Pesan Rahbar

Home » » KAJIAN YUDAISME BAGIAN KEEMPAT

KAJIAN YUDAISME BAGIAN KEEMPAT

Written By Unknown on Sunday 3 August 2014 | 03:00:00


BAGIAN II: KEMASYARAKATAN.
 

B'NAY YISYRA'EL.
B'nay Yisyra'el (בני ישראל) artinya "anak-anak Israel" (children of Israel) atau Bani Isra'il (بني إسرائيل) sebuah istilah yang merujuk Bangsa Israel secara umum sebagai keturunan Israel..

HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI TENTANG YAHUDI.
• Dalam Alkitab, orang-orang Yahudi yang disebut 'Ivrit (עברית) atau B'nay Yisyra'el (בני ישראל)
• Istilah Yehudi (יהודי jamak: Yehudim) dan Yahadut (יהדות) adalah berasal dari nama anak Israel, atau nama suku Israel, dan kerajaan yaitu Yehudah (יהודה)
• "Yahudi" sekarang mengacu pada fisik dan rohani semua keturunan Ya'aqov
• Seseorang dapat dikatakan Orang Yahudi berdasarkan kelahiran atau dengan pindah agama / kebangsaan (konversi)
• Secara tradisional, status Yahudi bergaris keturunan ibu (matrilineal), bukan ayah
• Seorang Yahudi tidak akan kehilangan status Yahudi-nya sekalipun ia pindah agama atau berganti kebangsaan

SIAPAKAH ISRAEL ITU?
Israel atau Yisyra'el (ישראל) adalah istilah Torat dalam memanggil patriarkh (leluhur) Nav Ya'aqov (יעקב) yang artinya "yang bergumul dengan El (Tuhan)":
וַיֹּאמֶר, לֹא יַעֲקֹב יֵאָמֵר עוֹד שִׁמְךָ--כִּי, אִם-יִשְׂרָאֵל: כִּי-שָׂרִיתָ עִם-אֱלֹהִים וְעִם-אֲנָשִׁים, וַתּוּכָל
wayyo'mer lo' ya'aqov ye'amer 'od syimkha ki 'im-yisyra'el ki-sarita 'im-elohim v'im-anasyim watukhal
"Namamu tidak akan disebutkan lagi Ya'aqov, tetapi Yisyra'el, sebab engkau telah bergumul melawan Elohim dan manusia dan engkau menang" (Beresyit 32: 29)

MENGENAI MATRILINEAL.
banyak orang yang bertanya mengapa Yudaisme tradisional menggunakan garis keturunan ibu (matrilineal) untuk menentukan status Yahudi, sementara dalam menentukan hal lainnya (suku afiliasi, status imamat, royalti, dll) kita menggunakan keturunan ayah (patrilineal)...

Torah tidak secara spesifik menyatakan bahwa garis keturunan ibu di mana pun harus digunakan, namun ada beberapa bagian di dalam Torah di mana dipahami bahwa anak seorang perempuan Yahudi dan orang non-Yahudi adalah seorang Yahudi, dan beberapa bagian lain di mana dipahami pula bahwa anak seorang wanita non-Yahudi dan pria Yahudi bukan seorang Yahudi...

dalam Sefer Devarim pasal 7 ayat 3-4, kita harus bisa mengamatinya dengan baik:
3. Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki;
4. sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada eloah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera.

pada Sefer Levi pasal 24 ayat 10 juga berbicara tentang anak seorang wanita Israel dan orang Mesir sebagai "di kalangan masyarakat Israel" yang merujuk "Yahudi" secara umum...
artinya, meskipun silsilah Yahudi adalah kepada laki-laki, namun wanita adalah penentu status Yahudi seseorang... karena dalam Yudaisme, ibu yang telah melahirkan seorang manusia dengan pengorbanan nyawa, maka nyawa sang ibulah yang menjadi nyawa sang anak...


BAGIAN II: KEMASYARAKATAN
 

SILSILAH YAHUDI (GENEALOGI YAHUDI).
di masa lalu, sebagian besar orang Yahudi tidak tertarik untuk mendokumentasikan silsilah mereka sebagai orang Yahudi...
dalam beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, silsilah telah menjadi hobi populer bagi orang Yahudi dan orang non-Yahudi...
penelitian genealogis Yahudi juga diambil pada tambah penting bagi mereka yang pindah ke Israel, karena kaum rabbinik Yahudi Israel memerlukan data-data penting bukti status seseorang sebagai orang Yahudi dengan ketat...
silahkan baca artikel majalah New York Times (2008) "How Do You Prove You're A Jew?" oleh Gershom Gorenberg...

