Pesan Rahbar

Home » » Cara Ustadz Wahabi Membodohi Umatnya Soal Bid’ah

Cara Ustadz Wahabi Membodohi Umatnya Soal Bid’ah

Written By Unknown on Tuesday, 19 August 2014 | 12:00:00


INILAH CARA USTADZ WAHABI MEMANTAPKAN KAUMNYA BAHWA BID’AH HASANAH TIDAK ADA.

Ikuti dialog antara wahabi dan sunni berikut ini:
Wahabi: “Bid’ah hasanah tidak ada.”
Sunni: “Bid’ah hasanah ada, terbukti Khalifah Umar telah berkata, “Sebaik-baik bid’ah adalah shalat taraweh ini.”
Wahabi: “Itu maksudnya bid’ah secara bahasa.”
Sunni: “Apakah Anda menafsirkan pernyataan Khalifah Umar tersebut dengan pengertian bid’ah secara bahasa, karena menerima langsung dari beliau, atau itu murni dari Anda sendiri?”
Wahabi: “Ya, dari saya sendiri. “
Sunni: “Memangnya Khalifah Umar berbicara bid’ah dalam kapasitas dosen bahasa di perguruan tinggi, atau sebagai khalifah dan pemimpin umat Islam yang syar’i?”
Dapat ditebak, si Wahabi akan berbicara ke sana ke mari, keluar dari persoalan.
Contoh dialog lain:
Wahabi: “Bid’ah hasanah tidak ada.”
Sunni: “Bid’ah hasanah ada, terbukti Imam Izzuddin bin Abdussalam membagi bid’ah menjadi lima dalam kitabnya Qawa’idul Ahkam. Imam Nawawi juga mengutip pendapat tersebut dalam kitabnya Raudhatut Thalibin.”
Wahabi: “Itu maksudnya bid’ah secara bahasa.”
Sunni: “Anda menafsirkan pernyataan para ulama dengan berkhayal. Mereka membicarakan bid’ah bukan dalam kapasitas mereka sebagai ahli bahasa, akan tetapi sebagai ahli fiqih dan hukum agama. Mereka juga menjelaskan hal tersebut bukan dalam kitab kamus, akan tetapi dalam kitab fiqih dan syari’at.”
Dapat dipastikan, di sini Wahabi akan diam, tidak dapat menjawab.
Tapi meskipun demikian, kaum Wahabi akan tetap saja ikut ustadz-ustadz mereka, yang menafsirkan pernyataan para ulama dengan khayalan mereka.

oleh:  Ust. Idrus Ramli.


Heboh dan Brutal !! KITAB WAHABI nyatakan SUAMI LEBIH BAIK MEMBIARKAN ISTRINYA DALAM KEADAAN BODOH.


Heboh dan Brutal !! KITAB WAHABI nyatakan SUAMI LEBIH BAIK MEMBIARKAN ISTRINYA DALAM KEADAAN BODOH.


Salah satu kitab karya ulama wahabi salafy yang sangat merendahkan derajat wanita adalah:

“الإصابة في منع النساء من الكتابة”:
.
yang dikarang oleh:

النعمان بن أبي الثناء
didalam kitab itu diterangkan bahwa SUAMI LEBIH BAIK MEMBIARKAN ISTRINYA DALAM KEBODOHAN DAN KEBUTAAN(membaca kitab ini saya turut berduka kepada akhwat wahabi salafy
semoga kalian tabah dan bersama saya melawan penindasan yang mengatasnamakan agama ini, mereka tidak menginginkan para akhwat menjadi cerdas dan ada dipentas dunia pengetahuan)Berikut scan kitabnya:


“أمّا تعليم النساء القراءة و الكتابة فأغوذ بالله، إذ لا أرى شيئا أضرّ منه بهنَّ….. فمثل النساء و الكتب و الكتابة كمثل شرّير سفيه تهدي له سيفًا، أو سكّير تعطيه زجاجة خمرٍ. فاللّبيب من الرّجال من ترك زوجته في حالة من الجهل و العمى فهو أصلح لهن و أنفع*****

Syeh Abdullah Assulaiman bin Humaed adalah ulama wahabi salafy yang mengarang sebuah kitab berjudul:أخطار تحيط بكم أيها المسلمون“Bahaya Mengintai Kalian Wahai Umat Islam”.

Jika kita membaca kitab tersebut maka kita terkaget-kaget karena yang disebut bahaya menurutnya adalah:فتح مدارس لتعليم البنات، في المملكة العربية“pembukaan sekolah untuk anak perempuan di saudi”Jelas sekali si syeh ini tidak terima kalau perempuan itu cerdas dengan mengenyam pendidikan umum seperti pelajaran aritmatika, geometri, geografi, pada kurikulum di sekolah-sekolah putri, bahkan didalam bab 16 halaman 79-80 dia menyimpulkan bahwa:

تعليم المرأة سبب انحطاط الأمة وسقوطها في الهاوية

“PENDIDIKAN WANITA ADALAH SEBAB DARI KEMUNDURAN BANGSA DAN TERPURUKNYA BANGSA KEDALAM JURANG KEHANCURAN”
******* AKIBAT PRODUK AJARAN WAHABI ****

BLOGGER PENENTANG TALIBAN DI TEMBAK DI KEPALA KARENA MEMPERJUANGKAN PENDIDIKAN UNTUK KAUM WANITA

Kelompok militan Taliban di Pakistan menembak seorang remaja perempuan tepat di kepalanya pada Selasa waktu setempat. Taliban marah sebab gadis 14 tahun ini terang-terangan menentang kekuasaan mereka melalui tulisan dalam sebuah blog.


Diberitakan Reuters, Rabu 10 Oktober 2012, Malala Yousufzai ditembak di kepala dan lehernya oleh teroris Taliban yang menyergap bus sekolahnya di Lembah Swat, sebelah barat laut Islamabad. Beruntung, tembakan tersebut tidak sampai menewaskannya. Malala kini dalam kondisi stabil, namun peluru masih bersarang di lehernya.

Tembakan teroris itu juga melukai dua orang kawannya yang lain. Menurut laporan saksi mata yang dikutip CNN, para pelaku menghadang bus Malala dan masuk ke dalamnya. Mereka menanyakan yang mana yang bernama Malala. Setelah Malala ditemukan, mereka lantas menembakinya tanpa ampun.

“Dia pro-Barat. Dia menentang Taliban dan menyebut Presiden Obama sebagai pemimpin panutannya. Dia masih muda tapi mempromosikan budaya Barat di wilayah Pashtun,” kata juru bicara Taliban, Ehsanullah Ehsan.

Malala terkenal di berbagai media Pakistan dan Barat karena keberaniannya menyuarakan penentangan terhadap Taliban. Melalui blognya, dia mengisahkan kehidupannya yang dipenuhi intimidasi dan teror dari Taliban yang melarang wanita untuk mengenyam pendidikan. Padahal, Malala sangat ingin belajar dan menjadi seorang dokter.

Sejak 2009, Lembah Swat berada dalam kuasa Taliban, sampai militer menyerbu dan membebaskan wilayah tersebut dari teroris. Saat Taliban berkuasa, Malala terpaksa menyembunyikan bukunya agar tidak ditemukan.

“Saya takut dipenggal oleh Taliban karena keinginan saya untuk belajar. Selama mereka berkuasa, Taliban sering memeriksa rumah kami untuk melihat apakah kami sedang belajar atau nonton TV,” kata Malala kepada CNN tahun lalu.


Berkat tulisannya, Malala menjadi pemenang pertama Penghargaan Perdamaian Nasional Pakistan pada November tahun lalu. Presiden Asif Ali Zardari dan Perdana Menteri Raja Pervez Ashraf mengutuk keras serangan terhadap Malala. Serangan tersebut juga menuai kecaman dari berbagai lapisan masyarakat di Pakistan. (umi)

Wahabi menuduh NU sebagai BUKAN AHLU SUNNAH, AHLI BID’AH, PENYEMBAH KUBURAN, MUSYRIK ! Wahabi Tuduh Muslim Lebih Syirik dari Musyrikin Quraisy Mekkah.



Bait ul Sharf sebelum pemusnahan.
Inilah tempat Imam Ali Zainal Abidin melepaskan rindu pada ayahanda ygdikasihi Imam Husein ra. Tapi Wahabi telah cuba merobohkannya atasdasar bida’ah. Sepatutnya kerajaan Arab Saudi menjaganya sebagaiwarisan sejarah, bukan sodok utk menghancurkannya.



Perkuburan Baqi sebelum pemusnahan oleh Raja Al-Saud pada tahun 1925
……………………………………………………………………………………………………………………………….
GEMBONG WAHABI YAZID JAWWAS: ASY’ARIYAH MUSYRIK !!!
Ucapan Wahabi Terhadap NU : “ini bid’ah itu syirik”.


INI BID’AH ITU SYIRIK”
ASY’ARIYAH BUKAN AHLU SUNNAH, MEREKA SEMUANYA AHLI BID’AH, PENYEMBAH KUBURAN, MUSYRIK !! kata wahabi.


Khutbah tadi terkesan khotibnya mengira ummat Islam dilanda kemusyrikan. Dia mengira ummat Islam banyak melakukan kemusyrikan hanya karena Tahlilan, Yasinan, dsb.
Padahal kalau kita mau mengikuti dan mengkaji saja, niscaya tak perlu dia su’u zhon seperti itu.
Musyrik itu artinya orang yg menyembah Tuhan selain Allah.
Saat Tahlilan kita membaca Laa ilaaha illalllhu. Tidak ada Tuhan selain Allah. Adakah itu musyrik?

Rasulullah Saw. bersabda: ‘Zikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallahu” [HR Turmudzi]
Jadi pandangan kaum tsb bertentangan dgn Sunnah Nabi.
Saat Yasinan kita membaca Surat Yasin. Adakah itu musyrik? Kan ada perintah “Iqra’” Bacalah di surat Al ‘Alaq?
Kok membaca Al Qur’an/Surat Yasin dituding musyrik?
Kenapa ketakutan sekali ummat Islam jadi Musyrik? Padahal Nabi berkata ummat Islam jauh dari musyrik.
Kenapa tidak takut akan dosa2 besar yang jelas2 disebut Allah di Al Qur’an seperti Zina, Perkosaan, Pembunuhan, Korupsi, Penjajahan Asing/Kafir secara politik/ekonomi, Kristenisasi, dsb?

Dari Uqbah bin Amir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. pergi keluar ke tempat orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Uhud, lalu beliau s.a.w. mendoakan mereka setelah terkubur selama delapan tahun, sebagai seorang yang hendak mohon diri untuk orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian beliau s.a.w. naik ke mimbar lalu bersabda: “Sesungguhnya saya sekarang ini di hadapan engkau semua sebagai orang yang mendahului dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya tempat perjanjian kita bertemu lagi ialah di Haudh -sebuah danau di syurga. Sesungguhnya saya dapat melihat Haudh itu dari tempatku ini. Tidak ada yang benar-benar saya takuti untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan menjadi orang musyrik -sebab tentulah jauh dari kemusyrikan itu, tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlomba-lomba dalam mengejar keduniaan.” Uqbah berkata: “Itulah yang merupakan pandangan saya yang terakhir yang saya dapat melihat kepada Rasulullah s.a.w.” (Muttafaq ‘alaih)

Menduga ummat Islam sebagai Musyrik saja sudah merupakan dosa yang luar biasa. Soalnya Musyrik itu adalah DOSA TERBESAR DAN TIDAK DIAMPUNI ALLAH.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 12]

Berhati-hatilah terhadap buruk sangka. Sesungguhnya buruk sangka adalah ucapan yang paling bodoh. (HR. Bukhari).

Kalau sudah berburuk sangka bahwa ummat Islam itu adalah Musyrik, nanti dia tidak segan-segan mencaci/memfitnah ummat Islam sebagai Musyrik. Karena musyrik/murtad itu hukumannya mati, akhirnya mereka tidak segan-segan membunuh/memerangi sesama Muslim. Kan kalau sudah musyrik/kafir, darahnya halal bukan? Padahal itu dosa yang amat keji.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu (atau mengucapkan Tahlil): “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [dulu juga kafir], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” [An Nisaa' 94]

“… Dan melaknat seorang Mukmin seperti membunuhnya. Siapa saja yang menuduh seorang Mukmin dengan kekafiran, maka ia seperti membunuhnya”.
“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya “hai kafir”, maka ucapan itu akan mengenai salah seorang dari keduanya.” [HR Bukhari].

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bila seseorang mengkafirkan saudaranya (yang Muslim), maka pasti seseorang dari keduanya mendapatkan kekafiran itu. Dalam riwayat lain: Jika seperti apa yang dikatakan. Namun jika tidak, kekafiran itu kembali kepada dirinya sendiri”.[HR Muslim].

Dari Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim].

Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” Nabi Saw menjawab, “Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.” (HR. Bukhari).

Jadi hati-hati dalam menuntut ilmu. Jangan taqlid buta. PAHAMI ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits di atas. Jangan Su’u Zhon/Buruk Sangka. Jangan mengkafirkan Muslim. Jangan membunuh sesama Muslim.
Hendaknya kita jangan jadi kaum KHAWARIJ. Gemar mengkafirkan dan mencaci sesama Muslim dengan berbagai kata yang kita tidak suka seperti Ahlul Bid’ah, Sesat, Kafir, Musyrik, Musuh Allah, dsb. Setelah memfitnah dan mencaci, kemudian membunuh sesama Muslim. Sementara orang-orang kafir tulen seperti Yahudi, Kristen yang jelas-jelas dilaknat Allah dan juga Hindu serta Budha justru aman dari lisan dan tangan mereka:
Aku baca sirah dan maulid NABI
Kata wahabi, aku musyrik
Aku perbanyak salawat NABI
Kata wahabi, aku musyrik
Aku cintai para wali
Kata wahabi, aku musyrik
Aku berziarah kubur karena perintah NABI
Kata wahabi, aku musyrik
Aku kirimkan doa ‘tuk orang mati
Kata wahabi, aku musyrik
Aku katakan, Nabi pun mengajari tawassul
Kata wahabi, aku musyrik
Aku cium tangan para ulama
Kata wahabi, aku musyrik
Aku hormati anak cucu Nabi
Kata wahabi, aku musyrik
Aku hadiri majelis dzikir
Kata wahabi, aku musyrik
Aku bersihkan hati ini
Kata wahabi, aku musyrik
Ku katakan, Qur’an hadits tidak boleh ditafsiri sendiri
Kata wahabi, aku musyrik
Aku tak tahu, siapa yang sebenarnya musyrik
Kata wahabi, musyrik adalah musyrik
Aku kian bingung, apakah semua musyrik?
Kata wahabi, sekali musyrik tetap musyrik..
Kukatakan lagi, jika wirid kami syirik.. apa gerangan wiridmu?
Kata wahabi, kami berwirid sepanjang hari
Ku tanya, wirid apakah itu?..
Kata wahabi, kami berwirid setiap saat
Ku tanya lagi, wirid yang mana?
Kata wahabi, wirid kami hanya satu
Aduhai, kenapa bertele-tele… ajari kami wiridmu
Kata wahabi, bunyinya begini, “ini bid’ah itu syirik”..
“ini bid’ah itu syirik”….. (100x tiap hari)
Jika Wali songo islamkan orang musyrik
Wahabi bilang, selain wahabi semua musyrik..

Khutbah tadi terkesan khotibnya mengira ummat Islam dilanda kemusyrikan. Dia mengira ummat Islam banyak melakukan kemusyrikan hanya karena Tahlilan, Yasinan, dsb.
Padahal kalau kita mau mengikuti dan mengkaji saja, niscaya tak perlu dia su’u zhon seperti itu.
Musyrik itu artinya orang yg menyembah Tuhan selain Allah.
Saat Tahlilan kita membaca Laa ilaaha illalllhu. Tidak ada Tuhan selain Allah. Adakah itu musyrik?



Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762).

Satu dari ciri kaum Khawarij menurut Nabi Muhammad adalah mereka membaca Al Qur’an dan Hadits, namun tidak diamalkan. Ucapannya tidak melampaui kerongkongan mereka. Hanya di mulut saja. Al Qur’an dan Hadits tak sampai ke otak mereka. Tidak dipahami. Karena taqlid pada Syekh mereka, penafsirannya bertentangan dengan Jumhur Ulama. Akibatnya selain mencaci sesama Muslim dengan kata-kata yang menyakitkan seperti Ahli Bid’ah, Kuburiyyun (Penyembah Kuburan), Musyrik, Sesat, Kafir, dsb, saat kuat, mereka membunuh sesama Muslim. Khalifah Ali adalah korban pembunuhan Khawarij yang pertama karena menurut kaum Khawarij Ali sudah sesat/kafir.

Ini karena usia mereka masih muda. Lemah akal. Banyak yang dari kecil hingga SMA tidak pernah belajar agama Islam di pengajdian atau masjid, tahu-tahu di universitas belajar Islam dari kelompok yang ekstrim. Akibatnya saat aliran itu sesat, mereka keluar dari Islam meski mereka merasa berpegang kepada Al Qur’an dan Sunnah:
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771).

سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام

“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

يخرج قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم

“Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim).

يحسنون القيل ويسيئون الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء

“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim).

Berbagai ayat Al Qur’an dan Hadits mereka pakai, namun kesimpulan lain yang mereka dapat dan amalkan. Berbagai larangan Allah dalam Al Qur’an seperti Su’u Zhon (Buruk Sangka), Mengolok-olok sesama, Mengkafirkan sesama Muslim, dan membunuh sesama Muslim. Berbagai caci-maki terhadap sesama Muslim seperti Ahlul Bid’ah, Sesat, Kafir dan sebagainya terlontar dari mulut mereka.

Kaum Khawarij ini merasa paling benar. Bahkan Khawarij pertama merasa lebih benar dari Nabi sehingga menuduh Nabi tidak adil. Khawarij masa kini menuduh Jumhur Ulama yang merupakan Pewaris Nabi sebagai tidak adil. Contohnya ada Khawarij bilang sejumlah ulama besar adalah sesat atau pembela aliran sesat:
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762).

Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata: 
Seseorang datang kepada Rasulullah saw. di Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak. Dan Rasulullah saw. mengambilnya untuk diberikan kepada manusia. Orang yang datang itu berkata: Hai Muhammad, berlaku adillah! Beliau bersabda: Celaka engkau! Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil? Engkau pasti akan rugi, jika aku tidak adil. Umar bin Khathab ra. berkata: Biarkan aku membunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Aku berlindung kepada Allah dari pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri. Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1761).

Ciri Khawarij ini adalah gemar membaca Al Qur’an, mengaku pembela Islam, namun tidak mengamalkannya. Dia datangi ummat Islam dgn pedang sambil menuduh ummat Islam melakukan kesyirikan. Padahal Syirik menurut pemahaman Nabi adalah menyembah berhala. Yang dilakukan Nabi adalah menghancurkan berhala. Bukan membunuh orang-orang yang dituduh Musyrik:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ، وَكَانَ رِدْئًا لِلْإِسْلَامِ، انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ»، قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ، الْمَرْمِيُّ أَمِ الرَّامِي؟ قَالَ: «بَلِ الرَّامِي»

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).

Kafirnya Khawarij bukan karena aqidahnya sesat atau karena ibadahnya penuh bid’ah. Aqidah dan ibadahnya bersih. Namun sikap mereka yang mengkafirkan Muslim lain itulah yang mengakibatkan mereka jadi kafir. Keluar dari Islam. Khawarij artinya orang-orang yang keluar (dari Islam).

يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ

“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR. Abu Dawud).

Bahkan merekapun membawakan hadis-hadis Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, namun dipahami dengan pemahaman yang tidak benar, sabda Nabi,

يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ

“Akan ada di akhir zaman suatu kaum yang usianya muda, dan pemahamannya dangkal, mereka mengucapkan perkataan manusia yang paling baik (Rasulullah), mereka lepas dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya, iman mereka tidak sampai ke tenggorokan..” (HR Bukhari).

Pemikiran takfiri (mudah mengkafirkan) adalah pemikiran yang ditakutkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk menimpa umatnya, karena ia berakibat yang tidak bagus dan merugikan Islam dan kaum muslimin bahkan merusak citra Islam dan mengotori keindahannya. Oleh karena itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengecam keras Khawarij dalam hadis-hadisnya, Abu Ghalib berkata,

رَأَى أَبُو أُمَامَةَ رُءُوسًا مَنْصُوبَةً عَلَى دَرَجِ مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَقَالَ أَبُو أُمَامَةَ كِلَابُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ خَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوهُ ثُمَّ قَرَأَ { يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ } إِلَى آخِرِ الْآيَةِ
قُلْتُ لِأَبِي أُمَامَةَ أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ لَمْ أَسْمَعْهُ إِلَّا مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا حَتَّى عَدَّ سَبْعًا مَا حَدَّثْتُكُمُوهُ.

“Abu Umamah melihat kepala-kepala (kaum Khawarij) yang dipancangkan di jalan Masjid Damaskus, Abu Umamah berkata, “Anjing-anjing neraka, seburuk-buruknya orang yang terbunuh di kolong langit, dan sebaik-baiknya yang dibunuh adalah orang yang dibunuh oleh mereka (Khawarij), kemudian beliau membaca Ayat, “Pada hari wajah-wajah menjadi putih dan wajah-wajah lain menjadi hitam..” Sampai akhir ayat.

Aku berkata kepada Abu Umamah, “Engkau mendengarnya dari Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam?” Beliau menjawab, “Aku mendengarnya sekali, dua kali, tiga kali, empat kali sampai tujuh kali. Bila aku tidak mendengarnya, aku tidak akan menyampaikannya kepada kamu.” (HR. At Tirmidzi).

Tempat kaum Khawarij berasal. Nabi menunjuk ke arah Timur:
Hadis riwayat Sahal bin Hunaif ra.:
Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776).

Saat mengatakan itu, Nabi berada di Madinah, Hijaz. Ada pun di timur Madinah/Hijaz adalah Najd, tempat lahirnya Muhammad bin Abdul Wahhab:


Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari].

Khawarij ini dengan dalih memurnikan Islam, menghidupkan Sunnah, dsb ternyata malah memecah belah Islam. Tetaplah dalam Jama’ah / kelompok terbesar Islam. Jangan mengikuti firqoh mereka:
Dari Anas berkata : Ada seorang lelaki pada zaman Rasulullah berperang bersama Rasulullah dan apabila kembali (dari peperangan) segera turun dari kenderaannya dan berjalan menuju masjid nabi melakukan shalat dalam waktu yang lama sehingga kami semua terpesona dengan shalatnya sebab kami merasa shalatnya tersebut melebihi shalat kami, dan dalam riwayat lain disebutkan kami para sahabat merasa ta’ajub dengan ibadahnya dan kesungguhannya dalam ibadah, maka kami ceritakan dan sebutkan namanya kepada Rasulullah, tetapi rasulullah tidak mengetahuinya, dan kami sifatkan dengan sifat-sifatnya, Rasulullah juga tidak mengetahuinya, dan tatkala kami sednag menceritakannya lelaki itu muncul dan kami berkata kepada Rasulullah: Inilah orangnya ya Rasulullah. Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya kamu menceritakan kepadaku seseorang yang diwajahnya ada tanduk syetan. Maka datanglah orang tadi berdiri di hadapan sahabat tanpa memberi salam. Kemudian Rasulullah bertanya kepada orang tersebut : ” Aku bertanya kepadamu, apakah engkau merasa bahwa tidak ada orang yang lebih baik daripadamu sewaktu engkau berada dalam suatu majlis. ” Orang itu menjawab: Benar”. Kemudian dia segera masuk ke dalam masjid dan melakukan shalat dan dalam riwayat kemudian dia menuju tepi masjid melakukan shalat, maka berkata Rasulullah: ”Siapakah yang akan dapat membunuh orang tersebut ? ”. Abubakar segera berdiri menuju kepada orang tersebut, dan tak lama kembali. Rasul bertanya : Sudahkah engkau bunuh orang tersebut? Abubakar menjawab : ”Saya tidak dapat membunuhnya sebab dia sedang bersujud ”. Rasul bertanya lagi : ”Siapakah yang akan membunuhnya lagi? ”. Umar bin Khattab berdiri menuju orang tersebut dan tak lama kembali lagi. Rasul berkata: ”Sudahkah engkau membunuhnya ? Umar menjawab: ”Bagaimana mungkin saya membunuhnya sedangkan dia sedang sujud”. Rasul berkata lagi ; Siapa yang dapat membunuhnya ?”. Ali segera berdiri menuju ke tempat orang tersebut, tetapi orang terebut sudah tidak ada ditempat shalatnya, dan dia kembali ke tempat nabi. Rasul bertanya: Sudahkah engkau membunuhnya ? Ali menjawab: ”Saya tidak menjumpainya di tempat shalat dan tidak tahu dimana dia berada. ” Rasulullah saw melanjutkan: ”Sesungungguhnya ini adalah tanduk pertama yang keluar dari umatku, seandainya engkau membunuhnya, maka tidaklah umatku akan berpecah. Sesungguhnya Bani Israel berpecah menjadi 71 kelompok, dan umat ini akan terpecah menjadi 72 kelompok, seluruhnya di dalam neraka kecuali satu kelompok ”. Sahabat bertanya : ” Wahai nabi Allah, kelompk manakah yang satu itu? Rasulullah menjawab : ”Al Jamaah”. (Musnad Abu Ya’la/ 4127, Majma’ Zawaid/6-229).

