Tak diragukan lagi bahwa para cendikiawan dan intelektual yang adil tak dapat mengingkari kepribadian luhur dan pengaruh Rasulullah Saw, karena semakin mereka meneliti jejak-jejak nabi Islam maka mereka akan menemukan ketinggian akhlak beliau, kemajuan budaya dan peradaban manusia berkat perjuangan beliau. Terkait misi Nabi Muhammad, al-Quran surat al-Ahzab ayat 45-46 menyatakan, "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi."
Dari sebuah wilayah yang menyatukan
benua Asia, Afrika dan Eropa diutuslah para nabi yang menyeru manusia
kepada kebahagiaan. Lima nabi besar yang dikenal dengan sebutan Ulul
Azmi di sebuah wilayah strategis dunia yang saat ini disebut Timur
Tengah dengan beragam metode menyampaikan satu pesan dan memiliki satu
tujuan. Mereka menyebarkan dakwah dan menyeru manusia untuk menyembah
Tuhan Yang Esa dan berupaya menerapkan keadilan di dunia serta memerangi
kezaliman.
Ketika bahtera Nabi Nuh as kandas di
gunung Judi selepas badai topan hebat, Nuh beserta pengikutnya yang
sedikit itu bertekad membangun dunia baru serta memulai sejarah manusia.
Selanjutnya seruan tauhid dan penyembahan terhadap Tuhan Yang Esa Nabi
Ibrahim as memenuhi wilayah Babil. Nabi Musa as dengan
tongkatmukjizatnya dengan tabah menghadapi Fira'un guna menyelamatkan
umatnya dari cengkeraman diktator Mesir tersebut. Fira'un sendiri
menyebut dirinya Tuhan dan rakyat dianggap budak-budaknya.
Setelah Nabi Musa as, Nabi Isa diutus di
tengah-tengah jeritan kaum tertindas. Beliau menyeru umatnya untuk
menyembahTuhan Yang Esa dan memberi kabar gembira akan kedatangan nabi
akhir zaman. Akhirnya setelah kegelapan dan kemusyrikan berkuasa di
tengah masyarakat dan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah Arab,
diutuslah nabi akhir zaman, Muhammad Saw di kota Mekah. Nabi Muhammad
Saw membawa pesan-pesan tertinggi terkait kemuliaan manusia, hak asasi
manusia dan kebebasan sepanjang sejarah.
Nabi Muhammad Saw merupakan manifestasi
kesempurnaan sepanjang sejarah para nabi dan auliya Allah. Menurut
Ayatullah Khamenei, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran,
"Ketika kita menyebut nama Rasulullah, maka seluruh kepribadian besar
Ibrahim, Nuh, Musa, Isa, Luqman dan seluruh hamba-hamba saleh terkumpul
dalam kepribadian nabi akhir zaman ini."
Di peradaban modern saat ini, bersamaan
dengan meluasnya Islam, gerakan anti agama samawi yang paling sempurna
ini oleh kubu ekstrim dan jumud mulai marak. Gerakan Islamphobia ini
sangat terorganisir. Tahun 2006, sentimen anti Islam menemukan dimensi
barunya dengan aksi pelecehan terhadap kesucian Rasulullah Saw oleh
Koran Jyllands-Posten cetakan Denmark. Pada tahun 2011, Terry Jones,
pendeta fanatik Amerika menyatakan berencana membakar al-Quran dan
ulahnya tersebut menambah deretan gerakan Islamphobia di Barat.
Selanjutnya disusul dengan pembuatan dan pemutaran film Film Innocence
of Muslims yang sangat melecehkan Nabi Muhammad Saw kian membongkar
gelombang Islamphobia.
Sementara itu, pribadi agung Rasulullah
yang dihiasi dengan akhlak dan sifat-sifat mulianya tetap bersinar
cemerlang serta tidak ada debu yang mampu menutupinya. Sejarah telah
membuktikan bahwa pelecehan terhadap kesucian Nabi Muhammad hanya
dilakukan oleh mereka yang tidak berpendidikan serta didorong oleh
fanatisme tinggi yang mereka miliki. Abbas Lajevardi, sutradara film
dokumentar Iran beberapa waktu lalu melawat Barat untuk membuat film
"Which freedom".
Abbas Lajevardi pun dilawatannya
tersebut berhasil mewawancarai pendeta Terry Jones dan Kurt Westergaard,
karikaturis Denmark meski penjagaan ketat terhadap keduanya diterapkan
oleh pasukan keamanan. Lajervardi kepada mereka menanyakan, Apakah Anda
membaca al-Quran? Keduanya menjawab, Tidak! Keduanya tidak pernah
membaca al-Quran dan tanpa pengetahuan serta informasi keduanya
menyerang habis-habisan kitab suci tersebut dan Nabi Muhammad Saw.
Dalam kesempatan kali ini kami akan
membawakan pandangan Goethe, penyair kondang Jerman terkait, Nabi
Muhammad Saw. Adakah kata-kata yang lebih mengabadi selain syair atau
puisi? Banyak kata yang dimuntahkan filsuf, pemikir atau nabi, namun –
setelah kitab suci- syair selalu menjadi media komunikasi antargenerasi
yang paling efektif. Ini dibuktikan oleh pencipta syair, yang meskipun
mereka sudah tiada namun karyanya tetap berbicara, senandungnya
senantiasa mendengung, kepak sayap syairnya selalu mendarat di telinga
pendengarnya.