TAK SEORANGPUN ORANGTUA YAHUDI 90'AN TAHU MENGENAI SILSILAHNYA.
kita mungkin akan terkejut bahwa kenyataannya orang-orang Yahudi di era 90'an tidak tahu menahu silsilah mereka dan atas dasar apa mereka disebut YAHUDI...
Yahudi tidak banyak bicara tentang sejarah keluarga mereka, tetapi itu tidak berarti mereka tidak tahu apa-apa mengenai Yahudi... namun karena pentingnya sensus penduduk di Negara Israel, maka Pemerintah Israel melakukan sensus secara ketat seseorang disebut Yahudi...

PENGGANTIAN NAMA.
hal penggantian nama adalah suatu mitos silsilah paling menjadi isu dan banyak orang yang penuh rasa cinta berpegang kepada keluarga mereka dengan berganti nama yang unik...
kita teringat dengan sebuah tempat yaitu Ellis Island di mana daftar penumpang yang dikompilasi di pelabuhan keberangkatan berdasarkan nama yang ditemukan pada tiket tidak sama dengan nama-nama dalam kartu identitas...
telah menjadi kebiasaan yang lazim saat ini bagi orang Yahudi, tapi di masa lalu, para pencatat migrasi sempat dibikin pusing akan hal ini... namun tidak semua memakai nama baru untuk sebuah identitas yang bersifat jangka panjang seperti kartu jaminan sosial, driver license, kartu kredit, dan tanda identifikasi lainnya, namun terkadang dalam membuat identitas, beberapa orang Yahudi yang tidak bertanggungjawab seenaknya memakai identitas palsu dan jaminan palsu demi menghindari debt collector..
namun, orang Yahudi saat ini telah tercatat seluruhnya di berbagai wilayah selain Israel, setidaknya mereka memiliki catatan pribadi dan dokumentasi privat lainnya untuk bukti bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi...

CATATAN-CATATAN SILSILAH YAHUDI DI MASA HITLER.
Annahme des Zusatznamens Israel-Sara angezeigt! selama Holocaust, Pemerintah Nazi Jerman membunuh banyak warga Yahudi, membakar rumah-rumah ibadah Yahudi (esnoga), dan melakukan genosida besar-besaran, tapi mereka tidak menghancurkan catatan... justru sebaliknya, mereka dengan hati-hati mempertahankan catatan kelahiran (natalitas) orang Yahudi yang didapat di esnoga-esnoga, berikut dengan catatan kematian (mortalitas), dan catatan pernikahan dari era 1840-an sehingga mereka bisa mengidentifikasi orang-orang Yahudi untuk pemusnahan...



lihat catatan kelahiran Yahudi Jerman di atas pada masa Pemerintah Nazi Jerman, tanggal 30 November 1940, catatan kakek buyut Yahudi kelahiran Wina 1878 tertulis "Annahme des Zusatznamens Israel-Sara angezeigt!" (Identifikasi nama yang lain atas Israel dan Sara terdeteksi!) Israel merujuk istilah bagi pria-pria Yahudi dan Sara merujuk istilah wanita-wanita Yahudi)...

apa maksud dari kalimat ini? ini adalah pengingat bagi mereka memeriksa catatan bahwa mereka harus mengasumsikan semua orang yang disebutkan sebagai orang Yahudi dan banyak dari catatan Eropa yang dijaga oleh Pemerintah Nazi yang diindeks oleh JewishGen atau tersedia di Perpustakaan Sejarah Keluarga "Latter Day Saints" (Mormon)...

PELATINAN NAMA-NAMA YAHUDI.
karena penyebaran orang-orang Yahudi selama diaspora kedua menimbulkan kesusahan dalam sensus Yahudi di Israel, maka diperlukan penamaan yang dikonversikan dari nama-nama asing, ini amat penting dalam silsilah Yahudi... maksudnya, orang Yahudi memiliki kebiasaan dalam melatinkan nama-namanya membedakan dengan nama-nama translasi latin lain...
misalnya:
  • Yitskhaq (יצחק) dilatinkan Yitzhaq bukan Isaac atau Ishak.
  • Syelomoh (שלמה) dilatinkan Shlomoh bukan Solomon atau Salomo.
  • Zekharyah (זכריה) dilatinkan Zecharia bukan Zechariah atau Zakharia.
  • Eliyah (איליה) dilatinkan Elia bukan Elijah.
  • dll.
dengan kata lain, pencatatan sensus akan lebih mudah dengan mendata orang yang memiliki nama-nama dengan latin seperti itu, sekaligus membedakan dari nama-nama orang Kristen yang juga mengambil nama-nama Yahudi namun dilatinkan berbeda...

*****
SAUDI ARABIA YANG SAKIT JIWA…………………… DI MATA DAVID ICKE

BERIKUT ADALAH TULISAN YANG DISARIKAN DARI TULISAN DAVID ICKE—PENULIS TERKENAL DARI INGGRIS YANG MENDAPATKAN JULUKAN “The Most Controversial Speaker in the World” KARENA KEBERANIANNYA MENGUNGKAPKAN FAKTA DAN DATA YANG ORANG LAIN TAK MAU MENGUNGKAPNYA.  

Orang-orang tampaknya tak ambil pusing dan tidak peduli kalau ada masalah dengan negara fasis bernama Saudi Arabia. Setiap permasalahan kemanusiaan kalau menyangkut Saudi Arabia akan diabaikan begitu saja. Orang-orang tidak mau mempermasalahkan Saudi Arabia bukan karena mereka memiliki kekuatan minyak. Orang-orang segan untuk berbicara buruk tentang Saudi Arabia karena ia negara sekutunya Amerika; dan pemerintah Amerika Serikat tidak pernah mempermasalahkan Saudi Arabia kalau ia melanggar hak asasi manusia. Keluarga Kerajaan Saudi boleh melakukan apa saja yang mereka inginkan sepanjang ia tetap menjadi sekutu yang paling erat dan tetap patuh dan taat kepada pemerintah Amerika Serikat.
 
KASUS-KASUS KEMANUSIAAN BERTEBARAN DI NEGERI PARA PANGERAN.
 
Seorang pembantu Sri Lanka bernama Rivana Nafeek pergi ke Saudi Arabia sekitar 2 tahun yang lalu. Ia ditugaskan untuk merawat dan menjaga seorang bayi—yang sama sekali bukan tugasnya untuk menjaga bayi tersebut karena tidak disebutkan dalam kontrak perjanjian kerja dan Rivana Nafeek sama sekali belum mendapatkan pelatihan untuk mengasuh bayi. Kemudian bayi itu meninggal sekitar 2 tahun yang lalu ketika bayi itu sedang meminum susu dari botolnya. Rivana Nafeek dituduh melakukan pembunuhan dan untuk itu ia harus dihukum pancung. Keputusan itu ditentang oleh pemerintah Sri Lanka dan oleh kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia.

Sekarang anda bayangkan kalau kejadian itu bukan terjadi di Saudi Arabia melainkan di Iran, misalnya. Pastilah masyarakat di Amerika Serikat dan Eropa akan berdiri dan mengacungkan tinjunya ke udara sebagai tanda protes. Akan tetapi karena kejadian ini terjadi di Saudi Arabia…………..maka mereka diam membisu!!! 

Saudi Arabia itu adalah Israel versi Arab. Apapun yang dilakukan Israel orang Amerika Serikat dan Eropa akan memakluminya dan tidak meributkannya. Di kedua negara itu ada dua hukum yang berlaku secara bersamaan. Hukum yang satu ialah yang memihak mereka; dan hukum yang kedua ialah yang menindas orang lain. Dan tidak mengherankan kalau kedua negara itu ada di bawah kendali negara yang sama.
 
KASUS LAINNYA…….YANG MENGGAMBARKAN ARAB SAUDI SEBAGAI NEGARA YANG SAKIT JIWA.
Pemenggalan kepala dilakukan di depan khalayak ramai di Saudi Arabia dan pemenggalan kepala ini jumlahnya naik 4 kali lipat tahun ini dengan lebih dari 100 kepala manusia dipenggal (bandingkan dengan 37 kepala yang dipenggal pada tahun 2006). Tubuh-tubuh manusia yang tanpa kepala itu dipertontonkan di depan umum sebagai peringatan bagi orang lain yang tidak “patuh” pada “hukum”. Hukuman mati itu tidak hanya dijatuhkan kepada para pelaku tindak kejahatan berat seperti membunuh, misalnya. Akan tetapi juga untuk perbuatan lainnya. Misalnya, 2 tahun yang lalu ada 6 orang berkebangsaan Somalia yang harus dipenggal kepalanya karena telah melakukan pencurian sebuah mobil. Contoh lainnya ialah pada tahun 1997 dimana seorang laki-laki harus dipenggal kepalanya karena ia telah melakukan praktek pedukunan—ia telah menyantet bos-nya. 

Orang-orang yang mencuri akan dipotong-potong tangannya dan isteri yang melakukan perselingkuhan akan dirajam sampai mati—dan orang yang pertama melemparkan batu ke arah istri itu ialah suaminya sendiri!!! Saudi Arabia adalah negara yang sakit jiwa dan masyarakatnya terkena dampaknya akan tetapi dunia luar tampaknya tetap tidak peduli. 

Sistem yang berlaku di Saudi Arabia itu ialah sistem fasis sampai keakar-akarnya. Pemegang pemerintahan dan orang-orang yang berkuasa di sana boleh melakukan apa saja. Mereka boleh membunuh dan memotong-motong orang sekehendak hati mereka karena tidak ada perwakilan yang bisa mewakili orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan. Setiap pengadilan berlangsung di ruang tertutup terdakwa yang tidak diberikan pembela dan bahkan seringkali mereka tidak tahu bagaimana kasus mereka diputuskan.
Human Rigths Watch—badan independen yang membela hak asasi manusia—mengatakan bahwa sistem resmi yang berlaku di Arab Saudi gagal untuk memberikan perlindungan—seminimum apapun—terhadap warga negaranya. Di sisi lain, sistem yang sama memberikan peluang yang besar sekali kepada orang-orang yang berkuasa—yang punya akses langsung kepada keluarga raja—untuk berlaku semena-mena dengan menggunakan sistem yang memberikan peluang maksimal padanya. Seperti yang saya katakan, negara bisa membunuh siapa saja yang ia kehendaki dengan “bukti” atau tanpa bukti sekalipun di dalam sebuah “pengadilan” yang mereka atur sendiri. 

Penyiksaan yang sadis seringkali diberlakukan kepada orang-orang yang tidak bersalah agar mereka mau “mengakui kesalahan” mereka yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Dr William Sampson—seorang berkebangsaan Inggris—menuturkan pengalamannya ketika ia ditangkap dan disiksa terus menerus selama dua setengah hari di sebuah penjara dengan tuduhan melakukan sebuah tindak kejahatan yang sama sekali ia tidak lakukan. Ia mengaku bahwa ia telah diperkosa, digantung terbalik dan kedua tumitnya dipukuli. 

Dr. William Sampson berkata: “Aku akhirnya mengaku. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku mengambil resiko karena telah mengakui sebuah tindak kejahatan yang mungkin akan menggiringku ke penjara dan mendapatkan hukuman yang berat. Akan tetapi anehnya pengakuan saya jadi tidak relevan lagi. Setelah mengalami penyiksaan yang sangat berat, saya bersyukur saya tidak meninggal pada hari itu.” 

Di Saudi Arabia kita tidak temui kebebasan beragama; kebebasan berbicara dan sederet kebebasan dasar lainnya yang seharusnya didapatkan oleh manusia bebas. Kita tidak bisa berpegangan tangan dengan seorang wanita di tempat umum; kita tidak bisa duduk-duduk di sebuah restoran dengan seorang wanita yang bukan isteri kita, ibu kita atau saudari kita. Kita tidak boleh mengenakan aksesori atau pakaian yang mereka sebut “pakaian yang mengundang”—yaitu pakaian yang memperlihatkan kulit kita atau bagian dari mata kaki kita, tangan kita dan wajah kita. 
 
MEREKA ITU ORANG-ORANG YANG SAKIT JIWA
David Icke menuliskan: “Sementara itu, Sang Raja dan ribuan pangeran dan kerabat dekat dan jauh dari Keluarga Kerajaan Saudi bisa lepas dari segala tuduhan untuk setiap tindak kejahatan yang mereka lakukan. Saya tinggal di Saudi Arabia selama beberapa bulan pada akhir tahun 1970 dengan sekelompok orang yang bekerja untuk sebuah tim nasional sepakbola. Di sana ada sebuah “toko furniture” di kota Riyadh—ibukota Saudi Arabia. Toko itu sebenarnya hanya penyamaran saja untuk sebuah bisnis penjualan Whiskey ilegal yang diselundupkan ke Saudi Arabia untuk memenuhi kebutuhan istana-istana kerajaan Saudi (padahal minuman beralkohol itu dilarang secara resmi oleh negara!!). Keluarga kerajaan Saudi memang terkenal suka minum minuman keras selain juga terkenal karena kegiatan seksual-nya yang liar. Keluarga kerajaan Saudi juga terkenal karena prilaku seksualnya ini di kota London, padahal untuk rakyatnya sendiri mereka memberlakukan hukuman dan aturan yang sangat ketat untuk hal yang sama.”
 
