Ustadz Sufyan Baswedan Tantang “MUBAHALAH” Habib Rizieq Shihab.
Satu Islam (8/12/13)-Ceramah Habib Rizieq Shihab pada tanggal 1 Desember 2013 dengan judul ‘Bahaya Takfiri” yang juga disiarkan secara live oleh Radio Rasil, Radio FPI Solo, dan TV Streaming FPI ini selesai tepat pukul 12.00 WIB mendapat tanggapan luas salah satunya adalah Ustadz Sufyan bin Fuad Baswedan, MA seorang Da’i Salafy Takfiri yang sekarang tercatat sebagai Mahasiswa Doktoral Program Ilmu Hadis, Universitas Islam Madinah mewanti-wanti Umat Islam supaya jangan mengikuti PEMAHAMAN BATHIL Habib Rizieq Shihab yang menyatakan bahwa banyak perawi Syi’ah dalam Shahih Bukhori-Muslim.Habib Rizieq: “Sebagai Sunni Syafi’i, tentu kita punya pandangan sendiri tentang Syiah. Namun demikian, antara memandang Syiah dari jauh dengan memandang Syiah dari dekat itu beda. Dari jauh, Syiah itu begini dan begitu. Sedangkan bila dilihat dari dekat, ternyata tidak seperti itu”.
Wahabi Takfiri dan seluruh faksinya akan berhadapan dengan Sunni Syafi’i, Habib Riziq dan Muslim Syi’ah guna melawan segala upaya memecah belah-umat dan NKRI…TAKBIR .
Saya berani mengajak Habib Rizieq Shihab untuk MUBAHALAH dalam hal ini. Silakan buktikan jika ada perawi yang akidahnya seperti Khomeini, atau Kang Jalal, atau dedengkot rafidhah lainnya hari ini, yang haditsnya tercantum dalam Shahihain –dengan syarat yang telah dijelaskan oleh Adz Dzahabi dan Ibnu Hajar tadi-!!
Jadi, perkataan Habib Rizieq Shihab: [jika Syi’ah dikafirkan, sama artinya akan banyak sekali hadis Shahih Bukhari-Muslim yang mesti ditolak.] adalah perkataan yang batil. Batil karena Syi’ah hari ini jauh berbeda dengan Syi’ah tempo dulu. Lebih jauh Habib Rizieq menegaskan bahwa dirinya tidak sedang membela Syi’ah. Justru ia sedang membela Ahlusunnah wal Jama’ah. “Orang yang mengkafirkan Syi’ah, berarti dia sedang menyerang (kitab shahih) Bukhari Muslim, ia menyerang periwayatan Bukhari Muslim. Ia sedang menghancurkan Ahlusunnah wal Jama’ah!]. Ini sungguh aneh bin ajaib… dan ini adalah kesalahan fatal yang dibangun diatas kesalahan pertama, yaitu tidak bisa membedakan antara Syi’ah tempo dulu (Muslimin Ahli Bid’ah) dengan Syi’ah hari ini (Musyrikin Munafikin) demikian Sufyan Baswedan.Perawi Syiah Dalam Hadis Sunni.
Bagi Mereka yang tahu maka perkara ini cukup jelas, memang ada cukup banyak perawi hadis dalam Kitab hadis Sunni baik Kutub As Sittah(Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasai, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah)maupun yang lainnya (Al Mustadrak Al Hakim, Musnad Ahmad, Mu’jam AtThabrani, Shahih Ibnu Khuzaimah) yang ternyata seorang Syiah. Hal ini tidak dapat ditolak bahkan oleh seorang Salafy sekalipun, hanya saja mereka melakukan akrobat untuk berkelit dari dilema mereka.
Sudah seringkali saya melihat bahwa Salafy tidak membedakan apa itu Syiah danapa itu Rafidhah, bagi mereka Syiah ya sama saja dengan Rafidhah dan merekaRafidhah adalah pendusta. Kemudian ketika ditunjukkan bahwa perawi hadis Sunni sendiri banyak yang Syiah, mereka berkelit dengan berkata
“Itulah kejujuran Ulama hadis Sunni, mereka mengambil hadis dari orang-orang yang mereka anggap tsiqah walaupun adalah ahlul bid’ah dengan syarat tidak berlebihan dalam kebid’ahannya atau tidak meriwayatkan kebid’ahannya”.
Dalam hal perawi Syiah, mereka Salafy berakrobat dengan berkata Syiah yang dimaksud disini adalah tasyayyu atau berlebihan dalam mengutamakan Ali RA dari sahabat yang lain bukan Rafidhah. Sekarang baru berkata bahwa Syiah itu berbeda dengan Rafidhah,
_____________________________
Syi’ah Bukan Rafidhah
Posted on Agustus 30, 2007 by Ibnu Jakfari
Al ‘Uqaili berkata, “Muhammad ibn Ismail menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, Hasan ibn Ali al Hulwâni Ismail menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, Muhammad ibn Daud al Haddâni Ismail menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, Aku mendengar Isa ibn Yunus berkata, ‘Aku tidak pernah menyaksikan al A’masy tunduk kecuali sekali, yaitu ketika ia menyampaikan hadis ini, Ali berkata, “Aku adalah pembagi api neraka.” Sampailah berita itu kepada (tokoh-tokoh) Ahlusunnah, maka mereka mendatanginya dan berkata, ‘Mengapakah engkau menyaimpaikan hadis-hadis yang menguatkan orang-orang Rafidhah, orang-orang Zaidiyah dan orang-orang Syi’ah?! Maka ia berkata, ‘Aku mendengarnya lalu aku sampaikan.’ Mereka berkata, ‘Apakah semua yang engkau dengar, harus engkau sampaikan?!!
Ia (Isa ibn Yunus) berkata, “Maka aku menyaksikannya tunduk pada hari itu.” (Dhu’afâ’:4/46)
Dari kutipan data di atas dapat disimpulkan dua hal:
Pertama, Bahwa Syi’ah bukan Rafidhah, dengan demikian kebiasaan kaum Neo Nawashib/Salafy/Wahhabi yang menyebut-nyebut Syi’ah dengan embel-embel Rafidhah adalah menyahali ulama Ahlusunnah wal Jama’ah.
Kedua, Sikap keberatan yang sangat dalam menyampaikan hadis-hadis sahih tentang keutamaan Imam Ali as. sebab khawatir dijadikan senjata orang-orang diluar Ahlusunnah. Dan dengan sikap arogansi kemazhaban ini mereka berharap hadis-hadis keutamaan Imam Ali as. tidak akan tersebar dan diketahui umat Islam agar mereka dapat dengan mudah dibodohi …. dan tentunya ini sangat membahagiakan musuh-musuh Ahlulbait as. dan mendinginkan hati Mu’awiyah dan antek-anteknya yang selalu ada di setiap zaman.
_____________________________
karena mereka tidak berani menisbatkan Syiah disini sebagai Rafidhah yang mereka bilang sebagai Pendusta. Sungguh Sikap Antagonis Yang Menyedihkan.
Untuk membungkam sikap Antagonis Salafy yang menyedihkan itu maka akan ditunjukkan bahwa ada di antara perawi hadis Sunni tersebut yang jelas-jelas seorang Rafidhah.
_____________________________
Syiah adalah Rafidhah?
Juni 28, 2007 oleh Islam Syiah
Pada masa
kekuasaan kerajaan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah para pecinta
Ahlul-Bait sangat ditekan. Tekanan atas Syiah yang dilancarkan oleh
kedua dinasti tadi menggunakan berbagai cara, termasuk propaganda
julukan Rafidhah. Tujuan propaganda tersebut adalah untuk mengisolir
para Syiah dari saudara-saudaranya sesama muslim. Namun tidak sepenuhnya
propaganda itu terlaksana dengan baik. Terbukti ada beberapa pribadi
Syiah –yang diberi gelar Rafidhah– yang terdapat dalam kitab-kitab
standar Ahlussunnah. Dr. al-Qoffari dalam kitab tersebut menyatakan:
“Ibn Taimiyyah menukil (membenarkan) hadis-hadis Marfu’ah yang
menyinggung tentang kata-kata Rafidhah di dalamnya. Padahal, sebutan
Rafidhah hingga abad kedua Hijriyah masih belum dikenal”.
————————————————
Syiah adalah Rafidhah?
Oleh: Muchtar Luthfi
Jika pecinta
keluarga Muhammad saww disebut Rafidhah Maka, saksikanlah wahai Tsaqolan
(jin dan manusia) bahwa diriku adalah Rafidhi. (Diwan imam Syafi’i ra Hal:55)
Prolog:
…dan Rafidhah,
lagi-lagi sebuah julukan yang masih juga diidentikan dengan Syiah
Imamiah. Istilah ini baru dikenal semenjak abad kedua Hijriyah. Itupun
dipakai untuk para penentang kekuasaan tertentu yang berkuasa pada zaman
itu. Para penguasa kala itu ingin menjadikan para penentangnya memiliki
kesan buruk di hadapan publik, oleh karenanya melalui beragam
propaganda mereka mencari julukan negatif bagi mereka yang tidak sejalan
dengan pikirannya. Julukan rafidhah adalah salah satu predikat negatif
yang diberikan oleh penguasa kala itu untuk para penentangnya. Mungkin
pada masa itu, Rafidhah memiliki kemiripan dengan julukan ekstrimis atau
teroris pada zaman sekarang ini. Julukan-julukan miring semacam itu
sengaja dibikin oleh yang kuat terhadap yang lemah, yang mayoritas untuk
yang minoritas, yang zalim untuk yang teraniaya (mazlum)…dsb.
Beberapa pihak yang
tidak bertanggungjawab ingin memberikan julukan miring tersebut untuk
rival pemikirannya. Akhirnya, julukan Rafidhah diperluas pemakaiannya
terhadap aliran pemikiran yang dianggap lemah, minoritas, teraniaya…
untuk dijadikan sarana pengelabuhan kesadaran publik. Yang lebih fatal
dari itu, sang pemakai istilah tersebut justru menyandarkan pemakaian
julukan tersebut dengan landasan hadis-hadis dza’if yang dinisbatkan
kepada Rasulullah saww. Lantas, siapakah gerangan yang dapat menjadi
obyek empuk untuk gelar tersebut? Ya…! Siapa lagi kalau bukan Syiah
Imamiah Itsna Asyariyah, atau yang lebih dikenal dengan sebutan mazhab
al-Ja’fariyah, adalah sasaran empuk untuk mendapat predikat negatif itu.
Kenapa mesti Syiah
al-Ja’fariyah? Salah satu penyebabnya adalah karena hanya Syiah
Ja’fariyah satu-satunya mazhab yang mengajarkan kepada pengikutnya untuk
tidak berpangku-tangan atas setiap perbuatan zalim yang dilakukan oleh
individu manapun, termasuk para penguasa. Itu terbukti, baik jika
dilihat dari teks ajaran mazhabnya, maupun pemaraktekkannya dalam
kehidupan mereka. Dalam sejarah didapatkan bagaimana usaha mereka untuk
menegakkan keadilan yang dipelopori oleh para imam suci mereka. Para
Syiah Ahlul Bait selalui berusaha mengkritisi sepak terjang para
penguasa yang selalu cenderung bertentangan dengan ajaran Rasulullah
saww, sementara di sisi lain mereka (imam-imam suci) juga menamakan
dirinya sebagai khalifah (pengganti) Rasul. Hal inilah yang tidak
disukai oleh para penguasa zalim –Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah– kala
itu. Oleh karenanya, tekanan demi tekanan mereka lakukan untuk
membendung tersebarnya ajaran Syiah. Mereka tak segan-segan melakukan
pembantaian masal demi tercapainya tujuan mereka, dan kelangsungan
dinasti mereka. Dari situlah terjawab sudah pertanyaan, kenapa Syiah
selalu teraniaya dan minoritas? Namun, karena kehendak Ilahi, walau
tekanan demi tekanan dari pihak musuh-musuh Islam beserta kaki-tangannya
dengan gencar terus menghadangnya, mazhab ini tetap eksis di
tengah-tengah umat.
Terminologi Rafidhah:
Dalam terminologi
istilah Rafidhah, kata itu berasal dari kata ra-fa-dha yang berarti
menolak dan meninggalkan sesuatu. Istilah ini sering diidentikkan dengan
kaum Syiah Imamiah yang menolak akan kepemimpinan tiga khalifah
pra-kekhalifahan Ali bin Abi Thalib as, dan hanya mengakui kepemimpinan
Ali as pasca wafat Rasulullah saww.[1] Abul-Hasan al-Asy’ary dalam kitab
“Maqolat al-Islamiyin” menyatakan, julukan ini pertama kali dilontarkan
oleh Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib atas para Syiah di
kota Kufah. Masih menurut al-Asy’ary, pada mulanya, para Syiah di Kufah
memberikan baiatnya kepada Zaid, namun mereka tidak konsekwen terhadap
baiatnya. Mereka tidak mau mengindahkan perintah Zaid untuk tetap
menghormati dan memuliakan Abu Bakar dan Umar.
Oleh karena itu, Zaid
menjuluki mereka dengan sebutan Rafidhah.[2] Akan tetapi, pendapat ini
memiliki banyak celah untuk dibatalkan, mengingat bahwa banyak pakar
sejarah yang menyebutkan secara detail sejarah hidup terkhusus
kesyahidan Zaid bin Ali, namun tidak satupun dari mereka yang
menyebutkan akan hal pengungkapan Zaid di atas tadi. Selain dari itu,
para ahli sejarah hanya menyebutkan bahwa para penghuni kota Kufah tidak
mengindahkan kebangkitan Zaid bin Ali, dan membiarkannya bergerak
sendiri tanpa bantuan penduduk Kufah.[3] Hal itu sama persis sebagaimana
yang terjadi pada kakek Zaid, Husein bin Ali as, cucu Rasulullaha saww.
Husein bin Ali pada tragedi Karbala, tak dapat dukungan dari penduduk
kota Kufah. Dengan demikian, penisbatan istilah itu yang bermula dari
Zaid bin Ali sama sekali tidak berasas pada bukti sejarah yang kuat.
Di sisi lain, telah
terbukti bahwa istilah Rafidhah digunakan untuk pribadi-pribadi yang
meragukan legalitas kekuasaan suatu rezim dan pemerintahan tertentu.
Jadi, istilah ini lebih bermuatan politis ketimbang teologis. Nasr bin
Muzahim (Wafat tahun 212 H) dalam salah satu karyanya yang berjudul
Waqoatu Shiffin menyatakan bahwa Muawiyah dalam suratnya yang ditujukan
kepada Amr bin ‘Ash –yang saat itu tinggal di Palestina– menyebutkan:
“Perkara tentang Ali, Thalhah dan Zubair telah kamu ketahui, namun
(ketahuilah bahwa) Marwan bin Hakam telah bergabung dengan para Rafidhah
(penentang) dari penduduk kota Bashrah, dan Jarir bin Abdullah telah
melawan kita…”[4] Dari sini ada beberapa poin yang dapat diambil
pelajaran; Pertama, awal kemunculan istilah rafidhah sangat bermuatan
politis, bahkan sama sekali tidak ada kaitannya dengan ihwal teologis.
Muawiyah menyebut Marwan bin Hakam beserta para pendukungnya sebagai
Rafidhah, karena ia telah bergabung dengan para penduduk kota Bashrah
yang kala itu mayoritas tidak mengakui legalitas pemerintahan Ali as
yang berpusat di kota Kufah. Kedua, istilah itu telah ada sebelum
kelahiran Zaid bin Ali, bukan sebagaimana yang telah diceritakan oleh
Abul Hasan al-Asy’ary di atas.
Pribadi-pribadi yang Dinyatakan Rafidhi pada Kitab-kitab Ahlussunnah.
Julukan Rafidhah
mempunyai konotasi miring. Orang akan enggan untuk dijuluki dengan
sebutan itu. Pihak ketiga pun akan menghindar di saat bertemu orang yang
dianggap memiliki gelar tadi. Itulah salah satu dampak negatif
propaganda yang dilancarkan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Pada masa kekuasaan kerajaan Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah para pecinta Ahlul-Bait sangat ditekan. Tekanan atas Syiah
yang dilancarkan oleh kedua dinasti tadi menggunakan berbagai cara,
termasuk propaganda julukan Rafidhah. Tujuan propaganda tersebut adalah
untuk mengisolir para Syiah dari saudara-saudaranya sesama muslim. Namun
tidak sepenuhnya propaganda itu terlaksana dengan baik. Terbukti ada
beberapa pribadi Syiah –yang diberi gelar Rafidhah– yang terdapat dalam
kitab-kitab standar Ahlussunnah. Walau mereka terbukti Syiah namun tetap
saja hadis yang mereka bawakan tercantum dalam enam kitab induk
Ahlussunnah. Sebagai contoh:
1- Kendati Ibn Hajar
menyatakan bahwa Ismail bin Musa al-fazazi sebagai pribadi yang dianggap
Syiah, namun Abi Dawud[5] juga Ibn Majah[6] dalam kitab Sunan mereka
tetap menukil hadis-hadis yang ia bawakan.
2- Meskipun Ibn Hajar
menyatakan bahwa Bakir bin Abdullah at-Tha’i sebagai pribadi yang
dianggap Syiah, namun Muslim dalam kitab Shohih-nya[7] dan Ibn Majah
dalam Sunan-nya[8] menukil hadis-hadis yang ia riwayatkan.
3- Begitu juga dengan
Talid bin Sulaiman al-Muharibi yang dinyatakan Syiah (Rafidhah) oleh Abu
Dawud, dimana ia berkata: “Ia adalah Rafidhi yang keji dan jelek, dan
yang memusuhi Abu Bakar serta Umar”[9] Namun, at-Turmuzi dalam kitab
Sunan-nya[10] tetap menukil hadis darinya.
4- Ibn Hajar menyatakan
bahwa Jabir bin Yazid al-Ju’fi adalah pengikut Syiah (Rafidhah)[11],
namun Abu Dawud[12], Ibn Majah[13] dan at-Turmuzi[14] dalam kitab Sunan
mereka tetap menukil hadis-hadis darinya.
5- Dan masih banyak
lagi pribadi-pribadi yang dinyatakan Syiah (Rafidhah), namun
hadis-hadisnya tetap tercantum dalam kitab-kitab standart Ahlussunnah.
Seperti; Jumai’ bin Umair, Haris bin Abdullah al-Hamdani, Hamran bin
A’yun, Dinar bin Umar al-Asadi…dsb.[15]
Hadis-hadis tentang Rafidhah:
Setelah kita mengetahui
bahwa istilah Rafidhah dipakai untuk para rival politik sebuah
kekuasaan tertentu. Istilah itu mempunyai konotasi negatif bagi khalayak
umum, berkat adanya propaganda para penguasa zalim pada abad-abad
permulaan awal kemunculan Islam. Namun, lama-kelamaan istilah itu
dipakai oleh para musuh Syiah untuk mengganyang Syiah, bahkan tak jarang
mereka pun (para musuh Syiah) menyandarkannya pada hadis-hadis yang
bermasalah dari sisi sanad hadis, yang berakhir pada peraguan dari sisi
kesahihannya. Sebagai contoh, ada empat hadis yang bersumber dari Ibn
Abi ‘Ashim tentang pencelaan terhadap Syiah.[16] Doktor Nashir bin
Abdullah bin Ali al-Qoffary dalam kitab Ushul Mazhab Syi’ah menyatakan
bahwa Nashiruddin al-Bani[17] sendiri mengemukakan bahwa hadis-hadis
yang dibawakan oleh Ibn Abi ‘Ashim tadi jika dilihat dari sanad hadisnya
amat lemah. Dr. al-Qoffari dalam kitab tersebut menyatakan: “Ibn
Taimiyyah menukil (membenarkan) hadis-hadis Marfu’ah[18] yang
menyinggung tentang kata-kata Rafidhah di dalamnya. Padahal, sebutan
Rafidhah hingga abad kedua Hijriyah masih belum dikenal”.[19]
Salah satu riwayat yang
dibawakan oleh Ibn Abi ‘Ashim dalam kitab as-Sunnah adalah hadis: “Aku
beri kabar gembira engkau wahai Ali, engkau beserta para sahabatmu
adalah (calon) penghuni Surga. Namun, ada sekelompok orang yang mengaku
sebagai pecinta-mu padahal mereka adalah penentang (penolak) Islam.
Mereka disebut ar-Rafidhah. Jika engkau bertemu dengan kelompok tersebut
maka perangilah mereka, karena mereka telah musyrik. Aku (Ali) berkata:
Wahai Rasulullah, apakah gerangan ciri-ciri mereka? Beliau menjawab:
“Mereka tidak menghadiri (shalat) Jum’at dan jama’ah, dan mencela para
pendahulu (salaf)” [20] oleh as-Syaukani, hadis ini dikategorikan
sebagai hadis Maudhu’ (buatan).[21]
Contoh lain dari hadis
tentang Rafidhah adalah hadis yang dinukil oleh at-Tabrani bahwa Rasul
bersabda: “Wahai Ali, akan datang pada umat-ku suatu kelompok yang
mengaku sebagai pecinta Ahlul-Bait, bagi mereka …., mereka disebut
Rafidhah. Bunuhlah mereka, karena mereka telah kafir”. Akan tetapi,
dikarenakan sanad hadis ini diriwayatkan oleh orang-orang seperti Hajjaj
bin Tamim yang sama sekali tidak dapat dipercaya, maka hadis ini masuk
kategori hadis Dza’if (lemah).[22]
Dalam kitab ad-Dala’il
disebutkan bahwa Al-Baihaqi setelah menukil hadis Marfu’ yang bersumber
dari Ibn Abbas tentang celaan terhadap Rafidhah, menyatakan: “Banyak
sekali hadis-hadis serupa tentang hal yang sama dari sumber-sumber yang
berbeda, namun kesemua sanad-nya tergolong lemah”[23]
Dan masih banyak lagi
beberapa ulama hadis dari Ahlussunnah yang menyatakan kelemahan
hadis-hadis berkaitan dengan Rafidhah yang kebohongan itu disandarkan
kepada Rasulullah. Bisa dilihat kembali karya-karya ulama Ahlussunnah
seperti karya kepunyaan al-‘Aqili yang berjudul ad-Dhu’afa’, Ibn Jauzi
dalam al-‘Ilal al-Mutanahiyyah ataupun al-Maudhu’aat.
Dari sini jelaslah,
bahwa istilah Rafidhah adalah istilah murni politis dan tidak ada
kaitannya dengan pembahasan teologis, termasuk masalah kekhilafahan
pasca Rasul. Namun istilah itu dinisbatkan untuk para pecinta Ahlul-Bait
(Syiah) oleh para pembenci Syiah. Mereka dalam kasus pemaksaan gelar
Rafidhah untuk kelompok Syiah, tidak segan-segan menggunakan kebohongan
atas nama Rasulullah saww. Bukankah kebohongan atas diri Rasul merupakan
bagian dari menyakiti Rasul? Dan menyakiti Rasul termasuk dosa besar,
yang pantas dilaknat oleh Allah?[24] Bukankah kebohongan atas Rasul juga
berakibat kebohongan atas segenap kaum muslimin? Mengingat kaum
muslimin sampai akhir zaman akan selalu mengikuti hadis-hadis
Rasulullah. Bukankah pembohong layak untuk dilaknat?[25] Membenarkan,
memegang erat dan mengajarkan hadis palsu –atas dasar pengetahuannya–
adalah termasuk sesat dan menyesatkan. Oleh karenanya, hendaknya kita
berusaha untuk menghindarinya seoptimal mungkin agar tidak termasuk
orang yang sesat dan menyesatkan.
Hai orang-orang
beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena)
boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokkan)…dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang
buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka
itulah orang-oranmg yang zalim. (al-Hujuraat :11) [islamalternatif]
———————————
Catatan Kaki:
[1] Al-Asy’ary, Abul-Hasan, Maqolat al-Islamiyin, Jil:1 Hal:88-89[2] Ibid, Hal:138
[3] Amin, Muhsin, A’yan as-Syi’ah, Jil:1 Hal:21
[4] Al-Manqory, Nasr bin Muzahim, Waqoatu Shiffin, Hal:29
[5] Sunan Abi Dawud, Jil:4 Hal:165 Hadis ke-4486
[6] Sunan Ibn Majah, Jil:1 Hal:13 Hadis ke-31
[7] Shohih Muslim, Jil:1 Hal:529, Kitab Sholat Musafirin wa Qoshruha
[8] Sunan Ibn Majah, Jil: 1 Hal:170, Kitab at-Thoharoh
[9] Tahdzib al-Kamal, Jil:4 Hal:322
[10] Sunan at-Tirmizi, Jil:5 Hal:616, Kitab al-Manaqib hadis ke-3680
[11] Tahdzib al-Kamal, Jil:4 Hal:468 No:879
[12] Sunan Abu Dawud, Jil:1 Hal: 272, Kitab as-Sholat Hadis ke-1036
[13] Sunan Ibnu Majah, Jil:1 Hal:381 Hadis ke-1208
[14] Sunan at-Turmuzi, Jil:2 Hal:200, Bab: “Maa Jaa’a fi al-Imam yanhadhu fi ar-Rak’atain naasiyan”
[15] Untuk lebih detailnya, lihat kitab “al-Muraaja’aat” karya Syarafuddin al-Musawi.
[16] Lihat: Ibn Abi ‘Ashim, as-Sunnah, Jil:2 Hal:475
[17] Seorang ahli hadis terkemuka dari kalangan salafi (wahabi).
[18] Hadis marfu’ adalah hadis yang tidak jelas sanadnya.
[19] Ushul Mazhab as-Syiah, bagian Sejarah Syiah (Tarikh as-Syiah)
[20] Ibid: Jil: 2 Hal: 475
[21] Al-Ahadist al-Maudhu’ah, Hal:380
[22] Taqrib at-Tazhib, Jil:1 Hal:152
[23] ad-Dala’il, Jil:6 Hal:548
[24] Lihat Q S al-Ahzab :57
[25] Lihat Q S ali-Imran :61
____________________________
Penunjukkan Rafidhah sepenuhnya dengan bersandar pada perkataan dalam kitab Rijal oleh Ulama yang jelas-jelas menyebutkan bahwa Si Fulan adalah Rafidhah, berikut nama-nama mereka (yang Berwarna Orange yang disebut orang Rafidhah):
Abbad bin Ya’qub Al Asadi Ar Rawajini Al Kufi.
Keterangan tentang Beliau dapat ditemukan dalam Hadi As Sari jilid 2 hal 177,Tahdzib At Tahdzib jilid 5 hal 109 dan Mizan Al Itidal jilid 2 hal 376. Disebutkan
- Ibnu Hajar berkata bahwa Abbad adalah seorang Rafidhah yang terkenalhanya saja Ia jujur
- Ibnu Hibban berkata bahwa Abbad seorang Rafidhah yang selalu mengajak orang lain mengikuti jejaknya.
- Saleh bin Muhammad berkata “Abbad memaki Usman bin Affan”
Sulaiman bin Qarm Abu Dawud Adh Dhabi Al Kufi.
Dalam Kitab Tahdzib At Tahdzib jilid 4 hal 213 dan Mizan Al I’tidal jilid 2 hal 219, disebutkan pernyataan Ulama mengenai Sulaiman bin Qarm. Ada yang menyatakan beliau dhaif(Yahya bin Main dan Abu Hatim) dan ada yang menyatakan beliau tsiqah.Tetapi coba lihat apa yang dikatakan Ibnu Hibban, beliau berkata Sulaiman seorang Rafidhah yang ekstrim. Anehnya walaupun Ibnu Hibban menyatakan Ia Rafidhah, Ahmad bin Hanbal menyatakan Sulaiman tsiqat, tidak ada sesuatu yang membahayakan atas diri Sulaiman hanya saja Ia berlebihan dalam bertasyayyu.Begitu pula pernyataan Ahmad bin Adi “Sulaiman banyak memiliki hadis hasan dan afrad”. Sulaiman bin Qarm adalah perawi hadis dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan Sunan Tirmidzi. Jika Rafidhah memang pendusta mengapa Ahmad bin Hanbal menyatakan tsiqat pada seorang pendusta, mengapa Imam Muslim meriwayatkan hadisnya dalam kitab Shahih beliau Atau justru sebenarnya Ibnu Hibban keliru. Jika memang Ibnu Hibban keliru maka saya katakan kalau seorang Ulama saja bisa keliru dalam menentukan siapa yang Rafidhah mengapa pengikut Salafy itu begitu soknya dengan mudah berkata siapa yang Rafidhah.
Harun bin Sald Al Ajli Al Kufi.
Beliau sebagaimana dijelaskan dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 11 hal 6 dan Mizan Al I’tidal jilid 4 hal 784 adalah perawi yang dapat diterima hadisnya. Tetapi beliau juga dinyatakan sebagai Rafidhah
- As Saji berkata Dia itu Rafidhah ekstrim
- Ibnu Hibban berkata Dia Rafidhah ekstrim
Jami’ bin Umairah bin Tsa’labah Al Kufi.
Dalam Tahdzib At Tahdzib 2/111 dan Mizan Al ‘Itidal 1/421, didapatkan keterangan tentang Jami’ bin Umair. Beliau dinyatakan Rafidhah oleh Ibnu Hibban. Ibnu Hibban berkata “Dia itu Rafidhah yang memalsukan hadis”. Tetapi walaupun begitu beliau adalah tabiin yang diterima hadisnya
- Abu Hatim berkata “Dia orang Kufah, seorang Tabiin dan Syiah yang terhormat. Dia jujur dan baik hadisnya”.
- Al Ijli berkata “Dia seorang Tabiin yang tsiqat”
- As Saji berkata “Dia memiliki hadis-hadis munkar, dia bisa diperhitungkan dan dia itu jujur”
- Bukhari berkata “Dia patut dipertimbangkan”
- Ibnu Adi berkata “Dia seperti yang dikatakan Bukhari,hadis-hadisnya bisa dipertimbangkan. Hadis yang diriwayatkannya umumnya tidak diikuti orang”
Abdul Malik bin A’yun Al Kufi.
Keterangan tentang Abdul Malik dapat dilihat dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 6 hal 385 dan Mizan Al I’tidal jilid 2 hal 651. Beliau Abdul Malik dinyatakan oleh Al Hamidi dan Sufyan bin Uyainah sebagai seorang Rafidhah
- Al Hamidi menceritakan bahwa Sufyan menerima hadis dari Abdul Malik seorang Syiah. Al Hamidi berkata bagiku Abdul Malik adalah seorang Rafidhah yang suka menciptakan ajaran bid’ah.
- Al Hamidi berkata dari Sufyan bahwa Abdul Malik dan kedua saudaranya Zararah dan Hamran adalah penganut Syiah Rafidhah.
- Al Uqaili dalam Ad Dhuafa menyatakan bahwa Abdul Malik seorang Rafidhah
- Ibnu Hibban menyatakan Abdul Malik tsiqat dan memasukkan namanya dalam Ats Tsiqat
- Al Ajli menyatakan Abdul Malik sebagai tabiin yang tsiqat
- Abu Hatim berkata “Ia orang Syiah tetapi jujur”
- Al Mizzi dalam Tahdzib Al Kamal berkata bahwa Abdul Malik itu Rafidhah tetapi Shaduq(jujur)
Jadi bagaimana mungkin Rafidhah yang dikatakan dusta itu diambil hadisnya oleh para Ulama Sunni.
Musa bin Qais Al Hadhramy.
Beliau adalah seorang perawi hadis yang tsiqah sebagaimana disebutkan dalamTahdzib At Tahdzib jilid 10 hal 366 dan Mizan Al I’tidal jilid 4 hal 217. Anehnya Al Uqaily berkata Dia itu Rafidhah yang ekstrim. Apakah itu berarti Musa adalah Rafidhah yang tsiqah
- Yahya bin Main berkata “dia tsiqat”
- Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata dari ayahnya yang berkata Aku tidak mengetahui tentang Musa kecuali kebaikan
- Ibnu Syahin berkata Musa diantara perawi yang tsiqah
- Ibnu Numair berkata tentang Musa dia tsiqat, banyak yang meriwayatkan darinya
- Abu Hatim berkata “tidak ada persoalan dengan dia”
Hasyim bin Barid Abu Ali Al Kufi.
Hasyim bin Barid dinyatakan oleh Al Ajli dan Ibnu Hajar sebagai Rafidhah tetapi mereka berdua tetap mentsiqahkan beliau. Hal ini dapat dilihat dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 11 hal 16 dan Mizan Al I’tidal jilid 4 hal 288.
Al Ajli berkata tentang Hasym “Dia orang Kufah yang tsiqat Cuma dia itu Rafidhah”. Hasym bin Barid telah dinyatakan tsiqah oleh Yahya bin Main, Ibnu Hibban, Ahmad bin Hanbal dan Ad Daruquthni. Hasym adalah perawi hadis dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan An Nasai.
Sangat jelas bahwa nama-nama di atas dinyatakan sebagai Rafidhah tetapi tetap saja diterima hadisnya. Hal ini menimbulkan kemusykilan bagi para pengikut Salafy. Sebagian mereka tetap berasumsi bahwa Rafidhah yang dimaksud adalah tasyayyu atau melebihkan Ali RA dibanding sahabat lain. Mereka berkata bahwa kata Rafidhah yang dimaksud di atas bukanlah seperti Syiah Rafidhah yang pencaci sahabat Nabi.
__________________________
BAGAIMANA AQIDAH RAFIDHAH TERHADAP PARA SAHABAT RASULULLAH ?
10
Des 2007
Aqidah Rafidhah berdiri atas caci maki, mencela dan mengkafirkan para sahabat -semoga Allah meridhoi para sahabat-. Al Kulaini menyebutkan di Furu Al Kafi dari Ja’far alaihi salam : Manusia menjadi murtad setelah Nabi (meninggal) kecuali tiga orang, lalu aku bertanya : siapa tiga orang itu ? beliau berkata : Al miqdaad bin Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisi [1].
Al Majlisi dalam kitab Haqqul Yakin menyebutkan : Bahwasanya seorang budak Ali bin Hasein berkata kepadanya : saya mempunyai hak pelayanan yang wajib atas dirimu, maka beritahu aku tentang Abu Bakr dan Umar, lalu ia menjawab : Mereka berdua adalah orang kafir, dan orang yang mencintai mereka maka ia orang kafir juga.[2]
Dalam tafsir Al-Qummi pada firman Allah [An Nahl : 90]:
Mereka mengatakan : al fahsyaa (keji) adalah Abu Bakar, mungkar adalah Umar dan baghyi (kezoliman) adalah Utsman[3].
Mereka mengatakan dalam buku mereka Miftahul Jinaan : Ya Allah anugerahkanlah salawat atas Muhammad dan atas keluarga Muhammad dan laknatlah dua berhala kaum Quraisy dan dua yang mereka sembah selain Allah[4]. dan dua taghut serta anak perempuan mereka berdua dan seterusnya [5]. Dan yang mereka maksudkan dengan itu adalah Abu Bakar, Umar, Aisyah dan Hafshah.
Pada hari asyura (hari ke sepuluh bulan Muharram), mereka membawa seekor anjing lalu mereka namakan dengan umar, kemudian mereka menghujani dengan pukulan pakai tongkat, serta melontarnya dengan batu sampai mati, kemudian mereka menghadirkan seekor anak kambing, mereka beri nama dengan Aisyah, kemudian mereka mulai mencabut bulunya, dan menghujani dengan pukulan pakai sandal, sampai mati [6].
Sebagaimana mereka merayakan hari terbunuhnya Faruq Umar bin Khatab dan mereka memberi nama pembunuh umar yaitu abu Lukluk al Majusi dengan nama Baba Syujaa’uddin (bapak) pemberani agama (pahlawan agama) [7], semoga Allah meridhoi seluruh sahabat dan para ummul mukminin.
Lihatlah wahai saudaraku muslim, alangkah dengkinya dan alangkah kejinya golongan yang keluar dari agama ini, tentang apa yang telah mereka katakan terhadap manusia pilihan setelah para nabi, yang mana Allah dan rasul-Nya telah memuji mereka. Dan telah sepakat umat ini atas keadilan (kelurusan dan keterpercayaan) dan keutamaan mereka. Sejarah dan kenyataan pun telah membuktikan dan menyaksikan serta perkara-perkara ini sudah merupakan pengetahuan yang wajib diketahui (oleh setiap umat) atas kebaikan, dan posisi mereka selalu di depan serta jihad mereka dalam Islam.
APA SEGI KESAMAAN ANTARA YAHUDI DENGAN RAFIDHAH ?
Syakh Islam Ibnu Taimiyah berkata : Bukti dari, sesungguhnya bencana Rafidhah adalah bencana Yahudi, hal itu terlihat pada :
Sesungguhnya orang Yahudi mengatakan : Tidak boleh yang menjadi raja kecuali dari keluarga nabi Daud, Rafidhah berkata : Tidak boleh menjadi imam kecuali dari anak Ali.
Yahudi mengatakan : Tidak ada jihad di jalan Allah sampai keluar Masehid Dajjal dan diturunkan pedang. Orang Rafidhah mengatakan : Tidak ada jihad di jalan Allah sampai keluar Al Mahdi, dan datingnya penyeru menyeru dari langit.
Orang Yahudi mengakhirkan (mengundurkan) shalat sampai bintang bertebaran, begitu juga orang Rafidhah mereka mengundurkan shalat maghrib sampai bintang-bintang bertebaran, padahal hadits mengatakan : “Senantiasa umatku di atas fitrah, selama mereka tidak mengakhirkan shalat maghrib sampai bintang bertebaran [8].
Orang Yahudi telah merubah taurat, begitu juga orang Rafidhah, mereka telah merubah Al Quran.
Orang Yahudi tidak memandang bolehnya mengusap khuf (sepatu kulit yang menutupi mata kaki), begitu juga orang Rafidhah.
Orang Yahudi membenci malaikat Jibril, mereka mengatakan : Malaikat Jibril adalah musuh kita dari kalangan malaikat. Begitu juga orang Rafidhah, mereka mengatakan : Malaikat Jibril telah salah menyampaikan wahyu kepada Muhammad[9].
Begitu juga orang Rafidhah meyerupai orang kristen pada satu ajaran nasrani yaitu, wanita-wanita mereka tidak memiliki hak mendapatkan mahar, akan tetapi hanya bersenang-senang dengan mereka dengan kesenangan, begitu juga orang Rafidhah, mereka menikah dengan cara mut’ah, dan mereka menghalalkan itu.
Orang yahudi dan kristen lebih utama dari orang Rafidhah dengan satu sifat (yaitu) :
Orang yahudi jika ditanya : siapakah orang yang terbaik di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat Musa.
Orang Kristen jika ditanya : siapakah orang yang terbaik di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah Hawari (sahabat-sahabat) Isa.
Orang rafidhah jika ditanya : siapakah orang yang terburuk di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat Muhammad. [10]
[Disalin dari kitab Diantara Aqidah Syi'ah, Disusun oleh Abdullah bin Muhammad As Salafi, Diterjemahkan oleh Abu Abdillah Muhammad Elvi Syam, Lc.]
_________
Foote Note.
[1] Furuu Al Kafi, oleh Al Kulaini, hal : 115.
[2] Haqqul Yakiin, oleh Al Majlisi, hal : 522. Di sini perlu di isyaratkan bahwa sesungguhnya Ali bin Hasein dan Ahlu Bait semuanya berlepas diri dari semua ini yaitu kedustaan yang diada-adakan oleh kaum Rafidah atas diri mereka, semoga Allah memerangi kaum rafidhah, alangkah jeleknya kedustaan yang mereka buat. (Insya Allah penterjemah akan membuat satu edisi yang berisikan sikap Ahlul Bait terhadap para sahabat, yang akan diambil dari buku-buku pegangan mereka sendiri, agar pembaca mengetahui sebenarnya mereka telah menyelisihi ahlul Bait sendiri dalam bersikap terhadap para sahabat Rasul.)
[3] Tafsir Al Qummi, hal : 218.
[4] Ketahuilah pembaca budiman : Mereka sendiri telah menjadikan kuburan Kumaini sebagai tempat yang suci, dan mendirikan di atasnya bangunan seperti Ka’bah sebagai tandingan Ka’bah kita yang mulia.
[5] Miftahul Jinaan, hal : 114. Lihat doa dua berhala Quraisy, insya Allah di edisi ke 15.
[6] Tabdiidul Zhilaam wa tanbiihun Niyam, oleh Ibrahim Al Jabhaan, hal : 27.
[7] Abbas Al Qummi, (Alkuna wal Alqaab) 2/55.
[8] Hadits diriwayatkan oleh : Imam Ahmad : 4/147. 5/417, 422, Abu Daud, no : 418, dan Abnu Majah, no : 689, di dalam jawaid dikatakan : sanadnya hasan (baik).
[9] Ada juga suatu kelompok yang mengatakan yang aneh-aneh, mereka mengatakan : sesungguhnya Jibril telah berkhianat, dimana ia menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad, sedangkan yang lebih utama dan lebih berhak terhadap risalah adalah Ali bin Abi Thalib, oleh karena inilah mereka mengatakan : telah berkhianat Amiin (malaikan jibril) dan ia telah menghalang risalah sampai ke Haidari (Ali).
Wahai saudaraku muslim, bagaimana mungkin mereka menuduh Jibril Alaihi salam telah berkhianat, sedangkan Allah telah menyifatinya dengan amanah (terpercaya), sebagaimana Allah telah berfirman : Telah dibawa oleh Ruhul Amiin (malaikat Jibril), dan firman-Nya : selalu taat kemudian terpercayaâ€. Apakah yang akan anda katakan wahai muslin terhadap keyakinan yang diimani oleh orang-orang rafidhah ini?
[10] Minhaajul Sunnah, oleh syeikhul Islam Ibnu Taimiyah : 1/24. copyleft almanhaj.or.id
___________________________
Semua itu hanyalah kata-kata berkelit untuk membenarkan sikap mereka yang selalu merendahkan Syiah dengan sebutan Rafidhah. BukankahAbbad dikabarkan mencaci Utsman bin Affan dan beliau tetap dianggap tsiqah.
Sebagian mereka akan menyatakan bahwa ulama yang menyatakan nama-nama di atas sebagai Rafidhah adalah keliru karena terbukti ada yang mentsiqahkan mereka. Anehnya kenapa tidak sekalian dinyatakan bahwa justru Ulama yang mentsiqahkan itulah yang keliru karena bukankah menurut mereka Salafy, sudah jelas Rafidhah adalah pendusta.
Perawi Hadis Sunni Yang Dikatakan Mencaci Sahabat Nabi Saw.
Ada juga perawi hadis yang dikatakan oleh sebagian Ulama telah mencaci sahabat Nabi. Di atas telah disebutkan salah satunya adalah Abbad bin Yaqub. Selain Abbad terdapat juga Abdurrahman bin Shalih Al Azdi yang dalam Tahdzib At Tahdzib jilid 6 hal 197 dinyatakan bahwa
- Shalih bin Sulaiman berkata tentang Abdurrahman bin Shalih “Ia orang Kufah yang mencerca Usman tetapi ia jujur”.
- Musa bin Harun berkata “Ia tsiqat yang bercerita tentang kekurangan-kekurangan para Istri Rasulullah SAW dan para sahabat”
- Abu Dawud berkata “Aku tidak berminat untuk mendaftar hadis Ibnu Shalih. Ia menulis buku yang mengecam sahabat-sahabat Rasul”
- Yahya bin Main berkata “Ia tsiqat, jujur dan syiah, baginya jatuh dari langit lebih ia sukai daripada berdusta walau hanya sepatah kata”
- Abu Hatim berkata Ibnu Shalih seorang yang jujur
- Ahmad bin Hanbal berkata “Maha suci Allah, ia seorang yang mencintai keluaga Nabi dan ia adil”.
Seorang yang dikatakan mencaci sahabat-sahabat Nabi ternyata tetap dinyatakan oleh yang lain sebagai tsiqah dan diambil hadisnya.
Yang dapat disimpulkan adalah Dalam Kitab hadis Sunni memang terdapat perawi hadis yang dinyatakan oleh sebagian Ulama sebagai Rafidhah. Oleh karena itu tidak berlebihan kalau Sunni ternyata mengambil hadis juga dari Rafidhah.
http://mawaddahfiahlilbayt.blogspot.com/2011/08/perawi-syiah-dalam-hadis-sunni.html?m=1
____________________________
Gaya Dialog, Diskusi, dan Adu Argumen Kaum Salafi Wahabi
Kaum Salafi Wahabi adalah kelompok yang menempuh cara debat dengan memaksakan pendapat. Mereka tak mau mendengar pendapat orang lain karena beranggapan pendapat orang lain adalah pendapat bidah yang tidak pantas didengar dan diperhatikan. Pendapat orang lain justru harus dibantah dan ditolak tanpa terlebih dulu mempertimbangkan sisi baik dan dalilnya.
Dalam berdebat dan berdiskusi mereka menempuh sejumlah cara dan gaya yang bias diringkas pada poin-poin berikut:
Pertama, fanatisme pemikiran yang tercermin dalam prinsip yang mereka sebut dengan “pengecualian ahli bidah”. Prinsip ini ditujukan kepada semua mazhab dan aliran yang menentang mereka. Selain itu, Ulama Salafi Wahabi juga melarang para pengikutnya untuk membaca buku Ulama-Ulama yang menentang pendapat mereka. Kaum Salafi Wahabi juga melarang para pengikutnya untuk bergaul, bersahabat, dan berinteraksi dengan orang yang menentang pemikiran mereka.
Kedua, cara yang ditempuh oleh orang-orang Salafi Wahabi dalam berdiskusi dan beradu pemikiran adalah tipu muslihat dan menebar isu-isu palsu. Misalnya, menuduh orang-orang yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka dengan tuduhan berbuat bid’ah, syikrik, penganut Jahmiyah dan lain sebaginya. Mereka menuduh lawan sebagai musuh as-Sunnah dan musuh Tauhid.
Orang-orang Salafi Wahabi kontemporer telah terbiasa menggunakan istilah-istilah “kafir” dan “sesat” guna memicu permusuhan dengan lawan mereka. Ungkapan-ungkapan itu antara lain yang tercantum dalam kitab as-Sunnah karya Ibnu Ahmad. Ungkapan-ungkapanitu antara lain menyebutkan, “Murjiah itu seperti Shabiah. Murji’ah berkiblat pada Yahudi. Rafidhah itu lebih kafir dari Yahudi dan Nasrani. Dan pengikut Hanafiah itu seperti pencuri.”
Ketiga, cara yang ditempuh Kaum Salafi Wahabi dalam diskusi dan beradu argument adalah pertikaian, pemukulan, dan penyerangan, bahkan terkadang kontak senjata. Disamping adu argumen, orang-orang Salafi Takfiri juga menempuh jalur pertikaian, penyerangan bahkan pembunuhan ketika kalah secara ilmiah.
Disejumlah Negara di dunia, pernah terjadi pemukulan yang dilakukan beberapa pengikut Salafi Wahabi terhadap orang-orang yang menentang pendapat mereka. Namun yang terjadi justru pemukulan yang dilakukan oleh sejumlah pengikut Salafi Wahabi. Dan kejadian serupa sering terjadi sampai memakan korban jiwa.
Keempat, cara yang ditempuh Kaum Salafi Wahabi dalam berdiskusi dan adu argument adalah mengubah isi buku-buku klasik. Untuk mewujudkan mimpi dan tujuan sekaligus menghadapi orang yang menentang, orang-orang Salafi Wahabi sampai berani mengubah isi buku-buku klasik. Mereka mempermainkan pandangan-pandangan para Ulama atau hadis-hadis yang dianggap berseberangan dengan pemikiran mereka. Mereka kemudian menyulapnya sesuai dengan bentuk yang sesuai dengan pemikiran, pandangan, dan keyakinan mereka. Setelah mempermainkannya, Kaum Salafi Wahabi kemudian menerbitkannya dan berargumen dengan argument yang dapat memicu permusuhan. Seolah-olah Para Imam yang memusuhi mereka pun telah sepakat dengan apa yang mereka inginkan. Padahal, para Imam itu jelas tidak menginginkan permusuhan.
Begitulah secara ringkas gaya dialog dan diskusi kaum Salafi Wahabi mereka tak pernah berhenti dan lelah dalam memprovokasi umat dengan perselisihan dan permusuhan dan akhir-akhir ini kita lihat dan perhatikan mereka semakin gencar dan massif dalam melakukan provokasi kebencian mazhab. Virus Takfir yang mereka tularkan ke lintas mazhab kalau tak di antisispasi sejak dini akan menimbulkan masalah baru bagi kedamainan dan akan menghancurkan kita sebagai Umat dan Bangsa.
Saatnya sekarang kita bersatu padu dalam menghadapi Para ekstrimis berjubah Agama ini karena INTOLERANSI adalah musuh Agama dan Kemanusiaan..Salam Ukhwah…Salam Satu Islam
____________________________
FIKIH SYIAH DI UNIVERSITAS AL-AZHAR MESIR
Syaikh Muhammad Muhammad Madani
Dekan Fakultas Hukum Islam al-Azhar
Dan Ketua redaksi majalah Risalah Islam.
Pertanyaan:
Kenapa Anda memasukkan fikih Syiah di Universitas al-Azhar, padahal Syiah adalah mazhab orang-orang yang meyakini bahwa Jibril seharusnya menyampaikan wahyu kepada Ali as, tetapi dia keliru dan menyampaikannya kepada Muhammad saw. Dan juga mereka meyakini bahwa sebagian dari Zat Allah Swt menyatu dalam diri Ali as?!
Syaikh Muhamad Muhammad Madani menjawab:
Kata Syiah adalah sebutan bagi berpuluh-puluh mazhab dan aliran yang dinisbatkan kepada Islam, di mana ada sebagian yang hak dan ada pula yang batil. Dengan kata lain, ada sebagian dari mazhab-mazhab ini yang menyimpang dari prinsip-prinsip (ushul) Islam, dan sesat, sedangkan sebagian yang lain sebagaimana mazhab-mazhab Ahlussunnah, percaya kepada prinsip-prinsip (ushul) Islam. Sekalipun dalam beberapa masalah cabang (furu’) dan masalah-masalah fikih dan ijtihad terjadi ikhtilaf dan beda pendapat dengan mazhab-mazhab Ahlussunnah (sebagaimana perbedaan pendapat ahli bahasa berkaitan dengan pengertian kata-kata).
Kelompok pertama yang dinamakan Syiah, dan mengingkari prinsip-prinsip Islam adalah termasuk kelompok sesat dan menyimpang dan tidak termasuk kelompok Islam; sekalipun mereka menamakan diri dengan Muslim. Karena Muslim adalah seorang yang beriman dan percaya kepada prinsip-prinsip akidah Islam dan tidak mengingkari berbagai kewajiban agama yang jelas dan nyata.
Amat menggembirakan pada hari ini kelompok-kelompok sesat ini telah punah dan tidak ditemukan sisa-sisa peninggalan mereka di dunia Islam, dan sekiranya kelompok ini masih dapat disaksikan dianut oleh beberapa orang dalam jumlah kecil, mereka adalah keluar dari kumpulan kita (Ahlussunnah) dan Syiah; bahkan mereka keluar dari agama Islam dan dikutuk oleh kedua kelompok (Ahlussunnah dan Syiah)
Adapun Syiah yang fikihnya diajarkan di Universitas al-Azhar adalah:
1-Syiah Imamiyah Itsna’asyariyah, adalah mereka yang menyakini bahwa kepemimpinan Ali as telah ditetapkan berdasarkan nash (dalil jelas) dan mereka ini disebut Imamiyah, dan karena imam mereka berjumlah dua belas orang, maka disebut Itsna’asyariyah.
Para penganut Syiah ini ada di Iran, Irak, Suriah, Lebanon, Pakistan, India, dan berbagai negara Arab dan Islam, dan mereka percaya kepada seluruh prinsi-prinsip Islam dan tidak ada seorang pun dari ahli kiblat yang dibolehkan mengkafirkan mereka. Perbedaan mereka dengan Ahlussunnah adalah pada perkara-perkara di luar prinsip-prinsip dan kewajiban-kewajiban dasar agama, dan fikih mereka dinisbatkan kepada Ahlulbait pilihan Nabi saw yang lebih populer dengan sebutan Fikih Ja’fari (dinisbatkan kepada Imam Ja’far ash-Shadiq putra Imam Muhammad al-Baqir.)
Syiah ini (Syiah Imamiyah Itsna’asyariah), menentang dan berlepas diri dari kaum Ghulat yang menisbatkan diri kepada Syiah, tetapi berlebihan dalam meyakini kepribadian Ali as. Syiah ini juga menganggap kaum Ghulat ini adalah kafir dan najis.
Syiah ini memiliki buku yang cukup banyak dalam akidah, fikih, ushul, rahasia syariat, akhlak, irfan, ilmu bahasa Arab dan lain-lain. Dan banyak ahli fikih, ahli hadis, ahli sastra Arab, ahli ushul, ahli kalam dan lain-lain, adalah berasal dari mereka, dan mereka memiliki berbagai karya dan pustaka yang cemerlang dalam khazanah ilmu-ilmu Islam di berbagai masa.
2-Syiah Zaidiyah di mana sebagian besar penganutnya berada di negara Yaman dan mazhab ini dinisbatkan kepada Zaid bin Ali Zainal Abidin, mazhab ini adalah mazhab Syiah yang paling mendekati Ahlussunnah, dan sekalipun dinamakan dengan Syiah tetapi tidak ada yang mempermasalahkannya.
Oleh karena itu, tidak benar jika seorang menganggap seluruh mazhab Syiah meyakini kerasulan atau ketuhanan Ali (Ali adalah rasul atau Ali adalah tuhan), ataupun mereka berlebih-lebihan dalam menyakini kepribadian Ali as. Dan anggapan semacam itu secara umum adalah keliru, karena harus dibedakan antara Syiah yang lurus dan Syiah yang sesat dan punah. Ketika kita mendengar suatu pendapat dari Syiah, maka perlu diperhatikan bahwa jangan-jangan itu adalah berasal dari Syiah sesat yang dinisbatkan kepada Syiah yang lurus dan benar.
Habib Rizieq: “Ahlussunnah Harus Peduli Pada Asyura dan Tragedi Karbala”
Silahkan klik :
1.http://www.4shared.com/mp3/YtDuqSPu/Asyura_dan_Karbala__Habib_Rizi.html (Asyura dan Tragedi Karbala/150 menit)
2.http://www.4shared.com/mp3/4i3D5T8U/hb_rizeiq_cinta_ahlul_bait.html (Bersatulah Sunnah-Syi’ah Dalam Kecintaan Kepada Ahlul Bait/ 1 menit 47 detik)
3.http://www.4shared.com/mp3/XBf1jHYI/Nasehat_Habib_Rizieq_.html (al-Husein dan Pengikutnya adalah Penegak Amar Ma’ruf Nahi Munkar/1 menit 49 detik)
4.http://www.4shared.com/mp3/wEfGxiDw/Hb_Rizieq_Tragedi_Karbala_dlm_.html ( Ahlussunnah Harus Peduli Dengan Tragedi Karbala/ 5 menit 6 detik)
Ini adalah ceramah persatuan terbaik yang sangat langka selama dua jam lebih dan hampir tak ada Ulama Ahlussunnah di negeri ini yg mampu menjelaskan peristiwa Asyura dan Karbala sebaik Habib Rizieq Shihab (26 November 2012 / 10 Muharram 1434 H ,Markaz Syariah FPI Jln. Petamburan III No. 5 Tanah Abang- Jakarta Pusat).
Kecintaan Kepada Allah Telah Menghancurkan Diriku, Telah Menyita Seluruh Hidupku dan Telah Membuat Diriku Cair Hingga Seluruh Dimensiku Lenyap ( Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad). Itulah cinta sejati yg dilukiskan oleh Sohiburratib dalam bentuk syair dimana pencapaian spritualnya telah mencapai kedudukan sedemikian…dimanakah posisi kita?
الحبيب عبدالله بن علوي الحداد صاحب الراتب : و أما عاشوراء فإنما هو يوم حزن لا فرح فيه,من أجل أن قتل الحسين كان فيه
كتاب تثبيت الفؤاد ج 2 ص 223
Al-Habib Abdullah Al-Haddad Shahibur Ratib: Dan adapun Asyuro’ sesungguhnya adalah hari kesedihan TIDAK ADA SAMA SEKALI KEGEMBIRAAN dikarenakan terbunuhnya Al-Husain di hari itu. (Tasbit al-Fuad Jld.2 Hal.223).
Tak kan bisa mencintai Allah sebelum mengenal dan mencintai Rasulullah Saw, takkan bisa mencintai Rasulullah saw sebelum mengenal dan mencintai ‘AHLUL BAITNYA”, sebagimana yang telah di firmankan-Nya : “ Katakanlah (wahai Muhammad kepada kaummu ), ‘Aku tidak meminta kepada kalian suatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada al-Qurba (Ahlul Bait).QS. Asy syuura’:23, dan madrasah “KARBALA” adalah pintu masuk utama untuk mengenal dan melabuhkan cinta kepada Ahlul Bait Nabi Saw, madrasah “KARBALA” adalah pintu pertemuan semua aliran dan mazhab di dalam Islam.
Silaturahmi dan kunjungan Ulama Iran ke Indonesia
Sumber: http://satuislam.wordpress.com/
Post a Comment
mohon gunakan email