Van Goethe, penyair Jerman terkemuka
abad-18 yang karyanya mengabadi hingga kini, berhasil merekam kemunculan
Muhammad yang dianggapnya sebagai ‘seorang promotor revolusi sosial
yang membawa nilai keadilan dan persaudaraan'. Kata-kata Muhammad begitu
bertuah siapa mendengarnya berbicara, kawan dan lawan akan tunduk
membenarkan. Muhammad melebihi semua penyair dan raja yang
mendahuluinya. Ketika Muhammad mengibarkan panji Quran, Goethe dengan
lantang mengakui: "Kitab ini akan tetap mendapat tempat melampaui
seluruh masa dan mempunyai pengaruh yang kuat."
Goethe sendiri terpengaruh. Bukan hanya
pada seorang Muhammad, tapi juga pada sastra timur yang dikaguminya itu.
Akhirnya pada 1771 dan 1772, ia berinteraksi langsung pada Alquran dan
mulai fasih berbicara dengan Islam dan Muhammad. Sampai-sampai sebagian
pemikir Jerman menganggapnya benar-benar masuk Islam, karena tulisannya
yang banyak memuja nabi umat Islam itu. Tak aneh jika lantas mereka
menuduh Goethe ‘punya hubungan khusus', lebih dari sekadar hubungan
pribadi dengan Muhammad.
Terbukti pada tahun yang sama, Alquran
berhasil diterjemahkan oleh Frederich Megerlin ke dalam bahasa Jerman
dan untuk pertama kalinya terbit. Reaksinya begitu cepat, salah satu
halaman edisi ‘kritikus sastra Frankfurt' memuat kritik tematis terhadap
pusat penerjemahan Alquran itu. Dilihat dari gaya bahasa dan cara
pengungkapannya, penulis yang protes itu ternyata Goethe.
Protes gencar tersebut membuktikan,
Goethe secara eksplisit mengikrarkan diri pada kekecewaannya terhadap
penerjemahan yang serampangan itu. Barangkali karena Goethe punya
persepsi lain tentang Alquran, jauh lebih banyak dari gambaran yang
diungkapkan penerjemah itu. Terlebih lagi Megerlin menulis tentang
Alquran dan Nabi tidak dengan sebenarnya. Goethe begitu intens
mempelajari bahasa dan sastra Arab, baik yang tertulis dalam antologi
karya sastranya atau buku ilmiah yang ia tulis. Salah satu bukunya
West-Ostlicher Divan yang berarti Sastra Timur Oleh Pengarang Barat,
sebagai contoh. Selain ditulis dalam bahasa Jerman, juga ditulis teks
Arabnya Al-Diwan Al-Sharq Li Al-Mu'allif Al-Gharbi.
Seperti perkataan kaum cendikiawan, matahari menyinari alam semesta dan akibatnya muncullah siang dan malam, maka di sektor sosial pun muncullah seorang nabi dan dengan cahayanya ia menampakkan kebenaran secara nyata. Fenomena siang dan malam sama halnya dengan pembaharuan dan dimulainya kehidupan. Dalam pandangan kaum cerdik pandai, para nabi juga memainkan peran dalam memperbaharui manusia dan berperan aktif dalam memperkokoh sebuah masyarakat. Sama seperti matahari menjadi pusat gravitasi galaksi dan sumber gerakan dalam tata surya, para nabi pun menjadi pusat gravitasi manusia dan sumber perubahan serta kesempurnaan.
Oleh karena itu, turunnya ayat dan wahyu terhadap nabi terakhir, Nabi Muhammad Saw merupakan pemicu gerakan besar di umat manusia dan sumber kejayaan manusia. Dalam bayang-bayang ajaran Rasulullah, bangsa jahiliyah dan tidak beradabmengalami perubahan 180 derajat. Nabi Muhammad berhasil mendidik sebuah bangsa yang kejam dan tidak beradab menjadi sebuah bangsa yang beradab, penuh pengorbanan, penyayang serta berhasil menaklukkan negara dan peradaban lain di dunia.
Dalam sejarah disebutkan, di sebuah pertempuran sejumlah tentara Muslim menderita luka-luka. Salah satu pejuang yang sehat membawakan air bagi mereka, setiap dari mereka yang terluka menolak meminum air dan menganjurkan yang lain terlebih dahulu meminumnya, akhirnya seluruh korban yang terluka tersebut gugur syahid setelah menderita rasa dahaga.
Berkat ajaran Rasulullah, terperciklah semangat untuk belajar menulis dan membaca di tengah masyarakat sehingga umat Islam saat itu berhasil menggapai berbagai ilmu pengetahuan dan sains. Sedikit demi sedikit didirikanlah sekolah dan pusat-pusat riset ilmiah. Iran sendiri bangkit berkat ajaran mulia dan tinggi Islam. Menyusul era penaklukan umat Muslim, berbagai ilmu pengetahuan juga mengalir ke Timur dan Selatan Eropa. Selanjutnya akibat perang Salib dan bersentuhannya Eropa dengan ideologi, manuskrip dan ilmu pengetahuan modern di peradaban Islam, akhirnya sumber-sumber ilmu pengetahuan mengalir ke Eropa. Tak diragukan lagi sumber kejayaan ilmu manusia ini adalah ajaran al-Quran dan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw.
Ketika kita membukan lembaran sejarah, kita menemukan adanya pergerakan anti Rasulullah. Mereka yang menjahui dasar-dasar akal dan rasio serta moral, mulai melecehkan dan menghina kepribadian agung Rasul. Harapan mereka adalah mencegah pengaruh luas agama Islam yang dibawa oleh beliau. Di sisi lain, ada sekelompok manusia berakal dan cerdik. Mereka ini sangat menghormati kepribadian Nabi Muhammad Saw yang dihiasai dengan akhlak mulia.
Di antara kelompok ini terdapat penulis dan pengamat terkenal di dunia. Meski mereka non Muslim, namun mereka mencitrakan kepribadian Nabi dengan adil kepada masyarakat Barat tanpa tendensi tertentu. Cahaya Islam yang bersinar terang di dunia dan pengaruh besar al-Quran membuat setiap pemikir dan cendikiawan tunduk serta sangat menghormati kepribadian Rasulullah Saw.
R.F. Boodli, sejarawan Kristen Barat sangat terpengaruh dengan dakwaan sesamanya terhadap al-Quran dan Nabi Muhammad Saw. Di bukunya "Kehidupan Muhammad" Boodli menulis, "Temasuk keajaiban alam, kita saksikan di tengah masyarakat dunia muncul kecurigaan umum yang tanpa dasar terhadap Muhammad Saw. Padahal kehidupan nabi Islam ini sangat transparan. Saya menulis sebuah buku tentang kehidupan Muhammad dan menyerangnya kemudian saya kembali membaca ulang buku tersebut. Saya sendiri menemukan banyak tulisan yang tidak etis dan rasional. Di buku tersebut, saya juga tidak menjelaskan bagaimana sosok seperti Muhammad mampu membawa ajaran yang membawa manusia ke puncak kesempurnaan?"
Masih menurut Boodli, "…Bagaimana Muhammad mampu mendidik manusia dalam tempo yang cukup singkat dan meletakkan dasar-dasar peradaban Islam yang jaya dan dalam waktu yang singkat bangsa-bangsa besar bergabung dengan dirinya?" Ia menambahkan, "Menundukkan bangsa Arab Badui adalah pekerjaan besar Muhammad. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan Muhammad ini tak kalah dengan mukjizat terbesarnya. Ia mampu menciptakan persatuan di antara kabilah. Manusia yang bersedia untuk berfikir dan merenungkan dengan dalam, akan terpesona dengan hikmah dan kecakapan Muhammad. Mereka ini akan senantiasa menyaksikan Muhammad selalu hidup di setiap zaman dan tidak pernah mati."
Thomas Carlyle, cendikiawan asal Inggris menilai pelecehan terhadap kesucian Nabi Muhammad Saw akibat dari kelemahan rasio. Ia mengatakan, "Ini adalah aib sangat beasr bagi manusia beradap saat ini yang bersedia mendengarkan dan menuruti klaim bahwa Muhammad seorang penipu. Sudah waktunya kita memerangi pendapat kosong dan memalukan seperti ini, karena ajaran dan agama yang dibawa Muhammad selama berabad-abad tetap bersinar terang."
Carlyle menambahkan, "Saudara-saudaraku! Apakah kalian dapat menerima seorang pembohong mampu membuat agama universal seperti ini dan menyebarkannya ke seluruh dunia? Saya berani bersumpah bahwa dakwaan seperti ini sangat mengherankan. Karena orang bodoh bahkan tidak mampu membangun sebuah rumah. Bagaimana ia mampu membawakan agama seperti Islam kepada masyarakat?"
Cendikiawan Inggris ini lebih lanjut menandaskan, "Ini adalah sebuah penderitaan besar di mana masyarakat dunia tanpa memperhatikan akal dan dalih dengan mudah menerima dakwaan seperti ini. Saya katakan bahwa mustahil pribadi agung seperti Muhammad berkata bohong. Sejarah kehidupannya menunjukkan sejak mudanya, Muhammad adalah pribadi yang pintar dan cerdas. Seluruh kehidupan Muhammad baik pekerjaan dan sifat mulianya didasarkan pada kesucian dirinya dan kebenaran. Kalian perhatikanlah setiap perkataan Muhammad! Apakah kalian menemukan setiap perkataannya mengandung wahyu dan mukjizat? Muhammad adalah pembawa pesan dari sumber yang tak pernah putus bagi kita semua. Tuhan telah menganugerahkan ilmu dan hikmah-Nya kepada pribadi agung ini.".
Orientalis dan Islamolog Inggris menulis, "Saya sejak 40 tahun lalu
hingga kini di seluruh artikel dan buku yang saya tulis tentang Nabi
Muhammad Saw, senantiasa menekankan poin ini bahwa saya membenarkan
perkataan Muhammad bahwa al-Quran bukan dari dirinya namun dari Allah
yang diwahyukan kepadanya. Sejak tahun 1953, ketika saya menulis buku
"Muhammad at Mecca", saya senantiasa meyakini bahwa al-Quran wahyu
Ilahi."
Ia menambahkan," Kesiapan Muhammad menerima tantangan atas keyakinannya, ketinggian moral para pengikutnya, serta pencapaiannya yang luar biasa semuanya menunjukkan integritasnya. Mengira Muhammad sebagai seorang penipu hanyalah memberikan masalah dan bukan jawaban. Lebih dari itu, tiada figur hebat yang digambarkan begitu buruk di Barat selain Muhammad."
Sementara dalam bukunya Muhammad at Medina, William Montgomery menulis, "Lebih banyak merenungkan sirah Muhammad Saw dan sejarah awal permulaan Islam, manusia akan merasa lebih kagum dan heran menyaksikan kemenangan dan kemajuan sangat luas yang telah diraih oleh beliau. Situasi seperti pada waktu itu telah dijumpai oleh beliau yang sangat jarang sekali dijumpai oleh orang-orang lain, sehingga beliau seorang insan yang sangat cocok dan sesuai sekali dengan keadaan zaman pada waktu itu. Jika beliau tidak mempunyai pandangan jauh ke depan, sebagai negarawan, tidak mempunyai kemampuan yang istimewa untuk menjalankan pemerintahan, tidak tawakkal kepada Allah dan tidak yakin sepenuhnya bahwa Allah telah mengutus beliau maka kisah kehidupan beliau yang sangat penting dan patut dikenang itu akan terlupakan oleh sejarah."
Montgomery menambahkan, "Saya sangat berharap semoga hasil penelitian riwayat hidup beliau yang saya susun ini akan menolong dan menambah wawasan dalam memberikan penilaian dan penghargaan terhadap salah seorang anak cucu Adam yang sangat agung dan sangat mulia ini."
Setelah enam abad dari kenabian Isa as, Allah Swt mengutus nabi penutup yang mengemban misi mengajak umat manusia menyembah Tuhan Yang Esa, menebar kecintaan dan kasih sayang, menegakkan keadilan dan menjunjung tinggi kehormatan manusia dengan dasar ajaran wahyu. Utusan Tuhan ini adalah sosok yang telah ditegaskan oleh Nabi Isa as. Ia adalah Muhammad Saw dan menjadi penutup para nabi. Para nabi terdahulu senantiasa menghormati dan membenarkan ajarannya.
Nabi Muhammad Saw mengesakan sang Pencipta alam semesta dan memuji-Nya. Ia pun menolak sesembahan selain Allah yang diklaim oleh manusia. Sejumlah pemimpin fanatik gereja mengklaim bahwa ajaran nabi penutup ini kontradiksi dengan ajaran Isa al-Masih as, oleh karena itu mereka bangkit menentang ajaran Islam. Namun sejak akhir abad ke 18 hingga kini, sejumlah ilmuwan dan tokoh Eropa mamaparkan beragam hasil risetnya terkait Nabi Muhammad yang patut untuk dicermati.
Johann Wolfgang von Goethe, penyair terkenal Jerman dalam karya pertamanya terkait sosok Rasulullah Saw menilai beliau sebagai sosok terbesar pengaruhnya baik dari sisi ideologi maupun spiritual. Ia berkata, "Dia seorang Rasul dan bukan penyair, dan oleh karenanya Al-Quran ini hukum Tuhan. Bukan buku karya manusia yang dibuat sekadar bahan pendidikan atau hiburan".
Thomas Carlyle, sejarawan asal Skotlandia dalam sebuah pidato legendarisnya di London memuji Nabi Muhammad, sang pembawa ajaran Islam sebagai manusia utama dan besar dalam sejarah. Ia juga mencela pandangan miring dan penuh rasa dengki Barat terhadap Muhammad. Ia berkata, "(Betapa menakjubkan) seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua dekade. "Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri. Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia."
Dalam masa ini pula orientalis Eropa mulai merambah ke wilayah Islam dan menyaksikan dari dekat budaya dan peradaban serta ideologi muslim. Namun demikian masih ada sebagian dari mereka yang memberikan laporan palsu dan tak sesuai dengan realita budaya serta ajaran Islam yang mereka saksikan dari dekat. Apa yang mereka lakukan tersebut sejatinya kelanjutan dari permusuhan gereja terhadap Islam.
Di sisi lain, secara bertahapkecenderungan terhadap irfan Islam dan tradisi Timur mulai berkembang di Eropa. Mengingat kecenderungan ini, Islam dinilai sebagai agama fitrah yang memiliki ajaran yang bersih dan bersumber pada nilai-nilai spiritual. Di Jerman, Rainer Maria Rilke, penyair dan penulis, sangat terpengaruh oleh ajaran Islam. Ia memuji Islam sebagai agama yang pemeluknya memiliki interaksi langsung dengan Tuhan dan untuk sampai kepada Tuhan pengikut Islam tidak membutuhkan perantara.
Tahun-tahun pasca dekade 50-an, Islamolog dan orientalis di Eropa mulai merujuk langsung pada sumber serta rujukan Islam dan mereka mulai meninggalkan pandangan fanatik Barat terhadap Islam. Kelompok ini mendapat kesadaran setelah al-Quran diterjemahkan ke dalam bahasa mereka di mana mereka menemukan bahwa Muhammad merupakan manusia ajaib, agung dan terhormat serta sama sekali berbeda dengan pandangan yang ada.
Dengan pengetahuan baru yang mereka hasilkan tentang Islam, para cendikiawan giat mengkaji ajaran spiritual dan sosial agama ini demi mamahami Islam lebih baik. Oleh karena itu, sebagian orientalis dan cendikiawan Eropa yang menulis buku mengenai Nabi Muhammad Saw dalam beberapa tahun terakhir terlihat lebih realistis dalam karya mereka. Mereka berusaha menyingkap sisi samawi nabi akhir zaman ini dengan lebih baik. Buku Muhammad: Prophet and Statesman (Muhammad: Nabi dan Negarawan) karya William Montgomery Watt merupakan karya yang paling terkenal dalam hal ini.
William Montgomery Watt (lahir 14 Maret 1909 di Ceres, Fife, Skotlandia – wafat 24 Oktober 2006; Edinburgh, Skotlandia[1]) adalah seorang pakar studi-studi keislaman dari Britania Raya, dan salah seorang orientalis dan sejarawan utama tentang Islam di dunia Barat.
Montgomery Watt adalah seorang profesor Studi-studi Arab dan Islam pada Universitas Edinburgh antara tahun 1964-1979. Ia juga merupakan visiting professor pada Universitas Toronto, College de France, Paris, dan Universitas Georgetown; serta menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity dari Universitas Aberdeen. Dalam hal kerohanian, Montgomery Watt adalah pendeta (reverend) pada Gereja Episkopal Skotlandia, dan pernah menjadi spesialis bahasa bagi Uskup Yerusalem antara tahun 1943-1946. Ia menjadi anggota gerakan ekumenisme "Iona Community" di Skotlandia pada 1960. Beberapa media massa Islam pernah menjulukinya sebagai "Orientalis Terakhir". Montgomery Watt meninggal di Edinburgh pada tanggal 24 Oktober 2006, pada usia 97 tahun.
Setelah bersentuhan langsung dengan ajaran Islam, Watt mulai mengkaji kehidupan Nabi Muhammad. Tahun 1937 karena sebuah kejadian, Watt tertarik pada Islam. Tahun itu, yang menyewa rumah Watt adalah seorang mahasiswa muslim asal Pakistan. Watt menyebut perkenalannya dengan mahasiswa muslim ini sebagai titik awal interaksinya dengan agama yang belum pernah ia kenal.
Di tahun 1953, Watt menulis buku Muhammad at Mecca dan tahun 1956 ia menulis buku Muhammad at Medina. Kemudian Watt meringkas kedua bukunya tersebut dalam bukunya Muhammad: Prophet and Statesman. "Saya sejak 40 tahun lalu hingga kini di seluruh artikel dan buku yang saya tulis tentang Nabi Muhammad Saw, senantiasa menekankan poin ini bahwa saya membenarkan perkataan Muhammad bahwa al-Quran bukan dari dirinya namun dari Allah yang diwahyukan kepadanya. Sejak tahun 1953, ketika saya menulis buku "Muhammad at Mecca", saya senantiasa meyakini bahwa al-Quran wahyu Ilahi."
Ia menambahkan," Kesiapan Muhammad menerima tantangan atas keyakinannya, ketinggian moral para pengikutnya, serta pencapaiannya yang luar biasa semuanya menunjukkan integritasnya. Mengira Muhammad sebagai seorang penipu hanyalah memberikan masalah dan bukan jawaban. Lebih dari itu, tiada figur hebat yang digambarkan begitu buruk di Barat selain Muhammad."
Sementara dalam bukunya Muhammad at Medina, William Montgomery menulis, "Lebih banyak merenungkan sirah Muhammad Saw dan sejarah awal permulaan Islam, manusia akan merasa lebih kagum dan heran menyaksikan kemenangan dan kemajuan sangat luas yang telah diraih oleh beliau. Situasi seperti pada waktu itu telah dijumpai oleh beliau yang sangat jarang sekali dijumpai oleh orang-orang lain, sehingga beliau seorang insan yang sangat cocok dan sesuai sekali dengan keadaan zaman pada waktu itu. Jika beliau tidak mempunyai pandangan jauh ke depan, sebagai negarawan, tidak mempunyai kemampuan yang istimewa untuk menjalankan pemerintahan, tidak tawakkal kepada Allah dan tidak yakin sepenuhnya bahwa Allah telah mengutus beliau maka kisah kehidupan beliau yang sangat penting dan patut dikenang itu akan terlupakan oleh sejarah."
Montgomery menambahkan, "Saya sangat berharap semoga hasil penelitian riwayat hidup beliau yang saya susun ini akan menolong dan menambah wawasan dalam memberikan penilaian dan penghargaan terhadap salah seorang anak cucu Adam yang sangat agung dan sangat mulia ini."
Setelah enam abad dari kenabian Isa as, Allah Swt mengutus nabi penutup yang mengemban misi mengajak umat manusia menyembah Tuhan Yang Esa, menebar kecintaan dan kasih sayang, menegakkan keadilan dan menjunjung tinggi kehormatan manusia dengan dasar ajaran wahyu. Utusan Tuhan ini adalah sosok yang telah ditegaskan oleh Nabi Isa as. Ia adalah Muhammad Saw dan menjadi penutup para nabi. Para nabi terdahulu senantiasa menghormati dan membenarkan ajarannya.
Nabi Muhammad Saw mengesakan sang Pencipta alam semesta dan memuji-Nya. Ia pun menolak sesembahan selain Allah yang diklaim oleh manusia. Sejumlah pemimpin fanatik gereja mengklaim bahwa ajaran nabi penutup ini kontradiksi dengan ajaran Isa al-Masih as, oleh karena itu mereka bangkit menentang ajaran Islam. Namun sejak akhir abad ke 18 hingga kini, sejumlah ilmuwan dan tokoh Eropa mamaparkan beragam hasil risetnya terkait Nabi Muhammad yang patut untuk dicermati.
Johann Wolfgang von Goethe, penyair terkenal Jerman dalam karya pertamanya terkait sosok Rasulullah Saw menilai beliau sebagai sosok terbesar pengaruhnya baik dari sisi ideologi maupun spiritual. Ia berkata, "Dia seorang Rasul dan bukan penyair, dan oleh karenanya Al-Quran ini hukum Tuhan. Bukan buku karya manusia yang dibuat sekadar bahan pendidikan atau hiburan".
Thomas Carlyle, sejarawan asal Skotlandia dalam sebuah pidato legendarisnya di London memuji Nabi Muhammad, sang pembawa ajaran Islam sebagai manusia utama dan besar dalam sejarah. Ia juga mencela pandangan miring dan penuh rasa dengki Barat terhadap Muhammad. Ia berkata, "(Betapa menakjubkan) seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua dekade. "Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri. Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia."
Dalam masa ini pula orientalis Eropa mulai merambah ke wilayah Islam dan menyaksikan dari dekat budaya dan peradaban serta ideologi muslim. Namun demikian masih ada sebagian dari mereka yang memberikan laporan palsu dan tak sesuai dengan realita budaya serta ajaran Islam yang mereka saksikan dari dekat. Apa yang mereka lakukan tersebut sejatinya kelanjutan dari permusuhan gereja terhadap Islam.
Di sisi lain, secara bertahapkecenderungan terhadap irfan Islam dan tradisi Timur mulai berkembang di Eropa. Mengingat kecenderungan ini, Islam dinilai sebagai agama fitrah yang memiliki ajaran yang bersih dan bersumber pada nilai-nilai spiritual. Di Jerman, Rainer Maria Rilke, penyair dan penulis, sangat terpengaruh oleh ajaran Islam. Ia memuji Islam sebagai agama yang pemeluknya memiliki interaksi langsung dengan Tuhan dan untuk sampai kepada Tuhan pengikut Islam tidak membutuhkan perantara.
Tahun-tahun pasca dekade 50-an, Islamolog dan orientalis di Eropa mulai merujuk langsung pada sumber serta rujukan Islam dan mereka mulai meninggalkan pandangan fanatik Barat terhadap Islam. Kelompok ini mendapat kesadaran setelah al-Quran diterjemahkan ke dalam bahasa mereka di mana mereka menemukan bahwa Muhammad merupakan manusia ajaib, agung dan terhormat serta sama sekali berbeda dengan pandangan yang ada.
Dengan pengetahuan baru yang mereka hasilkan tentang Islam, para cendikiawan giat mengkaji ajaran spiritual dan sosial agama ini demi mamahami Islam lebih baik. Oleh karena itu, sebagian orientalis dan cendikiawan Eropa yang menulis buku mengenai Nabi Muhammad Saw dalam beberapa tahun terakhir terlihat lebih realistis dalam karya mereka. Mereka berusaha menyingkap sisi samawi nabi akhir zaman ini dengan lebih baik. Buku Muhammad: Prophet and Statesman (Muhammad: Nabi dan Negarawan) karya William Montgomery Watt merupakan karya yang paling terkenal dalam hal ini.
William Montgomery Watt (lahir 14 Maret 1909 di Ceres, Fife, Skotlandia – wafat 24 Oktober 2006; Edinburgh, Skotlandia[1]) adalah seorang pakar studi-studi keislaman dari Britania Raya, dan salah seorang orientalis dan sejarawan utama tentang Islam di dunia Barat.
Montgomery Watt adalah seorang profesor Studi-studi Arab dan Islam pada Universitas Edinburgh antara tahun 1964-1979. Ia juga merupakan visiting professor pada Universitas Toronto, College de France, Paris, dan Universitas Georgetown; serta menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity dari Universitas Aberdeen. Dalam hal kerohanian, Montgomery Watt adalah pendeta (reverend) pada Gereja Episkopal Skotlandia, dan pernah menjadi spesialis bahasa bagi Uskup Yerusalem antara tahun 1943-1946. Ia menjadi anggota gerakan ekumenisme "Iona Community" di Skotlandia pada 1960. Beberapa media massa Islam pernah menjulukinya sebagai "Orientalis Terakhir". Montgomery Watt meninggal di Edinburgh pada tanggal 24 Oktober 2006, pada usia 97 tahun.
Setelah bersentuhan langsung dengan ajaran Islam, Watt mulai mengkaji kehidupan Nabi Muhammad. Tahun 1937 karena sebuah kejadian, Watt tertarik pada Islam. Tahun itu, yang menyewa rumah Watt adalah seorang mahasiswa muslim asal Pakistan. Watt menyebut perkenalannya dengan mahasiswa muslim ini sebagai titik awal interaksinya dengan agama yang belum pernah ia kenal.
Di tahun 1953, Watt menulis buku Muhammad at Mecca dan tahun 1956 ia menulis buku Muhammad at Medina. Kemudian Watt meringkas kedua bukunya tersebut dalam bukunya Muhammad: Prophet and Statesman. "Saya sejak 40 tahun lalu hingga kini di seluruh artikel dan buku yang saya tulis tentang Nabi Muhammad Saw, senantiasa menekankan poin ini bahwa saya membenarkan perkataan Muhammad bahwa al-Quran bukan dari dirinya namun dari Allah yang diwahyukan kepadanya. Sejak tahun 1953, ketika saya menulis buku "Muhammad at Mecca", saya senantiasa meyakini bahwa al-Quran wahyu Ilahi."
Jahiliyah modern sejak lama menarget para pembimbing dan pemberi petunjuk manusia khususnya Nabi Muhammad Saw. Terulangnya skenario ini di Eropa dan Amerika telah membuat khawatir cendikiawan yang memiliki wawasan luas. Mereka mempertanyakan Barat tengah bergerak ke mana? Sejujurnya mengapa pemerintah dan media massa Barat bersikeras menyerang akhlak dan nilai-nilai spiritual dengan cara yang tidak jantan?
Pada kesempatan ini kami akan menyoroti
pandangan Annemarie Schimmel, ilmuwan Barat mengenai Nabi Muhammad.
Annemarie Schimmel, (7 April 1922 – 26 January 2003) dikenal luas
sebagai orientalis asal Jerman paling berpengaruh, yang banyak menulis
tentang Islam dan sufi. Ia adalah professor di Harvard University pada
tahun 1967 hingga 1992. Ia dilahirkan dari keluarga kelas menengah yang
beragama protestan di Erfurt, Jerman. Ayahnya, Paul, adalah pekerja
kantor pos, sedangkan ibunya, Anna, adalah keluarga pelaut dan
perdagangan internasional. Schimmel mengingat ayahnya sebagai teman
bermain yang sangat menyenangkan. Rumahnya dipenuhi dengan buku-buku
seni dan literature lainnya meskipun orangtuanya bukan akademisi.
Dia mulai belajar di University of Berlin
ketika umurnya baru 17 tahun, yaitu pada tahun 1939 semasa pemerintahan
Nazi Jerman. Ia memperoleh gelar Doktor dalam bidang bahasa Arab dan
peradaban Islam ketika berusia 19 tahun. Memasuki usianya yang ke 23
tahun yaitu pada 1946, ia menjadi professor dalam bidang bahasa Arab dan
Studi Islam di University of Marburg, Jerman. Di Perguruan Tinggi
inilah ia meraih gelar doctor yang kedua pada tahun 1954 dalam bidang
sejarah agama-agama.
Titik perubahan kehidupan Schimmel datang
pada tahun 1954 ketika ia ditunjuk sebagai professor dalam bidang
sejarah agama di University of Ankara, Turki. Di sanalah ia menghabiskan
waktu selama lima tahun untuk mengajar dan terjun langsung dalam budaya
dan tradisi mistik Turki.
Pada tahun 1967 hingga 1992, ia menjadi
staf pengajar di Harvard Universtiy dan menjadi professor emeritus dalam
bidang kebudayaan Indo-Muslim. Ia juga menjadi professor kehormatan di
University of Bonn. Schimmel juga telah mempublikasikan lebih dari 50
buku dalam bidang literature Islam, mistik dan kebudayaan, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Persia, Urdu, Arab, Sindhi.
Karya-karyanya dalam studi Islam, sufi, mistik, dan Muhammad Iqbal,
mendapat penghargaan dari pemerintah Pakistan sebagai Sitara-e-Imtiaz
atau Star of Excellence, dan Hilal-e-Imtiaz atau Crescent of Excellence.
Ia juga dianugerahi berbagai macam penghargaan dari berbagai Negara di
dunia. Di antaranya adalah Leopold Lucas Prize of the
Evangelisch-Theologische Faculty of the University of Tubingen, dan
nobel perdamaian dari the German Book Trade pada tahun 1995. Nobel ini
menimbulkan kontroversi karena ia mendukung dunia Islam dalam memberikan
hukuman mati kepada Salman Rushdie pada sebuah wawancara di televisi.
Profesor Annemarie Schimmel, pakar Timur
Tengah termasuk ilmuwan Barat yang memiliki wawasan luas dan adil dalam
memberikan penilaian. Ia meyakini bahwa umat Kristen tak pantas menyiksa
umat Islam. Karena menurutnya, "Muhammad adalah Nabi yang paling
berhasil memunculkan kebangkitan agama di muka bumi. Ia adalah teladan
terbaik bagi manusia yang ingin menemukan jalan kebahagiaan. Sepanjang
zaman, betapa banyak tokoh yang menghormati Muhammad dan bertawasul
kepadanya. Muhammad menyandang gelar paling termulia. Nabi ini selamanya
akan menjadi teladan kebaikan bagi kehidupan."
Pribadi-pribadi besar umat manusia
biasanya dapat dikenal melalui dua metode. Salah satunya adalah ideologi
dan pengaruhnya dalam setiap peninggalan serta karya mereka. Dalam hal
ini seperti al-Quran, mukjizat besar dan agung Nabi Muhammad merupakan
manifestasi dari kebenaran dan kepribadian spiritual beliau. Nabi
Muhammad adalah sosok yang agung dan terpilih dengan kriteria
spiritualnya yang tinggi di mana pemikirannya mampu mempengaruhi dunia.
Muhammad adalah sosok cemerlang di antara
makhluk hidup dan ia senantiasa hidup karena pengaruh ideologinya dalam
kehidupan manusia. Sementara itu, cendikiawan tidak dapat mengabaikan
kebenaran Rasulullah. Schimmel dalam tulisannya menyebut Nabi Muhammad
dengan kiasan "Matahari yang Bersinar Terang".
Dalam bukunya berjudul "Muhammad
Rasulullah" Schimmel menulis, "Tuhan menyinarkan cahaya-Nya yang tidak
terbatas pada waktu dan tempat tertentudi dunia melalui perantara
Muhammad. Ia (Muhammad) adalah cahaya penerang yang muncul dari alam
ghaib. Cahaya ini pada mulanya berada dalam diri Adam as dan kemudian
terpancar pada diri nabi-nabi setelahnya sampai ke Muhammad, cahaya
tersebut mencapai kesempurnaan."
Kemudian Shimmel menggiring opini ke arah
masalah ini bahwa meski setiap nabi mendapat cahaya ini, namun dalam
posisi tertinggi ia tetap berstatus sebagai hamba dan makhluk Allah Swt.
Sisi manusiawi Rasulullah selaras dengan hakikat spiritualnya. Para
urafa dan sufi dalam berbagai ungkapan indahnya terilhami dari cahaya
Muhammad dan memuji dimensi manusiawinya.
Professor Shimmel dalam bukunya Muhammad
Rasulullah menyayangkan kebencian dan permusuhan Barat terhadap utusan
Tuhan ini. Dalam karyanya ini ia berusaha menampilkan dimensi manusiawi
dan spiritual Nabi Muhammad. Shimmel pun memperbaiki pencitraan keliru
Barat terhadap manusia suci ini dan Muhammad dikenalkannya sebagai
seorang nabi yang yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta.
Shimmel di bukunya menulis, "Sosok yang
diutus Tuhan untuk memberi petunjuk dan hidayah manusia haruslah
memiliki sifat terpuji serta berkepribadian unggul. Muhammad sejak kecil
terjaga dari tradisi rusak dan jahiliyah seperti penyembahan berhala.
Ia pun jarang terlibat permainan dengan teman sebayanya. Sejatinya
mengikuti Muhammad sangat penting dari sisi ini bahwa ia terjaga dari
segala bentuk kesalahan dan tidak membiarkan kekotoran serta dosa
menempel pada dirinya. Muhammad adalah pribadi sempurna yang berhasil
mengendalikan hawa nafsu dan syahwatnya. Selama mengarungi kehidupan,
setiap detik dan waktu Muhammad melaksanakan ajaran Ilahi baik dengan
berfikir atau secara praktis. Beliau pun memaksa syaitan tunduk pada
tekad kuat dan membajanya. Nabi Muhammad tenggelam dalam berfikir dan
mencari agama yang lebih muliasaat itu, hingga wahyu Ilahi turun
kepadanya. Keutamaan Muhammad tidak dimiliki oleh orang lain. Bahkan
para ilmuwan menekankan untuk menghormati derajat tinggi Muhammad dan
melarang membandingkannya dengan para raja atau politikus dunia."
Shimmel sangat terkesan dengan kebudayaan
dan peradaban Islam dalam segala bentuk dimensinya. Ia meninggalkan
karya lebih dari seratus buku dan artikel terkait budaya dan irfan Islam
serta tokoh-tokoh yang menonjol agama samawi ini. Sejak tahun 1961
Shimmel mengajar studi keislaman di Universitas Bonn Jerman. Empat tahun
kemudian ia dipercaya menduduki ketua bidang budaya Islam-India di
Universitas Harvard dan pada tahun 1967 mulai mengajar irfan dan sastra
Islam di universitas ini.
Ilmuwan terkemuka Jerman ini melalui
berbagai riset ilmiahnya yang mendalam terkait budaya dan peradaban
Islam menyebut Islam sebagai peninggalan berharga Muhammad dan di tengah
iklim penuh polusi serta propaganda media Barat, Shimmel menyatakan,
"Bagi saya sangat disayangkan petinggi Barat memandang Islam dengan
pandangan negatif. Islam memiliki derajat tinggi yang harus dipandang
secara detail. Agama yang dibawa Muhammad ini telah menarik hati jutaan
manusia. Islam adalah agama perdamaian dan penuh ketenangan serta
keadilan. Agama ini mengutuk keras terorisme dan pembunuhan terhadap
sesama."
Profesor Shimmel selama mengajar dan
melakukan risetnya mengungkapkan ketertarikannya kepada Nabi Muhammad
melalui ibarat yang indah. Dalam pembukaan bukunya "Muhammad
Rasulullah", Shimmel mengatakan, "Ini adalah karya empat tahun
ketertarikan saya kepada kepribadian Muhammad. Kerinduan saya untuk
menghormati Muhammad dan ketinggian derajatnya menuntut saya untuk
menulis sejumlah artikel. Penerbit Jerman mendorong saya untuk merangkai
artikel yang ada dalam bentuk buku.".
Post a Comment
mohon gunakan email