David Icke melanjutkan, “Ada sebuah contoh yang patut kita ketengahkan di sini. Seorang wanita bernama Cathy O’Brien—seorang bekas budak yang telah dicuci otaknya, yang dipekerjakan oleh pemerintah AS—menuturkan dalam bukunya, Trance-Formation of America, bagaimana ia telah mengalami pelecehan seksual yang hebat. Cathy O’Brien mengaku bahwa ia telah dipaksa untuk melakukan hubungan seksual dengan Rajah Fahd atas perintah dari Phillip Habib, seorang atase pribadi dari presiden Amerika Serikat pada waktu itu, Ronald Reagan.

Cathy O'Brien on Towards the Light

 





David Icke menuturkan lagi, “Aku berusia 25 tahun ketika aku pergi ke Saudi Arabia untuk bekerja selama 2 tahun masa kontrak kerja. Akan tetapi aku segera memutuskan akan mengakhiri masa kontrakku walaupun aku baru menghabiskan waktu selama 2 minggu di sana setelah aku melihat yang terjadi di sana. Akhirnya dalam 8 minggu aku benar-benar terbebas dari kontrak kerjaku dan aku bisa keluar dari negara itu. Cukup aneh juga apa yang aku temukan di sana. Karena aku masih menemukan para penduduk kebanyakan yang sangat ramah dan santun kepadaku walau pemerintah yang berkuasa sangat kejam dan diktator sampai keakar-akarnya. Dengan alasan bahwa mereka sedang menerapkan hukum syari’ah dengan landasan paham Wahabi atau salafi, mereka memaksakan kehendak mereka atas bangsa Arab secara semena-mena.“ 

pada tahun 2002, 15 orang gadis—anak sekolahan—terpaksa harus tewas di sebuah gedung yang terbakar di kota Mekah karena polisi relijius Arab tidak memperkenankan mereka keluar dari gedung itu dengan alasan bahwa gadis-gadis itu tidak mengenakan pakaian muslimah yang lengkap. Seorang saksi mata melaporkan bahwa polisi relijius itu malah memukuli para gadis itu karena mereka tidak mengenakan abaya (kain hitam yang menutupi sekujur tubuh mereka). Para polisi relijius itu sangat ditakuti di Saudi Arabia dan mereka seringkali berpatroli di jalan-jalan untuk menerapkan aturan berpakaian masyarakatnya serta untuk memastikan bahwa antara laki-laki dan perempuan itu ada pemisah yang jelas. Para polisi relijius itu juga memaksakan masyarakat agar shalat tepat pada waktunya. Masyarakat yang menolak atau membangkang dari perintah polisi relijus itu akan menerima hukumannya secara langsung. Mereka akan langsung dipukuli di tempat dan atau dipenjarakan langsung. 

Para wanita terpenjara dalam kegilaan relijius yang dipraktekan di sana dan mereka lebih pantas disebut budak-budak belian apabila kondisinya dibandingkan dengan kaum pria-nya. Kaum wanita tidak boleh dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter kalau tidak ada ijin langsung dari suaminya atau keluarganya. Kaum wanita juga tidak boleh bepergian ke luar negeri atau meninggalkan rumah tanpa adanya seorang muhrim yang mendampinginya. Kaum wanita harus menutup seluruh tubuhnya dalam balutan kain abaya hitam. Kaum wanita hendaknya tidak bermimpi untuk mendapatkan pekerjaan atau menitis jenjang karir. Semua kesempatan untuk itu bisa dikatakan tertutup sama sekali. 

Sementara kaum rakyat jelata banyak yang hidup miskin di pemukiman kumuh, kaum elit-nya hidup sangat berkecukupan dan mendirikan istana-istana megah tiada tara dari hasil ladang-ladang minyak yang dimiliki oleh mereka sendiri dan bukan oleh negara (untuk kemakmuran bangsa!). Kaum elit Saudi Arabia hidup bagai parasit dengan merampas kekayaan yang ada di jazirah Arabia dan mengangkangi dua kota suci umat Islam: Mekah dan Madinah. 

Keluarga Saudi muncul di jazirah Arabia pada tahun 1744 ketika Muhammad bin Saud—yang berkuasa di sebuah kota yang disebut dengan Ad-Diriyah (dekat Riyadh)—membentuk sebuah kekuatan politis yang brutal bersama dengan seorang ulama bernama Muhammad ibn Abdul Wahhab (yang kelak membuat agama Wahabi, agama resmi pemerintahan Saudi). Kedua pentolan ini mengendalikan jazirah Arab selama 180 tahun sampai berdirinya dinasti Saudi yang sekarang ini yang menelurkan Kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1926 (resminya pada tahun 1932) dibawah kepemimpinan Raja Abdul Aziz bin Saud. 


Beberapa peneliti mengklaim bahwa Keluarga Saudi itu sebenarnya adalah keturunan Yahudi yang menyamar (LIHAT: KELUARGA SAUDI ….. SIAPAKAH MEREKA SEBETULNYA?). Para peneliti itu mengatakan bahwa pada tahun 851 beberapa anggota keluarga suku Al-Masaleekh mengadakan perjalanan dagang dalam sebuah iring-iringan kafilah. Mereka bertemu dengan seorang laki-laki yang bernama Modakhai bin Ibrahim bin Moshe di kota Basrah (Irak). Mordakhai adalah seorang Yahudi tulen, akan tetapi ia berkata kepada orang-orang al-Masaleekh itu bahwa ia masih keluarga al-Masaleekh dan sekarang ia berada di Basrah karena cekcok dengan keluarganya. 

Mordakhai memohon kafilah dagang itu agar ia bisa diajak serta ke Najd di Arab dimana ia kemudian mengganti namanya dan tinggal di sebuah kota kecil yang disebut dengan Al-Dir’iyyah atau Diriyah. Mordakhai mengumpulkan simpatisan dari orang-orang suku Baduy Arab dan kemudian ia mengangkat dirinya sendiri sebagai seorang Raja. Itu menurut hasil penelitian. 

Beberapa suku yang tidak suka dengan kehadiran Mordakhai menyerang kota Al-Dir’iyyah dan Mordakhai melarikan diri dan bersembunyi di sebuah tanah pertanian di dekat desa Al-Arid yang kemudian hari akan menjadi ibukota Saudi Arabia yaitu Riyadh (INI SEKALIGUS MENJELASKAN MENGAPA YANG MENJADI IBUKOTA SAUDI ARABIA ITU IALAH “RIYADH” DAN BUKAN MEKAH ATAU MADINAH YANG JAUH LEBIH PENTING DAN JAUH LEBIH MEMILIKI KAITAN BUDAYA DENGAN ISLAM DAN ARAB). Dalam satu bulan, ia telah membunuh si pemilik tanah pertanian dan berbohong kepada orang-orang bahwa yang membunuh si pemilik tanah sekeluarga itu ialah para perampok. Ia juga berbohong telah membeli tanah itu sebelum si pemiliknya terbunuh oleh “perampok”. Ia kemudian mengganti nama dari tanah pertanian itu untuk melenyapkan sebagian bukti kejahatannya.  

Dari situlah, Mordakhai yang kemudian mengklaim dirinya sebagai seorang Sheikh Arab, mulai memperluas daerah kekuasaannya. Sejengkal demi sejengkal tanah yang ada di sekitarnya direbut dengan paksa; dengan kekerasan sampai pembunuhan; terkadang juga dengan kelicikan dan penipuan. Ini dilanjutkan oleh keturunannya—keluarga Saudi—sampai detik ini. Mereka juga memperluas pengaruh mereka dengan cara memalsukan silsilah keluarga mereka supaya bersambung dengan orang-orang Arab ternama dan dengan keluarga Rasulullah. 

Salah seorang putera dari Mordakhai yang bernama Al-Maraqan (sebuah nama dari bahasa Yahudi Mack-ren) memiliki dua orang putera bernama Mohammad dan Saud—dari sinilah muncul dinasti Saudi yang sekarang ini. 

Keluarga Saud sekarang ini terdiri dari Raja Abdul Aziz beserta kelima putera-puteranya. Kekuatan dan kekuasaan digilir oleh enam orang itu dengan raja Abdullah sebagai Raja Saudi saat ini. Raja Abdullah bin Abdul Aziz ini memiliki 30 orang isteri dan 15 putera serta 20 puteri.

Keluarga Al-Saud itu adalah keluarga diktator yang fasis sampai keakar-akarnya. Seorang peneliti Arab menuliskan: 
“Mereka menamakan seluruh jazirah Arab itu dengan nama keluarga mereka (Saudi Arabia) seolah-olah seluruh daratan jazirah Arab ini milik mereka pribadi; dan semua orang yang tinggal di dalamnya—yang bukan keluarga mereka—sebagai budak-budak belian yang harus bekerja siang dan malam untuk kepuasan dan kesenangan mereka (Keluarga Saudi).” 

Mereka benar-benar mengangkangi harta kekayaan alam negara sebagai hak milik pribadi. Kalau ada yang berani bicara tentang ketidak adilan ini, maka nasibnya sudah jelas. Ia akan dipancung kepalanya di muka umum.  

MASIH INGAT CERITA TENTANG PEMBANTU RUMAH TANGGA DARI SRI LANKA DI ATAS? 
Pembantu rumah tangga yang berusia 19 tahun itu mungkin sedang menunggu dengan harap-harap cemas akan nasibnya yang akan diputuskan oleh pemerintah Saudi. Ia dituduh membunuh bayi itu sementara penggerak hak asasi manusia mengatakan itu hanya kecelakaan saja. Kalau ia diputuskan bersalah, maka kemungkinan besar ia tidak bisa merayakan hari ulang tahunnya yang ke-20. Nasibnya ditentukan oleh sebuah negara yang dipimpin oleh orang-orang yang sakit jiwa.


Tapi kalau Rizana Nafeek itu dibebaskan………itu bukan karena kemurah hatian dan kebijaksanaan dari pemerintah Saudi. Itu hanya karena pertimbangan politis saja………
(Kabar terakhir mengatakan Rizana Nafeek telah dipancung……………………………pada 16 Juni 2007, Lihat: http://alaiwah.wordpress.com/2010/10/26/saudi-father-refuses-to-pardon-his-17-year-old-maid/)



Rizana Nafeek, who went to Saudi Arabia as a maid when she was 17 years old and who was sentenced to death by a Saudi court on the allegation that she had killed an infant of her employer in 2005, was beheaded in January 2013. Rizana Nafeek had previously said that she had been pressured into confessing to the murder, and NGOs say she also had no access to lawyers before her conviction. Advocates also argue that there were serious deficiencies in translation between Tamil and Arabic at the time Nafeek confessed to the crime.

Saudi Arabia is just one of three countries known to have executed people in the past five years for crimes committed when they were under the age of 18, said Human Rights Watch.


News of Nafeek’s execution came on the same day that the ILO said that laws were needed “urgently” to give greater protection to domestic workers, of whom only about 10 per cent globally – 5.3 million people – are covered by labour laws to the same degree as other workers .

Rizana Nafeek constantly denied the charges and explained that the death occurred as an accident by suffocation while she was bottle feeding the child. As a result of intervention by human rights organisations an appeal was filed on her behalf and the death sentence was set aside.

A supreme body in Saudi referred the case back to the original court for reinvestigation. The court called for the person who took down her alleged confession. It was found that he was not a competent interpreter that carried out the translation and that it was someone who was, in fact, a sheep herder. The court issued summons for the person to be brought to the court for examination. It was then found that the person concerned was no longer in the country. Thereafter, the case was postponed for several years as the witness could not be located.

The Sri Lankan Embassy in Saudi Arabia has made statements from time to time stated that the embassy was closely following the case and was providing support to the young girl who was in prison. However, later it was almost impossible to get anyone to answer questions about the case from the Sri Lankan Embassy.

However, on the same day the Arab News announced that the court in Dawi Dami has confirmed the death sentence. The report by Arab News did not give any further details.

The death sentence has been confirmed in the case of Rizana Nafeek.
Rizana Nafeek was born on February 4, 1988 and comes from a war-torn, impoverished village. Here, many families, including those of the Muslim community try to send their under aged children for employment outside the country, as their breadwinners. Some employment agencies exploit the situation of the impoverished families to recruit under aged girls for employment. For that purpose they engage in obtaining passports by altering the dates of birth of these children to make it appear that they are older than they really are. In the case of Rizana Nafeek, the altered date, which is to be found in her passport now, is February 2, 1982. It was on the basis of this altered date that the employment agency fixed her employment in Saudi Arabia and she went there in May 2005.

She went to work at the house of Mr. Naif Jiziyan Khalaf Al Otaibi whose wife had a new-born baby boy. A short time after she started working for this family she was assigned to bottle feed the infant who was by then four months old. Rizana Nafeek had no experience of any sort in caring for such a young infant. She was left alone when bottle feeding the child. While she was feeding the child the boy started choking, as so often happens to babies and Rizana Nafeek panicked and while shouting for help tried to sooth the child by feeling the chest, neck and face, doing whatever she could to help him. At her shouting the mother arrived but by that time the baby was either unconscious or dead. Unfortunately, misunderstanding the situation the family members treated the teenager very harshly and handed her over to the police, accusing her of strangling the baby. At the police station also, she was very harshly handled and did not have the help of a translator or anyone else to whom she could explain what had happened. She was made to sign a confession and later charges were filed in court of murder by strangulation.

On her first appearance in court she was sternly warned by the police to repeat her confession, which she did. However, later she was able to talk to an interpreter who was sent by the Sri Lankan embassy and she explained in her own language the circumstances of what had happened as stated above. This version was also stated in court thereafter.

According to reports, the judges who heard the case requested the father of the child to use his prerogative to pardon the young girl. However, the father refused to grant such pardon. On that basis the court sentenced her to death by beheading. This sentence was made on June 16, 2007.

The said murder allegedly took place in February 2005 when Rizana Nafeek was only 17 years old. Sources said she had modified her age on her passport so that she could enter Saudi Arabia to work. Accordingly, she was still considered a minor.

Foreign workers are nowadays being warned of the ‘deadly risks’ they face in Saudi Arabia, with more than 45 maids awaiting execution despite growing anger at the country’s mistreatment of migrants.
The death row prisoners include a domestic worker convicted of beating her employer to death when he allegedly tried to rape her.

Human rights groups believe Indonesians account for the majority of the maids on death row and that there are Sri Lankans, Filipinos, Indians and Ethiopians also facing execution.

Campaigners say many of Saudi Arabia’s 1.5 million migrant workers, around 375,000 of whom are Sri Lankan, are attracted to the country by the prospect of working for wealthy families but face exploitation and abuse. This can range from months of hard work without pay to physical violence, in a country where legal protections are particularly weak, and access to lawyers, translators and embassies is often blocked.
The Saudi justice system is characterised by arbitrary arrests, unfair trials and harsh punishments. A domestic worker facing abuse or exploitation from her employer might run away and then be accused of theft. Employers may accuse domestic workers, especially those from Indonesia, of witchcraft. Victims of rape and sexual assault are at risk of being accused of adultery and fornication.’

Human rights group say 69 people were executed in Saudi Arabia last year and 79 the year before, including five women, one of whom was beheaded for witchcraft and sorcery.
Saudi Arabia is notorious for its treatment of domestic staff, the majority of who migrate from poverty-stricken countries.

Commentators have remarked that Saudis treat staff as if they were part of the furniture – with stories of beatings, rape and imprisonment all too common.

In 2010, shocking photographs emerged of maid Sumiati Binti Salan Mustapa, 23, who suffered severe injuries from being stabbed, burned and beaten. Her employer was sentenced to just three years in jail but was later acquitted altogether, in a case that outraged human rights groups.

Speaking at the time, Indonesian advocacy group, Migrant Care, said: ‘Again and again we hear about slavery-like conditions, torture, sexual abuse and even death. ‘But our government has chosen to ignore it. Why? Because migrant workers generate £4.7billion in foreign exchange every.


Amnesty International said there is growing alarm at the number of migrant workers being sentenced to death, with more than 120 foreign nationals known to be on death row. It said migrant workers in Saudi Arabia are at great risk if they end up in the criminal justice system and added countries should be advising their residents of the ‘very real and deadly’ risks. In many cases they’re subjected to whole trials where they can’t understand the proceedings, which are conducted solely in Arabic, and without translation. They are often not given access to consular assistance.

Death row prisoner Tuti Tursilawati binti Warjuki, 27, from Indonesia, faces execution for murdering her employer in 2010 when he allegedly attempted to rape her. Her supporters say she was abused by the man since arriving in the country a year earlier and was denied legal representation for the first two months of her trial.

Siti Zainab, also from Indonesia, has also been sentenced to death after being convicted in 1999 of stabbing her female employer to death. She confessed to the murder but the authorities appear to have dismissed concerns over her mental health.

Prisoner Satinah binti Jumadi Ahmad, 40, was arrested in 2007 for killing her female employer. The Indonesian government is prepared to pay some of the £1.6m blood money demanded by the woman’s family to save her.

Reports of what happened vary from her fighting back after being attacked to the maid having snapped after suffering months of abuse before being accused of stealing.
The Sri Lankan government has spoken out against the execution of house maid Rizana Nafeek, from, Sri Lanka, after she was beheaded in public by a sword last week. Miss Nafeek was sentenced to death in 2007 after her Saudi employer accused her of strangling his four-month-old baby two years earlier after a dispute with the child’s mother. Her family and human rights groups repeatedly appealed to King Abdullah to pardon Miss Nafeek, who protested her innocence and said the baby had choked to death while being bottle fed.

Supporters said the age on the passport she used to enter the country in 2005 was changed so she could get work and that according to her birth certificate she was just 17 when the baby died.
Miss Nafeek said her original confession was made under duress and there translation services were not made available to her. Amnesty said she had no access to lawyers either during her pre-trial interrogation or at her 2007 trial.

Amnesty said before the execution: ‘It appears that she was herself a child at the time and there are real concerns about the fairness of her trial.’
*****
Lihat rizana nafeek executed videonya disini:








Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: