Pesan Rahbar

Home » , , , » NU dan Wahabi Berbeda Pada Ushul Agama, Bukan Cuma Pada Furu’

NU dan Wahabi Berbeda Pada Ushul Agama, Bukan Cuma Pada Furu’

Written By Unknown on Tuesday, 19 August 2014 | 12:50:00

Debat Terbuka Wahabi versus NU di IAIN Sunan Ampel Surabaya bedah buku “Mantan Kiai NU menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” karangan Mahrus Ali, seorang kakek-kakek yang mengaku-ngaku sebagai mantan Kiai NU padahal sama sekali Bukan.
 
Sebenarnya Mahrus Ali diundang untuk hadir langsung untuk mempertanggungjawabkan tulisannya di forum debat terbuka ini, namun karena memang Mahrus Ali penakut jadi tidak datang. Maklumlah adanya buku tersebut dia bikin juga hasil copy paste dari internet saja.
 
Simak videonya dibawah ini :
 
 
 
“Aliran Sesat” yang dimaksud dalam tulisan ini adalah istilah khas dari kaum muslimin Indonesia untuk sebuah kelompok agama atau pemikiran yang menyatakan diri bagian dari Islam tetapi menyimpang dari Islam. Dikatakan sebagai “istilah khas” karena memang istilah ini bukan istilah resmi keagamaan Islam yang diturunkan dari al-Qur`an dan hadits.

Pengertian “sesat” dalam al-Qur`an dan hadits berbeda dengan pengertian “sesat” dalam istilah “aliran sesat” yang dimaksud tulisan ini. Pengertian “sesat” dalam al-Qur`an dan hadits mencakup semua jenis penyimpangan dari jalan yang lurus, baik dalam level kecil atau besar, disengaja atau tidak disengaja.Sementara pengertian “sesat” dalam istilah “aliran sesat” adalah penyimpangan dari dasar-dasar Islam (ushuluddin) seperti wahabi yang menuduh Tuhan punya wajah, mata, kaki, betis, berbentuk seperti Adam, turun kelangit dunia pada 1/3 malam, bersemayam di arasy dll.. Artinya USHUL NU beda dengan wahabi tetapi mirip dengan syi’ah.

Allah (Khalik) tidak terikat dengan dimensi ruang dan waktu sebagaimana halnya makhluk. Meyakini Allah ada pada satu tempat sama halnya dengan mensifati_Nya dengan sifat makhluk yang memerlukan tempat. Sekiranya pemahaman Allah berada di atas arsy itu shohih maka bagaimana keberadaan Allah sebelum arsy itu diciptakan?Allah di atas langit dan Allah istiwa di atas arsy adalah ungkapan keagungan Allah, bukan menunjukkan tempat dan arah bagiNya.Maha suci Allah dari apa-apa yang mereka sifatkan.

Kata kuncinya, ‘esensi’ Zat Allah, Yang Maha Gaib dan Maha Suci, justru tersucikan dari segala sesuatu hal, serta mustahil bisa dijangkau oleh semua alat indera dan akal-pikiran pd segala makhluk (bahkan termasuk para malaikat-Nya dan para nabi-Nya).

Mungkinkah kata ‘langit’ tidak berarti sebagaimana ‘langit’ yang kita pahami berdasarkan ilmu pengetahuan?
Ketika kita mengatakan ‘langit’, biasanya kita mengacu kepada salah satu dari dua hal di bawah ini:
1. atmosfer bumi; atau
2. ruang angkasa tempat beredarnya bintang, planet, dan benda-benda lain.

Jika ‘Arsy Allah berada di “langit” yang berada “di atas bumi”, ini menimbulkan kerancuan, terutama karena ‘arah’ bersifat relatif terhadap posisi/kedudukan si penunjuk arah. ‘Atas’-nya seseorang di Bandung tidak sama dengan ‘atas’-nya seseorang di New York. Jika ditarik garis lurus tidak akan bertemu (kecuali, mungkin, jika di ‘ujung’ alam semesta ini ruang-waktu berubah/terdistorsi, atau sebenarnya ‘ujung’ alam ini bertemu dengan ‘ujung’ lainnya alias ‘looping’, seperti dunia Pac Man).

Penyebab Kesesatan.
Nabi Muhammad saw sudah menginformasikan bahwa menjelang kiamat yang sudah dekat ini akan banyak kebodohan karena hilangnya ilmu. Ilmu hilang ditandai dengan banyaknya ulama yang wafat, sehingga kemudian muncullah para tokoh agama yang bodoh terhadap agamayang berfatwa tanpa ilmu. Dari sinilah, sabda Nabi saw, awal merebaknya kesesatan dan penyesatan (dlal mudlil). Informasi dari Nabi saw tersebut merupakan pertanda yang jelas bahwa kesesatan dan penyesatan (dlal mudlil) yang mengatasnamakan agama penyebabnya adalah kesesatan dalam masalah ilmu yang ditandai dengan dijadikannya orang-orang yang tidak otoritatif sebagai rujukan ilmu.


Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah Hanya NU ?? Ushul NU dan Syi’ah dibidang  sahabat ternyata ada kesamaan :
1. Syi’ah mempedomani sahabat yang setia pada Ali hingga akhir hayatnya. Artinya Syi’ah juga berpedoman pada sahabat
2. Sahabat yang berkhianat pada Ali ketika meriwayatkan hadis maka hadisnya diseleksi dulu, misal : Syi’ah menerima hadis tentang keutamaan Persia + hadis haudh riwayat Abu Hurairah, Syi’ah menerima hadis ahlulkisa + hadis Fatimah marah pada Abubakar dari Ummul Mukminin Aisyah. Jadi tidak benar Syi’ah mengkafirkan sahabat
3. Jika sahabat yang berkhianat pada Ali juga diterima sebagian hadisnya oleh Syi’ah, maka ADiL atau TiDAK ADiL nya sahabat kelompok tersebut tidaklah menjadi masalah, karena NU dan Syi’ah sama sama mencari hadis otentik melalui jalur sahabat !

Inilah ushul yang indah, jalannya beda tetapi tujuan sama yakni mencari hadis otentik dari Nabi SAW
Allah akan memasukkan, mengumpulkan, mempertemukan hamba-hambanya yang di beri petunjukNya kedalam golongan yang mendapat kekuasaan Allah yang menolong. Sehingga mereka di beri kekuasaan Allah yang menolong untuk mewujudkan silaturahim yang berkekalan. Yaitu silaturahim beserta hikmahnya.
Kalau dalam istilah NU (di NU ada bidang khusus untuk mengawasi tarekat-tarekat tasawuf), ada  tarekat yang disebut ghair mu’tabarah. Nah, antara Syi’ah dengan NU memiliki persamaan dibidang tarekat (kedekatan).

kalau memang syiah itu sesat…iran tidak akan kokoh seperti skarang,silahkan cari tau dgn ilmu wahabi adakah negara islam/pemimpin islam yg masih kokoh memegang teguh islamnya panceg dina galur ngajaga lembur melawan dunia barat,cuma  iran yg kokoh dari ke ilmuan dan teknologi jg iran itu maju, wahabi  jgn sombong bro baru jadi wahabi aja udah blagu, NU sama syiah duduk berdampingan,hanya wahabi yang memecah belah umat…itu adalah musuh islam.


Senin, 06 Februari 2012 , NU Anggap Ajaran Wahabi Tidak Cocok di Indonesia
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj menyatakan bahwa ajaran Salafi Wahabi tidak cocok dengan tradisi dan budaya Islam di Indonesia. Sebab aliran ini mengajarkan kekerasan dan intoleransi.Hal ini disampaikan Said AqAqilil dalam acara bedah buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi: Mereka Membunuh Semuanya, Termasuk Para Ulama yang digelar GP Ansor di Kampus Politeknik Batam, Minggu (5/2). “Wahabi mengajarkan ektrimisme dan kekerasan. Ajaran ini selangkah menuju terorisme,” kata Aqil.

Menurutnya, Islam merupakan agama yang terintegrasi dengan tradisi dan budaya santun dan cinta damai. Sehingga Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, apalagi mengajarkan jalan jihad melalui aksi terorisme.
Dia mengisahkan, dalam sejarah Nabi Muhammad SAW tidak pernah ada perintah menghancurkan berhala. Bahkan Nabi sering sedih ketika mendengar kabar kaum agama lain mengalami kekalahan dalam perang. Atau ketika umat Yahudi mengatakan Yesus merupakan anak haram. “Sehingga kalau saat ini ada kelompok-kelompok yang menggunakan cara-cara kekerasan berarti mereka tidak sedang menjalankan ajaran Islam,” katanya.

Aqil memang tidak mengatakan aliran Wahabi sesat. Namun dia mengecam sikap aliran Wahabi yang mengharamkan tahlilan dan amalan-amalan dengan bertawasul kepada Nabi Muhammad.
“Silahkan berwahabi, silahkan melarang tahlilan. Tapi jangan di Batam atau di Indonesia. Silahkan pergi ke Afganistan, Pakistan dan negara lainnya,” kata Aqil.

Meski begitu Aqil menilai aliran Wahabi cukup berbahaya dan mengancam kelangsungan hidup Islam. Sebab aliran ini banyak menjalakan amalan-amalan yang justru tidak sejalan dengan ajaran Islam.
“Kalau Islam tetap toleran, maka Islam akan hidup selamanya. Tapi kalau mengedepankan ajaran-ajaran yang ekstrim dan kekerasan, sebentar lagi Islam bisa bubar,” katanya.

Sebelumnya, buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi: Mereka Membunuh Semuanya” mendapat kritik dari berbagai kalangan. Buku karangan Syaikh Idahram ini dituding membela Syi”ah yang dianggap sesat. Selain itu buku ini juga dinilai mengajarkan rasisme dan menebar provokasi kebencian dan permusuhan sesama Muslim.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: