupkan bagian
dari ruh-Mu kepadaku, kuangkatlah kepalaku klulihat pada penyangga arsy
termaktub: LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH. Aku mengerti bahwa
engkau tidak akan menempatkan nama lain di samping nama-Mu kecuali
makhluk yang paling Engkau cintai”, Allah menjawab: “Hai Adam, engkau
benar. Kalau bukan karena Muhammad Aku tidak menciptamu.”
Imam
Asyakir meriwayatkan sebuah hadits dari Salman Al-Farisy, bahwa ia
(Salman) pernah mendengar sendiri penjelasan yang pernah diberikan oleh
Rasulullah saww, bahwasanya pada suatu hari turun malaikat Jibril kepada
beliau lalu berkata: “Allah
Tuhanmu berfirman kepadamu: “Jika Aku dahulu telah mengangkat Ibrahim
sebagai Khalil (Nabi yang terdekat), sekarang engkau telah kuangkat
sebagai habib (kekasih). Aku tidak menciptakan makhluk apa pun yang
lebih mulia di sisi-Ku daripadamu. Dunia dan semua penghuninya
Kuciptakan untuk Kuperkenalkan mereka akan kemuliaanmu dan kedudukanmu
di sisi-Ku. Jika bukan karena engkau dunia ini tidak Kuciptakan!”
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107).
Firman
Allah tersebut telah meastikan bahwa Muhammad saww adalah rahmat bagi
aalm semesta, dan untuk mewujudkan rahmat itu Allah menciptakan alam
semesta. Jadi alam semesta ini adalah pengejawantahan, manifestasi atau
perwujudan rahmat Ilahi. Karenanya tidak keliru jika dikatakan bahwa
alam semesta ini diciptakan demi rahmat yang terkait padanya, yakni
Muhammad saww.
Keutamaan Nabi Muhammad saww Lainnya.
· Muhammad saww adalah Nabi dan Rasul satu-satunya yang berketurunan sepanjang Sejarah Zaman.
Sejak Allah menciptakan
Adam hingga Muhammad saww, di antara mereka yang silsilah keturunannya
berdata lengkap dan jelas hingga dapat kita ketahui di zaman dewasa ini
hanyalah rasulullah Muhammad saww. Dalam hal itu, yang lebih khusus lagi
bahwa tak ada seorangpun dari keturunan beliau yang menjadi penganut
agama lain selain agama bawaan beliau, yakni Islam.
Berkaitan
dengan hal ini, dapat kita ketahui bahwa Al-Qur’an pun juga membahas
tentang karunia yang Allah berikan kepada beliau atas keturunan yang
beliau miliki:
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu ni'mat yang banyak. Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang
membenci kamu dialah yang terputus (keturunannya) .” (QS. Al-Kautsar: 1-3).
Ada
beberapa riwayat mengenai sebab turunnya surat tersebut. Antara lain
adalah: ketika putra Nabi Qasim wafat dalam usia yang masih kecil, kaum
musyrikin Quraisy (antara lain Walid ibn AL-Mughirah, Wa’il ibn Al-Ash)
mengejek beliau dengan mengatakan bahwa “Muhammad tidak memiliki
keturunan. Maka Rasulullah sangat bersedih mendengar hal itu, kemudian
turunlah wahyu tersebut sebagai lawan tanding dari perkataan kaum
Quraisy tersebut.
Sehingga
putri beliau saww Sayyidah Fathimah Al-Zahra disebut-sebut memiliki
gelar Al-Kautsar/yang banyak keturunannya dikarenakan telah memberikan
keturunan Bani hasyim yang banyak hingga dapat kita jumpai saat ini.
Terdapat
beberapa alasan yang dikemukakan oleh para pendukung penafsir kata
al-kautsar diartikan sebagai keturunan yang banyak. Alasan pertama
adalah konteks sebab turunnya surat itu sendiri, yang terkait atas sikap
Nabi terhadap ejekan kaum Quraisy. Alasan kedua adalah kata “Al-Abtar”
tidak akan menjadi bermakna jika kata “Al-Kautsar” tidak dipahami
sebagai kata yang mencakup makna keturunan yang banyak. Alasan ketiga
adalah kata “Al-Inhar/Wanhar” yang berarti sembelihlah binatang ternak.
Dalam konteks kelahiran anak, hal ini dimaknai sebagai aqiqah, yang
merupakan bukti syukur kita atas kelahiran seorang anak.
· Bershalawat Kepadanya
Keutamaan
lain yang di miliki oleh rasulullah saww salah satunya adalah tuntutan
agar kita bershalawat kepadanya. Sebagaimana yang telah dikutip dalam
Al-Qur’an:
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)".
Dijelaskan
dalam Al-Qur’an bahwa Allah pun dan para malaikatnya bershalawat untuk
Rasulullah saww. Hal ini dikarenakan karena kemuliaan Rasulullah yang
jelas telah melampaui para Nabi-Nabi lainnya.
Ketika turunnya ayat tersebut, para sahabat menanyakan kepada Rasulullah: “Kami tahu bagaimana cara mengucapkan salam kepadamu, namun kami belum tahu bagaimana bershalawat kepadamu.”
Maka Rasulullah menjawab: “Katakan Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ali Muhammad.”.
Apa
tujuan dari shalawat yang sesungguhnya? Mengapa kita dianjurkan utnuk
melakukan shalawat? Beberapa ulama mengatakan bahwa faedah shalawat
adalah bagaikan membuka pintu rahmat Allah swt untuk yang
mengucapkannya. Bershalawat diyakini dapat menjauhkan kita dari
perbuatan yang kurang baik, menjauhkan kita dari godaan Setan. Dalam
riwayat dikatakan bahwa sekeras apa kita membaca shalawat maka sebesar
itulah perisai yang kita miliki untuk menangkis segala godaan dari
Setan.
Shalawat
juga dikatakan mempunyai pahala yang sangat tinggi. Diriwayatkan pernah
Rasulullah bertemu dengan seorang malaikat yang memiliki seribu tangan
dan seribu sayap. Sehingga Rasulullah kagum melihatnya. Kemudian
beberapa saat setelahnya, turunlah hujan, dan malaikat itu berkata: “Ya
Rasulullah, aku mampu menghitung rintik-rintik hujan yang jatuh dimuka
bumi ini dengan tepat, akan tetapi aku tidak mampu menghitung satu hal,” Rasulullah menjawab: “Apa itu wahai malaikat Allah?” malaikat tersebut menjawab: “Aku tidak mampu menghitung banyaknya pahala bagi pengikutmu yang melantunkan shalawat kepadamu.”
Oleh karena itu dikatakan pula dalam hadits, bahwa “sekikir-kikirnya manusia adalah yang tidak ingin bershalawat kepadaku dan keluargaku.”.
Mengapa dikatakan manusia yang tidak bershalawat atas beliau dan
keluarganya adalah manusia yang paling kikir? Karena secara tidak
langsung manusia tersebut telah menolak rahmat yang akan datang
untuknya. Dapat kita bayangkan jika ada manusia yang saking kikirnya
sampai-sampai ia kikir terhadap dirinya sendiri karena menolak rahmat
yang datang dari shalawat yang dicapkannya? Kendatipun pelantunan
shalawat tidak memerlukan modal apapun, melainkan hanya sebuah suara
saja, tidak diperlukan hati yang bersih, tidak
diperlukan harta yang banyak dan tidak diperlukan fisik yang kuat untuk
melantunkannya. Maka dari itu sungguh benar apa yang dikatakan oleh
beliau saww bahwa “sekikir-kikirnya manusia adalah yang tidak ingin bershalawat kepadaku dan keluargaku.”
· KecintaanTerhadap keluarganya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah berkata: “Sesungguhnya
Allah swt telah menciptakan Islam, lalu Dia menciptakan halamannya,
kemudian menciptakan cahayanya, lalu menciptakan bentengnya, kemudia
menciptakan penolongnya. Adapun halamannya adalah Al-Qur’an, cahayanya
adalah hikmah, bentengnya adalah Al-Ma’ruf/perbuatan baik, dan
penolongnya adalah Aku, Ahlulbaitku dan para pengikut kami. Maka
cintailah Ahlulbaitku, para pengikut dan penolong
mereka. Karena, ketika aku diisra-kan ke langit dunia, Jibril
menuturkan nasabku kepada penduduk langit/para malaikat, lalu Allah
letakkan kecintaan kepadaku, kepada Ahlulbaitku dan kepada para pengikut
mereka ke dalam hati para Malaikat. Sehingga kecintaan itu merupakan
titipan/amanah yang ada pada mereka hingga hari kiamat. Kemudian Jibril
membawaku turun kepada penduduk bumi, dan dia menuturkan nasabku kepada
penduduk Bumi, lalu meletakkan kecintaan kepadaku, kepada Ahlulbaitku
dan kepada para pengikut mereka ke dalam hati orang-orang yang beriman
dari umatku. Maka orang-orang beriman dari umatku akan menjaga amanahku
berkenaan dengan Ahlulbaitku hingga hari kiamat.”.
Imam
Syafi'i r.a. dalam banyak syair beliau telah melahirkan rasa cinta dan
kasih sayang beliau kepada Ahlulbait Rasulallah saww. antara syair
beliau yang banyak itu, beliau pernah bermadah: "Wahai Ahlulbait
Rasulullah! Kecintaan kepadamu adalah kewajiban dari Allah, yang turun
dalam al-Quran. Cukuplah bukti betapa tingginya kamu sekalian. Tiada
sempurna sholat tanpa shalawat untuk anda sekalian.".
Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dalam Hadits lain: “Apabila bintang-bintang lenyap, lenyaplah penghuni langit; dan apabila ahli-baitku lenyap, lenyap pula penghuni bumi.”.
Hadits Rasulullah SAW dari Abu Dzar menyatakan :” Ahlul- baitku di tengah kalian ibarat bahtera Nuh. Siapa yang menaikinya ia selamat dan siapa yang ketinggalan ia binasa.”.
Rasulullah bersabda: "Aku
tinggalkan padamu sesuatu, yang apabila kamu berpegang teguh padanya,
niscaya kamu tidak akan sesat sepeninggalku, yang satu lebih agung dari
yang lain, yaitu kitab Allah, yakni tali penghubung antara langit dan
bumi, dan Irtah-ku yaitu ahlulbaitku, keduanya tidak akan berpisah
sehingga berjumpa denganku di telaga Al-Haud. Oleh karena itu
perhatikanlah bagaimana kamu memperlakuka kedua peninggalanku".
Hadits
di atas mengindikasikan bahwa sesungguhnya kecintaan terhadap keluarga
Nabi adalah suatu kewajiban yang diberikan Allah untuk umat Nabi saww.
Sekaligus juga sebagai keutamaan rasulullah saww karena di antara para
Nabi-Nabi, hanya keluarga Rasulullah-lah yang ditempatkan dalam posisi
mulia seperti ini. Padahal pada Nabi-Nabi sebelumnya, justru yang
mengingkari dari dakwah para Nabi tersebut adalah keluarganay sendiri,
seperti yang contohnya yang terjadi pada Nabiyullah Nuh yang ditentang
oleh anaknya sendiri yang bernama Kan’an.
Dalam Al-Qur’an sendiri, perkara keluarga Nabi juga telah sedikit disinggung, yakni pada ayat:
“Itulah yang Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada Al-Qurba". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Al-Syura: 23).
Kata
Al-Qurbâ yang terdapat dalam ayat tersebut ada yang mengartikan sebagai
keluarga suci Nabi atau Ahlulbait. Di dalam kamus lisanul arab, kata
Al-Qurba itu sendiri berarti نقيضُ البُعْدِ/lawan dari jauh.
Dalam pandangan pernyataan mufassir tentang Al-Qurbâ, dikutip dari Dzakhair Al-Uqba dan As-Shawa’iq,
Rasul bersabda: “Sesungguhnya
Allah menjadikan upahku atas kalian adalah kecintaan kepada Ahlulbaitku
dan aku kelak akan benar-benar akan meminta pertanggung-jawaban kalian
tentang mereka.”
Jalaluddin
As-Suyuthi dalam kitab tafsirnya Al-Dûr Al-Mansûr juz 7 halaman 347-348
menyebutkan beberapa riwayat yang menegaskan hal serupa diantaranya
dari Jalur ibn Abbas.
Ibn Mardawaih meriwayatkan dari jalur Ibn Al-Mubarak dari Ibn Abbas terhadap ayat itu, mengatakan: “Hendaknya kalian menjagaku dengan berbaik sikap terhadap keluargaku.”
Al-Hakim
dalam Mustadraknya Juz 3 halaman 172 meriwayatkan dari jalur Imam ‘Ali
ibn Husein Zainal ‘Abidin bahwa Imam Hasan cucu Rasulullah saww berkhotbah ketika Imam ‘Ali gugur sebagai Syahid atas pedang Ibn Muljam: “Siapa
yang mengenal aku pasti ia tahu aku dan yang belum kenal aku maka
ketahuilah bahwa aku adalah Al-Hasan putra Muhammad, aku putra orang
yang membawa berita gembira dan ancaman, dan aku termasuk ahlulbait yang
diwajibkan oleh Allah untuk dicintai dan dipanuti, lalu beliau berkata:
termasuk ayat yang diturunkan kepada Muhammad adalah (sembari membaca
ayat al-mawaddah).”.
· Mukjizat Al-Qur’an.
Jelas
telah kita ketahui bagaimana mukjizat-mukjizat para nabi lainnya. Ada
yang mukjizatnya dengan bentuk kekuatan fisik, seperti contoh Nabi Daud
as. yang mampu membengkokkan besi dan Nabi Ibrahim as. yang kebal
dibakar api, ada yang berbentuk kekuatan sihir, seperti Nabi Musa as.
yang mampu mengubah tongkatnya menjadi ular, dan ada juga mukjizatnya
berbentuk kitab. Hal ini di miliki oleh Nabi Daud as. dengan Zabur, Nabi
Musa as. dengan Taurat, Nabi Isa as dengan Injil. dan Nabi Muhammad saw
dengan Al-Qur’an. Kesemuanya memuat wahyu Allah untuk para pengikut
utusan-Nya tersebut.
Di
antara kitab-kitab tersebut, hanya Al-Qur’an-lah yang dirasa paling
memiliki keistimewaan. Mengapa Al-Qur’an dikatakan yang paling istimewa?
Karena Al-Qur’an memuat wahyu yang selalu sesuai dengan zaman apapun.
Artinya hukum-hukum Al-Qur’an akan berlaku sampai kapanpun hingga hari
kiamat tiba. Hal ini berbeda dengan kitab-kitab para Nabi terdahulu yang
hanya sesuai pada zaman umatnya saja.
Bahasa
Al-Qur’an seperti yang kita ketahui adalah bahasa arab, tapi hal
tersebut bukan mengartikan bahwa Al-Qur’an hanya diperuntukkan bagi
Bangsa Arab saja. Justru dengan diberikannya bahasa Arab atas Al-Qur’an
itu semakin menunjukkan bahwa Al-Qur’an tertuju untuk semua manusia,
karena kaidah bahasa arab yang universal dengan bukti kata-katanya yang
mampu diderivasi dengan banyak arti.
Menurut
Taqi Mishbah Yazdi, salah satu bukti lain dari adanya universalitas
Islam itu sendiri terletak pada Al-Qur’an itu sendiri yang tidak
diwahyukan hanya untuk satu kaum saja atau satu zaman saja, tapi lebih
dari itu, bahwa Al-Qur’an diwahyukan untuk semua umat pasca Isa as
sampai berakhirnya zaman. Lebih khusus lagi yakni pada beberapa teks
Al-Quran yang secara tidak langsung memberikan gambaran universalitasnya
terletak pada ayat-ayat yang berawalkan “Yâ Ayyuhal Al-Nâs”/wahai manusia sekalian atau “Yâ Banî Adam”/wahai
keturunan Adam, ini merupakan indikasi bahwa seruan Al-Qur’an meliputi
seluruh umat manusia. Serta contoh lain ada pada kata-kata kecaman yang
ada pada Al-Qur’an yang ditujukan kepada orang-orang yang ingkar kepada
risalah Nabi Muhammad saw agar selayaknya memeluk Islam.
Dari contoh-contoh tentang universalitas Al-Qur’an di atas yakni semisal “Yâ Ayyuhal Al-Nâs”/wahai manusia sekalian atau “Yâ Banî Adam”/wahai
keturunan Adam, secara tidak langsung dapat kita pahami mengandung
kemutlakan waktu yang tak terbatas atas masa tertentu. Dengan demikian,
beberapa contoh di atas telah membuktikan bahwa Al-Qur’anm sebagai
mukjizat Nabi Muhammad saww yang terbesar tersebut adalah suatu kitab
yang selalu kontekstual dalam segala zaman.
· Penutup Risalah Kenabian/Khatam Al-Anbiyâ’.
Semua para kaum muslim di dunia mengakui Rasulullah Muhammad saww merupakan Nabi terakhir yang terkenal dengan isilah Khatam Al-Anbiyâ’, tidak ada Nabi lain setelahnya, hal ini dijelaskan Al-Quran dalam surat Al-Ahzab: 40.
"Muhammad
itu sekali-sekali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para Nabi-nabi. Dan adalah
Allah yang maha mengetahui segala sesuatu".
Kata khatam itu sendiri sebenarnya berarti menyegel. Jadi maksud kata “Khatam Al-Anbiyâ’”
itu sendiri adalah segelnya para Nabi, yang dalam perkembangannya kata
tersebut diartikan sebagai penutup para Nabi, artinya risalah kenabian
telah usai pasca Nabi Muhammad, sehingga telah dinisbatkan bahwa “la nabiyya ba’dahu/tidak ada nabi lain setelahnya”.
Mungkin timbul pertanyaan "apa peran Nabi Muhammad sebagai “Khatam Al-Anbiyâ’” dalam misi kenabian?". Ada tiga alasan yang akan menjelaskannya.
Pertama,
umat zaman dahulu tidak mampu menjaga kelestarian kitab suci, yang
disebabkan oleh perkembangan mental dan kematangan berfikir. Kitab suci
diubah dan didistorsi, hingga diperlukan pembaharuan pesan. Disamping
Allah telah menjaga Al-Quran dari perubahan, penghilangan ataupun
penambahan dari manusia, pada saat Al-Quran diturunkan, adalah masa
ketika manusia telah melampaui masa kanak-kanaknya dan mampu
melestarikan khazanah keagamaannya. Oleh karena itu tidak ada distorsi
pada Al-Quran, mereka merekamnya dalam ingatan dan tulisannya, agar
tidak terjadi perubahan, kerusakan kepadanya.
Kedua,
umat terdahulu belum mampu memahami suatu program yang umum dan
komperhensif. Pada masa sebelumnya, manusia tidak mampu menerima suatu
program umum bagi jalan yang mereka tempuh dan tidak mampu melanjutkan
perjalanan mereka dengan bimbingan yang mereka tempuh. Tetapi, serentak
dengan tibanya penutup masa kenabian, umat manusia telah mampu menerima
program tersebut. Selain itu, alasan bagi diperbaharuinya agama dalam
kitab suci adalah bahwa manusia belum mampu memahami program yang umum
dan komperhensif. Dengan berkembangnya kemampuan ini, program yang bersifat umum dan komperhensif disuguhkan.
Ketiga,
sebagian besar Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad adalah Nabi yang
mendedikasikan dirinya sebagai pendakwah, bukan pembawa hukum Ilahi.
Nabi-nabi pendakwah kerjanya sebagai marketing, menyebarkan dan
menafsirkan hukum Ilahi pada zaman mereka. Lain halnya dengan Nabi
Muhammad, beliau merupakan pembawa hukum Ilahi, yaitu Al-Quran yang
dibawanya sebagai penyempurna ajaran dari kekurangan-kekurangannya pada
masa terdahulu.
Beberapa Akhlak Mulia Nabi Muhammad saww.
· Jujur.
Nabi
saw, sebelum diutus menjadi rasul, mengadakan perjalanan ke Syiria
untuk kepentingan Khadijah as. Dan Khadijah as ini di kemudian hari
menjadi istrinya. Perjalanan ini, lebih dari sebelumnya, memperjelas
kejujuran dan efisiensinya. Kejujuran dan keandalannya jadi begitu
terkenal, sampai-sampai dia mendapat julukan tepercaya (al-Amin). Orang
mempercayakan penjagaan harta mereka yang berharga kepada Nabi Muhammad
saww. Bahkan setelah diutus menjadi rasul, meskipun memusuhinya, kaum
Quraisy tetap saja menyerahkan penjagaan harta berharga mereka kepadanya
karena merasa yakin akan aman di tangannya. Itulah sebabnya ketika
hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad saww meninggalkan Imam Ali bin Abi
Thalib as untuk beberapa hari demi mengembali-kan titipan-titipan kepada
para pemiliknya.
· Ibadah.
Untuk
sebagian malam, terkadang separo malam, dan terkadang sepertiga atau
dua pertiga malam, Nabi saw selalu melakukan ibadah. Meski siang harinya
sibuk, khususnya selama Nabi saw berada di Madinah, Nabi saww tak
pernah mengurangi waktu ibadahnya. Nabi saw menemukan kenikmatan penuh
dalam ibadah dan berkomunikasi dengan Allah swt. Ibadahnya merupakan
ungkapan cinta dan rasa syukur, dan motivasinya bukan keinginan masuk
surga, juga bukan karena takut neraka. Suatu hari salah seorang istrinya
bertanya kepada Nabi saww, bahwa kenapa Nabi saw begitu kuat
dedikasinya untuk ibadah? Jawab Nabi saww: "Kepada siapa lagi aku mesti bersyukur, kalau bukan kepada Tuhanku?"
Nabi
saww sangat sering berpuasa. Di samping puasa di bulan Ramadhan dan di
sebagian bulan Syakban, Nabi saww selalu puasa dua hari sekali. Nabi
saww selalu melewatkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan
iktikaf di masjid. Dalam iktikaf ini Nabi saww mencurahkan segenap
waktunya untuk ibadah. Namun kepada umatnya Nabi saww mengatakan bahwa
sudah cukup kalau berpuasa tiga hari setiap bulannya. Nabi saww suka
mengatakan bahwa ibadah dikerjakan menurut kemampuan masing-masing, dan
tidak boleh memaksakan diri, karena kalau dipaksakan, maka efeknya akan
buruk. Nabi saww menentang kehidupan rahib, menentang sikap hidup yang
tak mau terlibat dalam urusan duniawi, dan menentang sikap hidup yang
menolak kehidupan berkeluarga. Beberapa sahabat Nabi saww mengutarakan
niat untuk hidup seperti rahib. Nabi sawwmemperingatkan mereka. Nabi saw
sering mengatakan:
“Tubuh, istri, anak-anak dan sahabat-sahabatmu semuanya punya hak atas dirimu, dan kamu harus memenuhi kewajibanmu."
Bila
salat sendirian, salat Nabi saww lama, bahkan terkadang Nabi saww
berjamjam menunaikan salat sebelum subuh. Namun bila salat berjamaah,
salat Nabi saww tidak lama. Dalam hal ini Nabi saww memandang penting
memperhatikan orang-orang usia lanjut dan orang-orang yang lemah
jasmaninya di antara para pengikutnya. Dalam bagian shalat, menurut
riwayat salah seorang istrinya pernah melihatnya beliau ketika sedang
wudhu mukanya begitu pucat serasa takut. Lalu salah seorang istrinya
tersebut bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa mukamu begitu pucat? Padahal engkau hanya ingin menjalankan shalat?” Nabi
saww menjawab: “Ketahuilah bahwa sebentar lagi aku akan menghadap
penguasa alam, yang Maha Kuat lagi Maha perkasa maka bagaimana bisa aku
tidak takut?”
· Kepemimpinan, administrasi dan konsultasi.
Sekalipun
beberapa para sahabat Nabi saww menjalankan setiap perintah Nabi saww
tanpa ragu, dan berulang-ulang mengatakan percaya penuh kepada Nabi saww
dan bahkan mau terjun ke sungai atau ke dalam kobaran api jika saja
Nabi saww memerintahkannya, namun Nabi saww tak pernah menggunakan
cara-cara diktator. Mengenai masalah-masalah yang belum ada ketentuan
khususnya dari Allah swt, Nabi saww berkonsultasi dengan
sahabat-sahabatnya dan menghargai pandangan mereka, dan dengan demikian
membantu mereka mengembangkan pribadi mereka. Ketika Perang Badar, Nabi
saww menyerahkan persoalan mengambil aksi militer untuk menghadapi
musuh, memilih lahan untuk mendirikan tenda, dan mengenai perlakuan
terhadap tawanan, kepada nasihat sahabat-sahabatnya. Ketika Perang Uhud,
Nabi saww berkonsultasi soal perlu tidaknya tentara Muslim bertempur
dari dalam kota Madinah ataukah tentara Muslim perlu keluar dari kota.
Nabi saww juga berkonsultasi dengan para sahabatnya ketika Perang Ahzab
dan Tabuk.
· Teratur dan Tertib.
Semua
tindakan Nabi saww teratur dan tertib. Nabi saww bekerja sesuai dengan
jadwal. Nabi saww mengajak para sahabatnya untuk berbuat sama. Berkat
pengaruh Nabi saww, para sahabat jadi penuh disiplin. Bahkan ketika Nabi
saww memandang perlu merahasiakan keputusan tertentu agar musuh tidak
menaruh syak wasangka terhadap kaum Muslim, para sahabat serta merta
melaksanakan perintah Nabi saww. Misal, Nabi saww pernah memerintahkan
agar para sahabat bergerak esok hari. Keesokan harinya semua sahabat
yang diperintah itu bergerak bersama Nabi saww tanpa tahu maksud
finalnya, dan para sahabat baru tahu maksudnya pada saat-saat terakhir.
Terkadang Nabi saww memerintahkan beberapa orang untuk bergerak ke arah
tertentu, memberikan surat untuk komandan mereka dan memerintahkan agar
komandan tersebut membuka surat itu begitu sampai di tempat tertentu dan
agar bertindak sesuai dengan perintah. Sebelum mencapai tempat
tertentu, mereka tidak tahu maksud mereka dan untuk apa mereka ke sana.
Dengan cara ini Nabi saw membuat musuh dan mata-mata tak tahu apa-apa,
dan sering kali musuh serta mata-mata tak menduganya.
· Metode Berdakwah.
Dalam
mendakwahkan Islam, metode Nabi saww lembut, tidak keras. Nabi saww
terutama berupaya membangkitkan harapan, dan menghindari penggunaan
ancaman. Kepada salah seorang sahabat, yang diutus Nabi saww untuk
mendakwahkan Islam, Nabi saww mengatakan: "Bersikaplah yang
menyenangkan, dan jangan bersikap keras. Katakan apa yang menyenangkan
hati orang, dan jangan buat mereka jadi benci."
Nabi
saww memiliki perhatian yang aktif terhadap dakwah Islam. Pernah Nabi
saww pergi ke Thaif untuk berdakwah. Pada musim haji, Nabi saww suka
menyeru berbagai suku dan menyampaikan pesan Islam kepada mereka. Nabi
saww pemah mengutus Imam Ali bin Abi Thalib as dan pada kesempatan lain
Mu'adz bin Jabal ke Yaman untuk berdakwah. Sebelum ke Madinah, Nabi saww
mengutus Mus'ab bin Umair untuk berdakwah di Madinah. Nabi saww
mengutus sejumlah sahabat ke Ethiopia/Habasyah. Di samping untuk
menghindari penganiayaan kaum musyrik Mekah, mereka mendakwahkan Islam
di Ethiopia dan memuluskan jalan bagi diterimanya Islam oleh Negus, Raja
Ethiopia, dan 50 persen penduduk Ethiopia. Pada tahun ke-6 Hijrah, Nabi
saww mengirim surat kepada pemimpin sejumlah negara di berbagai bagian
dunia dan mengenalkan kepada mereka tentang kenabiannya. Sekitar seratus
surat yang ditulis Nabi untuk berbagai pemimpin, sampai sekarang masih
ada.
REFERENSI:
Syaikh Musa Zanjani. Madinah balaghah, Kumpulan Khotbah, Surat dan Ucapan Nabi Muhammad SAWW. Jakarta. Lentera. 2010.
Lisanul Arab
Ali umar Al-Habsyi. Tafsir Nuur Tsaqalain, Mengungkap: Mutiara Keutamaan Ahlul Bayt. Jakarta. Yayasan Al-Baqir. 1994.
MT Misbah Yazdi. Iman Semesta. Jakarta. Al-Huda. 2005.
HMH. Al Hamid Al Husaini. Keagungan Sayyidina Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salam.yayasan Al hamidiy. 1996.
Murtadha Muthahhari. Falsafah Kenabian. Jakarta. Pustaka Hidayah. 1991