Rasulullah saw bersabda: ”Nanti pada akhir zaman akan muncul kaum mereka membaca Al-Quran ttetapi tidak melebihi kerongkongan, merka memecah Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya, dan mereka akan terus bermunculan sehingga keluar yang terakhir daripada mereka bersama Dajjal, maka jika kamu berjumpa dengan mereka, maka perangilah sebab mereka itu seburuk-buruk makhluk dan seburuk-buruk khalifah. ” ( Sunan Nasai/4108, Sunan Ahmad/19783 ).

Kelompok Khawarij ini tak segan-segan menista ummat Islam yang berbeda pendapat dengan mereka dengan berbagai sebutan yang mereka sendiri tidak suka. Padahal itu dilarang oleh Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 11-12].

“Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708).

Ayat Al Qur’an dan hadits di atas sering mereka ucapkan. Namun sering pula mereka langgar sehingga mereka mengumpat dan bersangka buruk terhadap sesama Muslim.

Jika diingatkan dengan enteng mereka berdalih: “Ah mereka bukan Muslim!”
Tidak pantas bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau mengkafirkan sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru tidak punya iman:
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud).

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani).

Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim].

Lihat hadits di atas saat Usamah berkilah: “Ah dia berpura2″ Ah dia taqiyah! Ah dia berbohong. Tidak pantas kita berdalih seperti itu karena kita manusia tidak tahu isi hati mereka. Kita hanya bisa menilai zahir lisan, tulisan, dan perbuatan mereka.
Meski mengkafirkan sesama Muslim itu resikonya sangat berat, kaum Khawarij selalu menemukan cara untuk itu.

Dari Abu Zar r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang memanggil orang lain dengan sebutan kekafiran atau berkata bahwa orang itu musuh Allah, padahal yang dikatakan sedemikian itu sebenarnya tidak, melainkan kekafiran itu kembalilah pada dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Apabila ada seseorang berkata kepada saudaranya -sesama Muslimnya-: “Hai orang kafir,” maka salah seorang dari keduanya -yakni yang berkata atau dikatakan- kembali dengan membawa kekafiran itu. Jikalau yang dikatakan itu benar-benar sebagaimana yang orang itu mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya kekafiran, tetapi jikalau tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang yang mengucapkannya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih).

Mereka gemar berdusta dan mengadu-domba sesama Muslim meski tahu dosanya amat besar:
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk syurga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua orang yang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa karena kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga -bila dilakukan secara terus menerus-. Adapun yang seorang diantara keduanya itu dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari kencingnya -yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta kesucian dari najis-.” Muttafaq ‘alaih. Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: “Tidaklah mereka itu disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,” yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan hal besar -berat- baginya untuk meninggalkannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Yaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia.” (Riwayat Muslim) Al’adhha dengan fathahnya ‘ain muhmalah dan sukunnya dhad mu’jamah dan dengan ha’ menurut wazan Alwajhu. Ada yang mengatakan Al’idhatu dengan kasrahnya ‘ain dan fathahnya dhad mu’jamah menurut wazan Al’idatu, artinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut riwayat pertama, maka al’adhhu adalah mashdar, dikatakan: ‘adhahahu ‘adhhan artinya melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan.

Meski Allah dan RasulNya memerintahkan ummat Islam bersatu, namun kaum Khawarij ini meski sering mengutip ayat dan hadits tentang itu selalu memecah-belah persatuan ummat Islam dengan berbagai dalih. Mereka merasa hanya merekalah yang benar. Yang lain sesat atau kafir:
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32].

Mereka gemar berbantah-bantahan panjang lebar hanya untuk menimbulkan fitnah dan melemahkan kekuatan Islam.
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al Anfaal 46].

Sebaliknya meski mengaku ingin berpegang pada sunnah, namun dengan bersahabat dengan kaum Yahudi dan Nasrani dan menganggap kaum tersebut lebih baik daripada sesama Muslim, mereka ingkar Al Qur’an. Ingkar kepada Allah.

Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51].

Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52].

Kita mungkin terkagum-kagum pada ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi yang dibawakan oleh kaum Khawarij tersebut, namun itu semua tidak mereka amalkan. Bahkan mereka injak-injak. Mereka bersikap keras dan zalim terhadap sesama Islam dan justru lemah-lembut terhadap orang-orang kafir harbi.

Kaum Khawarij ini seperti kaum Yahudi yang akan dilempar masuk neraka karena hanya bicara tanpa melakukan apa yang dia ucapkan:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” [Al Baqarah 44] .

Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, “Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar?” Orang tersebut menjawab, “Ya benar, dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat mungkar sedang aku sendiri melakukannya.” (HR. Muslim).

Kaum Khawarij ini berpendapat hanya ada 1 kebenaran, yaitu pendapat mereka dan memaksakan kehendaknya kepada yang lain. Padahal dalam Islam itu ada dikenal Khilafiyah atau beda pendapat. Oleh karena itulah ada 4 Madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi’ie, dan Hambali. Semua madzhab itu benar. Tidak ada yang salah. Dan Imam Malik juga menolak saat Sultan Harun Al Rasyid meminta agar Madzhab Maliki dipakai sebagai satu-satunya Madzhab di negara Islam. Beliau khawatir nanti di tempat lain yang memakai madzhab lain bisa berontak.

Di zaman Nabi pun para sahabat biasa berbeda pendapat:
Umar bin Khattab berkata: “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di masa hidupya Rasulullah SAW, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya dengan beberapa huruf yang belum pernah Rasulullah SAW membacakannya kepadaku sehingga aku hampir beranjak dari shalat, kemudian aku menunggunya sampai salam. Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: “Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?”. Ia menjawab: “Rasulullah SAW yang membacakannya kepadaku”, aku menyela: “Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya Rasulullah SAW telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca ini”.

Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat Al-Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat Al-Furqan ini kepadaku”. Rasulullah SAW menjawab: “Hai Umar! lepaskan dia. “Bacalah Hisyam!”. Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya. Rasululllah SAW bersabda: “Begitulah surat itu diturunkan” sambil menyambung sabdanya: “Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang paling mudah!”.

Dalam satu riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan pula bacaan sahabat Umar r.a. kemudian beliau bersabda: “Begitulah bacaan itu diturunkan”.
Saat berbeda pun dalam berpuasa di perjalanan para sahabat tidak saling cela. Ada yang berbuka, ada pula yang tetap berpuasa:
Anas bin Maalik berkata: “Kami sedang bermusafir bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam semasa Ramadhan dan di kalangan kami ada yang berpuasa, ada yang tidak berpuasa. Golongan yang berpuasa tidak menyalahkan orang yang tidak berpuasa dan golongan yang tidak berpuasa tidak menyalahkan orang yang berpuasa. [ hadist riwayat Bukhari and Muslim].

Dari situ kita tahu bahwa kebenaran itu KADANG-KADANG tidak hanya satu. Bisa 2 bahkan 7 seperti cara membaca Al Qur’an di atas. Nabi membenarkan mereka semua dan tidak mencela salah satu kelompok. Jika dipaksakan hanya satu meski yang lain tidak suka, maka akan timbul perpecahan.
Ciri Khawarij lainnya adalah akhlak yang buruk. Nabi dan ummat Islam yang baik memiliki akhlak yang mulia. Penuh kasih sayang. Bukan kekejian:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. ” [Al Anbiyaa' 107].

Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
Sebaliknya orang yang akhlaknya rendah, keji, dan suka bermusuhan adalah orang yang dibenci Allah:
Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi).

Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari).

Jadi jika kita ikut pengajian, tapi gurunya akhlaknya buruk dan kita pun jadi kasar, niscaya itu pengajian yang sesat.
Kadang ada orang yang merasa berjihad/mujahid, namun akhlaknya kasar dan sombong. Tidak punya adab. Ada yang suka menghina sesama Muslim bahkan ulama. Seolah-olah dia yang mempunyai surga. Padahal Nabi yang merupakan Mujahid Agung akhlaknya sangat sempurna.

mam Thabari meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia menyebutkan tentang Khawarij dan apa yang ia dapati ketika mereka membaca Al-Qur’an dengan perkataannya: “Mereka beriman dengan yang muhkam dan binasa dalam ayat mutasyabih“. (Lihat Tafsir Ath-Thabari, III/181).

Pemahaman mereka yang keliru itu mengantarkan mereka menyelisihi Ijma’ Salaf dalam banyak perkara, hal itu dikarenakan oleh kebodohan mereka dan kekaguman terhadap pendapat mereka sendiri, serta tidak bertanya kepada Ahlu Dzikri dalam perkara yang mereka samar atasnya.

Jadi itulah beberapa ciri kaum Khawarij yang sebetulnya jika kita tidak taqlid dan membaca Al Qur’an dan Hadits dengan cerdas, mereka itu meski dalihnya menghidupkan Sunnah, pada dasarnya Ingkar Al Qur’an dan Ingkar Sunnah.

 Keras dan Kasar

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyifati kaum Khawarij bahwa mereka adalah kaum yang kasar lagi keras perangainya, beliau bersabda,

سَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ أَشِدَّاءُ أَحِدَّاءُ ذَلِقَةٌ أَلْسِنَتُهُمْ بِالْقُرْآنِ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ أَلَا فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ ثُمَّ إِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ فَالْمَأْجُورُ قَاتِلُهُمْ

Akan keluar dari umatku beberapa kaum yang keras lagi kasar, lisan-lisan mereka fasih membaca Alquran, namun tidak sampai ke tenggorokan mereka.” (HR. Ahmad dan lainnya).

Sangat Hebat Dalam Ibadah
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyifati bahwa mereka adalah kaum yang amat hebat ibadahnya, beliau bersabda,

يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ

Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka mengira bahwa Alquran itu hujjah yang membela mereka, padahal ia adalah hujah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari islam sebagaimana melesatnya anak panah dari buruannya.” (HR. Abu Dawud).

shalawat nariah.

Menurut Salafi Wahabi, Jutaan Muslim Jadi Musyrik Gara-gara Baca Shalawat Nariyah.

shalawat nariah.

KAJIAN SEDERHANA TENTANG SHALAWAT NARIYAH

(Jawaban Atas Tuduhan “Syirik” Terhadap Shalawat Nariyah)

Oleh: Ustadz Abu hilya

 بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على من اسرى الله به ليلا من المسجد الحرام الى المسجد الاقصى, سيدنا محمد المصطفى والمجتبى, وعلى اله وصحبه اهل التقى والوفى….

Di antara amaliyah Ummat Islam khususnya kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah membaca sholawat atas Nabi –shollallohu ‘alaihi wasallam- dengan bermacam redaksi. Dan diantara redaksi sholawat yang paling masyhur di kalangan ASWAJA khusunya Nahdliyyin di Indonesia adalah Shalawat Nariyah.

Namun belakangan ini para pengamal sholawat tersebut (juga sholawat yang lain) mendapat tuduhan dan stigma negative oleh sebagian kelompok yang kami anggap kurang atau bahkan sama sekali tidak memahami persoalan. Dan yang terbaru adalah apa yang menjadi konten tayangan Trans 7 yang bertajuk Khazanah. Bid’ah dan Syirik adalah label yang mereka sematkan kepada beberapa redaksi sholawat. Sungguh berbagai upaya Tabayyun telah diusahakan oleh para ahlinya, namun telinga dan mata hati mereka seakan telah tertutup tebalnya tembok doktrin yang tidak berdasar.

Namun demikian, kami berharap tulisan sederhana dari al faqir yang mencintai kedamian ini menjadi sumbangsih kami demi terciptanya ukhuwah dan perdamian… Semoga Alloh berkenan memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua…

 ألّلهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِالَّذِى تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

“ Ya Alloh.. Curahkanlah limpahan shalawat (rahmat) dan salam yang sempurna atas junjungan kami Muhammad, yang dengannya terlepas banyak ikatan, terbuka banyak kesulitan, terpenuhi banyak hajat, tercapai banyak keinginan, tergapai Husnul Khotimah, dan berkat wajahnya nan mulia hujan diturunkan, juga atas keluarga dan para sahabatnya, disetiap kedipan mata dan hembusan nafas, sebanyak segala yang diketahui oleh-Mu “

Demikian kurang lebih redaksi Shalawat Nariyah yang sering dituduh sebagai Sholawat “Syirik”.Tulisan kami kali ini tidak menjelaskan sholawat Nariyah dari sudut pandang Bid’ah, mengingat sudah banyak yang menjelaskan tentang redaksi sholawat Ghoiru Ma’tsur semisal redaksi sholawatnya Sayyidina Ali, Ibn Mas’ud, Imam Hasan Al Bishri, Al Ghozali dan yang lain.

Disini kami ingin membuktikan bahwa shalawat Nariyah sama sekali tidak mengandung unsur “Syirik”.
Pertama: Sholawat, apapun redaksinya selama substansi dan nilai dasar dari sholawat tersebut adalah Memohon Rohmat dan Salam kepada Alloh untuk Nabi Muhammad – shollallohu ‘alaihi wasallam- , tidak akan mengandung syirik.

Coba anda perhatikan redaksi sholawat berikut :

ألّلهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ

“ Ya Alloh.. Curahkanlah limpahan sholawat (rahmat) dan salam yang sempurna atas junjungan kami Muhammad”.

Dalam redaksi shalawat tersebut (juga sholawat-sholawat yang lain) kita dapati setidaknya empat rukun :
1. Alloh Al Quddus : Dzat Yang dimohon untuk memberikan rahmat dan salam.
2. Sholawat (Rahmat) dan Salam : Obyek perkara yang dimohon.
3. Nabi Muhammad : Yang dimohonkan untuknya.
4. Musholli ‘alan Nabi : Orang yang memohon rahmat dan salam.

Dengan demikian, apapun redaksi sholawat akan dengan proporsional menempatkan Alloh sebagai Dzat yang dimohon dan menempatkan Rosululloh sebagai makhluk yang dimohonkan rohmat dan salam untuknya. Sehingga orang yang bersholawat tidak akan pernah menyamakan Rosululloh dengan Robbnya yakni Alloh –subhanahu wa ta’ala-, inilah salah satu dari hikmah perintah membaca sholawat dan salam atas Rosululloh, yakni menghindarkan ummat Islam terjatuh dalam kesalahan ummat Nabi Isa –‘alaihis salam-.

Kedua : Tentang pujian-pujian kepada Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam- yang mengiringi sholawat Nariyah, adakah pujian-pujian tersebut yang mengandung unsur “syirik” ?
Mari kita buktikan bersama :
a. Redaksi yang berbunyi :

الَّذِى تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ

“yang dengannya terlepas banyak ikatan, terbuka banyak kesulitan”.  Adalah Imam Al Hakim dalam Al Mustadroknya dan Imam At Tirmidzi dalam As Sunan-nya meriwayatkan sebuah hadits tentang lelaki buta yang mengadu kepada Rosululloh :

يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ وَقَدْ شَقَّ عليَّ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ :اِئْتِ الْمِيْضأةَ فَتَوَضَّأْ ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّكَ فَيُجْلِي لِي عَنْ بَصَرِي ،
اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي ، قَالَ عُثْمَانُ : فَوَاللهِ مَا تَفَرَّقْنَا وَلَا طَالَ بِنَا الْحَدِيْثُ حَتَّى دَخَلَ الرَّجُلُ وَكَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بِهِ ضَرَرٌ

“Ya Rosulalloh, sungguh saya tidak memiliki penuntun dan saya merasa berat,” kata laki-laki buta tersebut. Kemudian Rosululloh memerintahkan : “Pergilah ke tempat wudhu dan berwu-dhulah, kemudian sholatlah dua roakaat.”.

Selanjutnya laki-laki tersebut berdo’a : “Ya Alloh, sungguh saya memohon kepada-Mu dan bertawassul kepada-Mu dengan Nabi-Mu Muhammad, Nabi rohmat. Wahai Muhammad saya bertawassul denganmu kepada Tuhanmu agar Dia menyembuhkan pandanganku. Ya Alloh, terimalah syafa’atnya untukku dan terimalah syafaatku untuk diriku.”.

Utsman (yang meriwayatkan hadits) berkata : “Maka demi Alloh, kami belum bubar dan belum lama obrolan selesai, sampai lelaki buta itu masuk seolah ia belum pernah mengalami kebutaan.” Imam Al Hakim meriwayatkan hadits diatas dalam Al Mustadrok, dan beliau berkata bahwa hadits tersebut shohih,sedang Imam At Tirmidzi menilai hadits diatas sebagai hadits hasan shohih yang ghorib.

Abu Ya’la dalam Al Musnad-nya meriwayatkan sebuah hadits tentang Qotadah :

أَنَّ قَتَادَةَ بْنَ النُّعْمَانِ أُصِيْبَتْ عَيْنُهُ يَوْمَ بَدْرٍ فَسَالَتْ حَدْقَتُهُ عَلَى وَجْنَتِهِ فَأَرَادُوْا أَنْ يَقْطَعُوْهَا فَسَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : لَا : فَدَعَا بِهِ فَغَمَزَ حَدْقَتَهُ بِرَاحَتِهِ فَكَانَ لَا يُدْرَى أَيُّ عَيْنِهِ أُصِيْبَتْ

Bahwa Qotadah ibnu an Nu’man mengalami kecelakakaan pada matanya sewaktu perang badar hingga kornea matannya keluar ke pipinya. Para sahabat hendak memutus kornea mata tersebut. Lalu Qotadah bertanya kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam. “Jangan !“ kata Rosululloh. Kemudian Rosululloh meletakkan telapak tangan beliau pada kornea mata Qotadah, lalu menekan masuk. Selanjutnya tidak diketahui mata yang mana yang pernah mengalami kecelakaan. (HR, Abu Ya’la).

Adakah redaksi sholawat tersebut mengandung unsur syirik, sedang faktanya sebagaimana yang anda saksikan dalam hadits-hadits diatas yang tentunya masih banyak fakta-fakta lain ? Terlebih Rosululloh sendiri mencanangkan dalam sabdanya yang mulia :

وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Dan barangsiapa membebaskan saudaranya muslim dari kesulitan, maka Alloh akan membebaskan kesulitannya dari kesulitan-kesulitan hari kiamat”. (Muttafaq ‘Alaih).

Maka pertanyaannya adalah : Musyrik-kah kami dan orang-orang yang memuji Nabi sebagai makhluk “yang dengannya dilepaskan segala ikatan dan dibebaskan segala kesulitan…? ”
b. Redaksi selanjutnya berbunyi :

وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ

terpenuhi banyak hajat, tercapai banyak keinginan, Imam Al Bukhori meriwayatkan sebuah hadits tentang Rosululloh yang mengabulkan keinginan Abu Huroiroh :

يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي أَسْمَعُ مِنْكَ حَدِيثًا كَثِيرًا أَنْسَاهُ قَالَ ابْسُطْ رِدَاءَكَ فَبَسَطْتُهُ قَالَ فَغَرَفَ بِيَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ ضُمَّهُ فَضَمَمْتُهُ فَمَا نَسِيتُ شَيْئًا بَعْدَهُ

“Wahai Rosululloh, saya mendengar banyak hadits darimu namun saya lupa. Saya ingin lupa ini hilang,” Abu Huroiroh mengadu. “Bentangkan selendangmu,” perintah beliau.
Lalu Abu Huroiroh membentangkan selendangnya dan Nabi mengambil udara dengan tangannya dan meletakkannya pada selendang tersebut kemudian bersabda, “Lipatlah selendangmu!”
Lalu Abu Huroiroh melipat selendangnya. “Sesudah peristiwa itu saya tidak pernah
mengalami lupa,” ucap Abu Huroiroh. (HR. Al Bukhori).

Perhatikan fakta bahwa Rosululloh mengabulkan keinginan Abu Huroiroh, dan tentunya masih banyak fakta-fakta lain yang menunjukkan bahwa Rosululloh sering mengabulkan keinginan para sahabatnya, terlebih jika kita memperhatikan hadits-hadits berikut :

وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ

“Barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya maka Alloh akan memenuhi kebutuhannya.”(HR. Al Bukhori / Muslim).

وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Alloh senantiasa membantu seorang hamba sepanjang ia selalu membantu saudaranya.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan yang lain).

Maka di manakah redaksi sholawat yang memuji Nabi sebagai makhluk “yang dengannya terpenuhi banyak hajat, tercapai banyak keinginan,” dianggap syirik …?
c. Redaksi selanjutnya berbunyi :

وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ

‘tergapai Husnul Khotimah”, adakah yang salah dari redaksi sholawat tersebut ?
Sedang faktanya adalah Bahwa Umar Ibn Khotthob –rodhiyallohu ‘anhu- yang sebelumnya sangat membenci Islam kemudian masuk islam berkat do’a Nabi ?
juga Tsumamah serta para sahabat yang lain yang masuk Islam berkat akhlak mulia Rosululloh ?
d. Redaksi selanjutnya berbunyi :

وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

“dan berkat wajahnya nan mulia hujan diturunkan, juga atas keluarga dan para sahabatnya, disetiap kedipan mata dan hembusan nafas, sebanyak segala yang diketahui oleh-Mu,”  
kepada semua yang menganggap syirik redaksi sholawat tersebut, perhatikanlah fakta berikut :

فَهَذَا أَعْرَاِبّي يُنَادِيْهِ وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَقُوْلُ : يَا رَسُولَ اللهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعْتِ السُّبُلُ فَادْعُ اللهَ أَنْ يُغِيثَنَا فَدَعَا اللهَ وَجَاءَ الْمَطَرُ إِلَى الْجُمْعَةِ الثَّانِيَةِ ، فَجَاءَ وَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ تَهَدَّمَتِ الْبُيُوْتُ وَتَقَطَّعَتِ السُّبُلُ وَهَلَكَتِ الْمَوَاشِي
.. يَعْنِي مِنْ كَثْرَةِ الْمَطَرِ فَدَعَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْجَابَ السَّحَابُ وَصَارَ الْمَطَرُ حَوْلَ الْمَدِيْنَةِ

Seorang A’rabi memanggil Rosululloh saat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berkhutbah pada hari Jum’at ; “Wahai Rosululloh, harta benda rusak parah dan jalan-jalan terputus. Berdo’alah engkau kepada Allah agar Dia menurunkan hujan.”Beliau kemudian berdo’a dan turunlah hujan hingga jum’ah kedua. Berikutnya A’robi tadi datang lagi kepada beliau. “Wahai Rosululloh, rumah-rumah roboh, jalan-jalan terputus, dan binatang-binatang ternak mati…” yakni karena derasnya hujan. Akhirnya beliau shollallohu ‘alaihi wasallam berdo’a dan mendung pun hilang. Hujan terjadi di sekitar Madinah.” (HR. Bukhori, Muslim, dan yang lain).

Selanjutnya Imam Al Bukhori juga meriwayatkan hadits dalam shohihnya dengan sanad bersambung hingga Abdulloh Ibn Umar :

وَقَالَ عُمَرُ بْنُ حَمْزَةَ حَدَّثَنَا سَالِمٌ عَنْ أَبِيهِ رُبَّمَا ذَكَرْتُ قَوْلَ الشَّاعِرِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَسْقِي فَمَا يَنْزِلُ حَتَّى يَجِيشَ كُلُّ مِيزَابٍ* وَأَبْيَضَ يُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ* ثِمَالُ الْيَتَامَى عِصْمَةٌ لِلْأَرَامِلِ

Umar bin Hamzah berkata, Salim telah menceritakan padaku dari ayahnya: “Kadang aku mengingat seorang penyair seraya kupandang wajah Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam yang sedang memohon hujan. Maka beliau tidak turun sampai talang mengalir airnya.” Rambut yang memutih (menyaksikan); mendung diminta menurunkan hujan dengan wajahnya…. dialah penyantun anak-anak yatim juga pelindung para janda.... (HR. Bukhori).

Jika pujian yang berbunyi “Wa Yustasqol Ghomaamu Biwajhihil Kariim” (dan berkat wajahnya nan mulia hujan diturunkan) dianggap syirik, maka adakah Abdulloh Ibnu Umar yang menyitir syiir tersebut telah musyrik …?

أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ

“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Atau adakah kalian (berbuat demikian): bagaimana kalian mengambil keputusan (menghukumi)…?”

Wahabi Tuduh Muslim Lebih Syirik dari Musyrikin Quraisy Mekkah.

Ini adalah pendapat pendiri gerakan Wahhabi, Muhammad bin Abdul Wahhab dari situs Wahabi sendiri, yaitu muslim.or.id. Yang jadi pertanyaan: Kalau ummat Islam di Mekkah dan Madinah itu Musyrik bahkan kemusyrikannya melebihi kaum kafir Quraisy Mekkah yang menyembah berhala, lalu di manakah ummat Islam yang lurus? Apakah cuma Muhammad bin Abdul Wahhab dan segelintir pengikutnya saja yang lurus atau tidak musyrik?

Ummat Islam lebih Musyrik dari Kaum Musyrikin Mekkah Penyembah Berhala?

Ini tulisannya:
Adapun daerah Hijaz (Mekkah dan Madinah) sekalipun tersebarnya ilmu dikarenakan keberadaan dua kota suci yang selalu dikunjungi oleh para ulama dan penuntut ilmu. Di sini tersebar kebiasaan suka bersumpah dengan selain Allah, menembok serta membangun kubah-kubah di atas kuburan serta berdoa di sana untuk mendapatkan kebaikan atau untuk menolak mara bahaya dsb (lihat pembahasan ini dalam kitab Raudhatul Afkar karangan Ibnu Qhanim). Begitu pula halnya dengan negeri-negeri sekitar hijaz, apalagi negeri yang jauh dari dua kota suci tersebut, ditambah lagi kurangnya ulama, tentu akan lebih memprihatinkan lagi dari apa yang terjadi di Jazirah Arab.
Hal ini disebut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya al-Qawa’id Arba’: “Sesungguhnya kesyirikan pada zaman kita sekarang melebihi kesyirikan umat yang lalu, kesyirikan umat yang lalu hanya pada waktu senang saja, akan tetapi mereka ikhlas pada saat menghadapi bahaya, sedangkan kesyirikan pada zaman kita senantiasa pada setiap waktu, baik di saat aman apalagi saat mendapat bahaya.” Dalilnya firman Allah:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka menaiki kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan agama padanya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke daratan, seketika mereka kembali berbuat syirik.” (QS. al-Ankabut: 65)
Dalam ayat ini Allah terangkan bahwa mereka ketika berada dalam ancaman bencana yaitu tenggelam dalam lautan, mereka berdoa hanya semata kepada Allah dan melupakan berhala atau sesembahan mereka baik dari orang sholeh, batu dan pepohonan, namun saat mereka telah selamat sampai di daratan mereka kembali berbuat syirik. Tetapi pada zaman sekarang orang melakukan syirik dalam setiap saat.
Kaum Wahabi memakai ayat-ayat Al Qur’an yang Asbabun Nuzulnya berkaitan dengan kaum kafir Quraisy yang menyembah berhala untuk mengkafirkan ummat Islam sebagai Musyrik. Satu hal yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi, sahabat, dan para Ulama Salaf. Padahal di ayat itu dijelaskan bahwa saat mereka sampai ke DARATAN, mereka kembali MENYEMBAH BERHALA. Jadi menyembah Allah saat di laut saja.

Nah sekarang coba kita tanya dan pikirkan, apakah ummat Islam yang ada di daratan ini menyembah berhala sebagaimana kaum kafir Quraisy? Tidak bukan? Ummat Islam itu menyembah Allah semata. Jadi itu adalah su’u zhon yang buruk sekali.

Tidak pernah Nabi menuduh ummat Islam sebagai Musyrik apalagi lebih musyrik daripada kaum kafir Quraisy Mekkah. Bahkan Allah di Al Qur’an memuji ummat Islam sebagai ummat terbaik:
“Kamu (Ummat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” [Ali 'Imran 110].

Setelah menuduh ummat Islam sebagai Musyrik, bersama Muhammad bin Saud dan dibantu oleh dana dan senjata Inggris, Wahabi memerangi dan membunuh ummat Islam di Thaif, Mekkah, Madinah, dsb dengan dalih memurnikan agama Islam. Ummat Islam yang menentangnya difitnah sebagai Musuh Allah, Musuh Islam, Musuh Tauhid, dan sebagainya.

Mengkafirkan ummat Islam itu besar dosanya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu (atau mengucapkan Tahlil): “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [dulu juga kafir], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” [An Nisaa' 94].

Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud).

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani).


Insya Allah ummat Islam adalah ummat yang menjunjung Tauhid. Jika pun ada yang sesat, jumlahnya amat kecil/minoritas. Tidak bisa menisbatkan/menggeneralisasi kesesatan/kemusyrikan kepada mayoritas/jama’ah Muslim. Nabi tidak pernah mengkhawatirkan ummat Islam akan jadi musyrik sebagaimana Wahabi:
Dari Uqbah bin Amir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. pergi keluar ke tempat orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Uhud, lalu beliau s.a.w. mendoakan mereka setelah terkubur selama delapan tahun, sebagai seorang yang hendak mohon diri untuk orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian beliau s.a.w. naik ke mimbar lalu bersabda: “Sesungguhnya saya sekarang ini di hadapan engkau semua sebagai orang yang mendahului dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya tempat perjanjian kita bertemu lagi ialah di Haudh -sebuah danau di syurga. Sesungguhnya saya dapat melihat Haudh itu dari tempatku ini. Tidak ada yang benar-benar saya takuti untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan menjadi orang musyrik -sebab tentulah jauh dari kemusyrikan itu, tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlomba-lomba dalam mengejar keduniaan.” Uqbah berkata: “Itulah yang merupakan pandangan saya yang terakhir yang saya dapat melihat kepada Rasulullah s.a.w.” (Muttafaq ‘alaih).

Wahabi “mengkhawatirkan” dan menuduh ummat Islam musyrik agar punya dalih untuk memerangi ummat Islam.
Muhammad bin Saud sebagai pemimpin Dir’iyah waktu itu mendatangi tempat di mana Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menumpang, maka di situ terjalinlah perjanjian yang penuh berkah bahwa di antara keduanya berjanji akan bekerja sama dalam menegakkan agama Allah.
Dengan bersekutu dengan penguasa yang memerangi ummat Islam dengan dibantu kaum kafir harbi Inggris, cukuplah hadits Nabi ini menggambarkan siapa Muhammad bin Abdul Wahhab itu:
Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami).

Siapa Musuh Wahabi? Orang Kafir apa Ummat Islam?

Coba kita lihat tulisan Wahabi yang menggambarkan bagaimana Muhammad bin Abdul Wahhab mendapat tentangan dari “Musuh-musuhnya”:
Karena hari demi hari dakwah tauhid semakin tersebar mereka para musuh dakwah tidak mampu lagi untuk melawan dengan kekuatan, maka mereka berpindah arah dengan memfitnah dan menyebarkan isu-isu bohong supaya mendapat dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju dakwah tauhid tersebut. Diantar fitnah yang tersebar adalah sebutan wahabi untuk orang yang mengajak kepada tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap penyeru kepada kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan onak duri dalam menelapaki perjalanan dakwah.
Sebagaimana telah dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab beliau Kasyfus Syubuhaat: “Ketahuilah olehmu, bahwa sesungguhnya di antara hikmah Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak diutus seorang nabi pun dengan tauhid ini, melainkan Allah menjadikan baginya musuh-musuh, sebagaimana firman Allah:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh (yaitu) setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada bagian yang lain perkataan indah sebagai tipuan.” (QS. al-An-’am: 112).
Bila kita membaca sejarah para nabi tidak seorang pun di antara mereka yang tidak menghadapi tantangan dari kaumnya, bahkan di antara mereka ada yang dibunuh, termasuk Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam diusir dari tanah kelahirannya, beliau dituduh sebagai orang gila, sebagai tukang sihir dan penyair, begitu pula pera ulama yang mengajak kepada ajarannya dalam sepanjang masa. Ada yang dibunuh, dipenjarakan, disiksa, dan sebagainya. Atau dituduh dengan tuduhan yang bukan-bukan untuk memojokkan mereka di hadapan manusia, supaya orang lari dari kebenaran yang mereka serukan.
Wahabi berusaha menyamakan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Nabi Muhammad dalam menghadapi “Musuh-musuhnya”. Yang tidak dipahami Wahabi adalah musuh Nabi Muhamad itu adalah orang-orang KAFIR. Bukan ummat Islam.

Sementara yang jadi Musuh Wahabi dan dibantai serta dicaci-maki Wahabi itu adalah ummat Islam. Bukan kaum kafir seperti Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, dsb.
Kalau kita benar-benar belajar sejarah, niscaya kita paham tulisan Wahabi di atas adalah tidak benar dan mengandung kepalsuan.

Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762).

Berdasarkan hadits Nabi di atas, tak heran para ulama termasuk Sulayman, kakak kandung dari Muhammad bin Abdul Wahhab bahkan ayah MAW sendiri menentang “Dakwah” MAW karena mereka menganggapnya sesat. Namun para ulama tsb difitnah kaum Wahabi sebagai Musuh Tauhid, Musuh Allah, Musuh Islam, dsb.

Penentang Dajjal atau Fitnah dari Najd?
Pada abad (12 H / 17 M) lahirlah seorang pembaharu di negeri Nejd, yaitu: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Dari Kabilah Bani Tamim.
Yang pernah mendapat pujian dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Bahwa mereka (yaitu Bani Tamim) adalah umatku yang terkuat dalam menentang Dajjal.” (HR. Bukhari no. 2405, Muslim no. 2525).
Di situ penulis Wahabi berusaha mengklaim bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab yang lahir di Najd itu sebagai pembaharu karena berasal dari Bani Tamim dgn dalil bahwa Bani Tamim adalah terkuat dalam menentang Dajjal. Masalahnya Dajjal belum muncul. Dan yang mengalahkan Dajjal adalah Nabi Isa dan Imam Mahdi. Kaum Najd (termasuk ayah dan kakak MAW) sebetulnya menentang MAW, di situlah kebenarannya. Jadi keliru menganggap Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai Penentang Dajjal karena Dajjal belum ada.

Ada pun Muhammad bin Abdul Wahhab yang banyak menimbulkan fitnah ini lebih sesuai dengan hadits2 di bawah. Sayangnya hadits-hadits ini disembunyikan oleh kaum Wahabi:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167).

حدثنا عبد الله ثنا أبي ثنا أبو سعيد مولى بنى هاشم ثنا عقبة بن أبي الصهباء ثنا سالم عن عبد الله بن عمر قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الفجر ثم سلم فاستقبل مطلع الشمس فقال ألا ان الفتنة ههنا ألا ان الفتنة ههنا حيث يطلع قرن الشيطان

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih].


Fitnah merajalela.
Semoga hadits-hadits Nabi di bawah bermanfaat bagi kita sebagai pedoman.
Muhammad bin Abdul Wahhab lahir dan besar di Najd, sehingga beliau disebut juga Muhammad bin Abdul Wahhab An Najdi. Nah ternyata Nabi telah mengisahkan kepada kita tentang Najd yang merupakan tempat timbulnya fitnah:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari].

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda sambil menghadap ke arah timur: Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan terjadi di sana. Yaitu tempat muncul tanduk setan. (Shahih Muslim No.5167).

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id mawla bani hasyim yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Abi Shahba’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Salim dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih].

RENUNGAN TENTANG QARN (TANDUK)1. Akan muncul QORN (tanduk) setan di Najd.Nabi Saw bersabda :
” Ya Allah berilah keberkatan kepada negeri Syam kami, berilah keberkatan kepada negeri Yaman kami. Mereka berkata: “Pada Nejd kami Ya Rasulullah?!” Rasulullah berkata: “Ya Allah berilah keberkatan pada negeri Syam kami, berilah keberkatan pada negeri Yaman kami.” Mereka berkata: “Pada Nejd kami Ya Rasulullah?!” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Disana terdapat kegoncangan dan fitnah, serta disanalah terbitnya tanduk Syaitan. ” (HR. Bukhari).2. QARN menjadi miqat bagi penduduk Najd Hijaaz yg sekrg beribu kotakan Riyadh.Dari Ibnu Umar beliau berkata :“ Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam telah menentukan miqat bagi penduduk Najd di Qarn, Juhfah bagi penduduk Syam, Dzul Hulaifah bagi penduduk Madinah. Berkata Ibnu Umar “ Aku mendengar ini dari Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam dan telah sampai kepadaku bahwa Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “ Bagi penduduk Yaman dari Yalamlam. Kemudian disebutkan Iraq, maka beliau menjawab “ Ketika itu belum ada Iraq “. (HR. Bukhari : 7344)3. 
Generasi mereka akan terus berlanjut hingga masa dajjal.Nabi Saw bersabda :
” Tiap kali musnah satu QARN dari mereka, maka akan berdiri QARN lainnya “Artinya : Tiap kali generasi mereka jatuh maka akan terus dilanjutkan oleh generasi berikutnya untuk membawa paham QARNnya…Daulah umawiyyah jatuh dan tak berdiri lagi.
Daulah Abbasiyyah jatuh dan tak berdiri lagi.
Daulah Fathimiyyah jatu dan tak berdiri lagi.
Daulah Ustmaniyyah jatuh dan tak brdiri lagi. Tapi daulah SAUDIYYAH jatuh, namun sudah berdiri TIGA KALI..
4. Membaca Al-Quran tapi tidak memahami kandungannya.

Nabi Saw bersabda :
Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul). (HR Bukhori).

5. Mereka akan bersama Dajjal..
Nabi Saw bersabda :
“ Akan keluar dari arah timur sekelompok orang yang membaca Al-Quran namun tidak sampai ke kerongkongan mereka (tidak pandai memahami kandungan Al-Quran dan semua nasehat al-Quran tidak masuk ke dalam hati mereka), tiap kali putus QORNnya (tanduknya / kurunnya / masanya) maka muncullah qorn yang lainnya (mereka akan selalu ada di setiap kurun / qorn) hingga generasi mereka selanjutnya akan bersama Dajjal “. (HR. Imam Ahmad dalam musnadnya).
RENUNGKAN hal ini wahai wahabi-salafi, semoga kalian mendapat hidayah Allah.

(Muslim/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: