Pesan Rahbar

Home » , , , » syi’ah memuliakan wanita, syi’ah memuliakan kaum ibu

syi’ah memuliakan wanita, syi’ah memuliakan kaum ibu

Written By Unknown on Tuesday, 19 August 2014 | 09:28:00

Halaman Majalah.
Beginilah Syiah Menghinakan Wanita.




Nama : Majalah AKHWAT
Edisi : Vol.15/1432/2011
Penerbit : Penerbit Al-Ilmu
Moto : Jurnal Muslimah dan Keluarga Sakinah
Penasehat : Ust Ali Basuki, Ust Risqi, Ust Hammad, Ust Yuswaji, Ust Na’im, Ust Abu Faizah, Ust Nashrullah
Ukuran : 24 x 14
Jumlah Halaman : 90
Cover : Art paper 150gr kilap
Kertas isi : HVS 70 gr
Berat : 125 gram
Jumlah Grosir : 1
Diskon Grosir : 5%
Harga : Rp 10.000


 Seminar internasional wanita di Iran.

Jelaskan Kedudukannya Dalam Islam, Iran Gelar Seminar Internasional Wanita.
 
Kamis, 02 Pebruari 2012 07:27 WIB
TEHERAN -
Teheran telah mengadakan Seminar Internasional ‘Ladies Eminent Agama Ilahi’. Seminar ini dihadiri oleh peserta wanita dari berbagai negara.

Wanita dari 22 negara menghadiri seminar bersama dengan sejumlah pejabat Iran dan ulama perempuan, pada Rabu (1/2) kemarin. Acara ini diselenggarakan untuk memperkenalkan dan menjelaskan pola individu, keluarga dan sosial untuk wanita terpilih, dengan kualitas khusus seperti, kesabaran, kejujuran, pengetahuan perdamaian dan iman.

Peserta seminar berbagi pikiran tentang bagaimana tempat pria dan wanita dalam Islam adalah sama, dalam urusan agama, politik, intelektual dan pendidikan.

Mereka juga menekankan bahwa perempuan diberikan kesempatan menjalankan urusan negara di banyak negara Islam.

Selain mengadakan seminar, Iran juga mengadakan Festival Internasional pertama dari Media Cetak Wanita Muslim untuk menghargai usaha perempuan muslim dalam memperluas nilai-nilai Islam.



Perempuan Muslim teladan terbagi dalam dua kelompok; perempuan dari kalangan Ahlul Bait Rasulullah SAW dan para pengikut setianya dari kalangan perempuan secara umum. Di antara anggota kelompok pertama, kita dapat menyebut nama-nama seperti Khadijah as (istri Nabi SAW), Fatimah as (putri beliau SAW), Zainab as (cucu perempuan SAW), serta beberapa saudara perempuan para Imam dan anak perempuannya, seperti Fatimah dan Sakinah (putri-putri Sayyidina Husain), Fatimah (saudara perempuan Imam Ridha), dan Hakimah (anak perempuan Imam Ali an-Naqi). Para istri sebagian imam juga termasuk dalam daftar tersebut, seperti Ibunda Imam Mahdi, Narjes, yang menurut beberapa laporan sejarah seorang murid Isa as. Terdapat juga sejumlah nama perempuan yang disebutkan sebagai pengikut setia Rasulullah SAW dan para Imam.




Fatimah Zahra.
Fatimah, putri Rasulullah SAW, memiliki status paling tinggi di antara semua karakter tersebut. Karakteristiknya identik dengan apapun yang dinilai Al-Quran sebagai terpuji dan berharga pada diri perempuan. Berikut ini merupakan sejumlah laporan yang diriwayatkan tentang status spiritualnya.
  1. Fatimah merupakan sosok terpilih di antara seluruh perempuan di dunia.
  2. Fatimah bercakap-cakap dengan para malaikat dan bahkan setelah wafatnya Rasulullah SAW, berbicara dengan Jibril dan menerima beberapa penjelasan darinya.
  3. Fatimah dipandang pada derajat tinggi oleh Allah dan Allah telah menetapkannya sebagai salah seorang hamba-Nya yang terpilih.
  4. Fatimah merupakan titik sentral Ahlul Bait Nabi SAW dan semua anggota yang dirujuk pada Ahlul Bait berada dalam terminologi hubungan mereka dengannya. Diriwayatkan bahwa Allah, ketika berbicara kepada Jibril, merujuk pada anggota-anggota keluarga suci ini dalam terminologi berikut; mereka adalah Fatimah, ayahnya, suaminya, dan putra-putranya.
  5. Fatimah adalah salah satu dari orang-orang yang bersegera dalam melakukan semua perbuatan baik.
  6. Fatimah merupakan seorang manusia tersabar, yang mengalami berbagai derita dan diksriminasi dari orang-orang zalim tetapi tidak pernah mengutuk seorang pun dari mereka.
  7. Fatimah memiliki status tinggi sebagai eksistensi suci yang mampu memberikan pertolongan (syafaat) atas izin Allah untuk umat manusia.
  8. Fatimah merupakan kriteria bagi perbuatan-perbuatan manusia pada hari pengadilan
  9. Fatimah mengaplikasikan seluruh kualitas dan posisi tersebut pada perilakunya yang khas terhadap kehidupan dan perubahannya serta energi Fatimah yang seakan tak pernah habis dalam meraih pertumbuhan spiritual dan kesempurnaan.
Sikap Fatimah terhadap Kehidupan.
Sebuah telaah yang seksama tentang gaya hidup Fatimah menunjukkan bahwa seluruh hidupnya dibentuk satu prinsip yang esensial; lebih memilih kesusahan daripada kemudahan.

Seseorang mungkin akan terkejut ketika mengetahui prinsip seperti itu; mengapa ia mesti memilih prinsip tersebut dan melaksanakannya sepanjang hayat? Di Dunia modern kita, yang di dalamnya seluruh nilai secara drastis mengalami metamorfosis dan yang di dalamnya teknologi bermaksud untuk mereduksi kesulitan dan memanjakan manusia dengan kemungkinan maksimal dari kemudahan dan kenyamanan, pertanyaan di atas jelaslah sangat relevan. Islam, bagaimanapun, memiliki pandangannya tersendiri.

Ketika berbicara tentang penemuan diri dan pertumbuhan spiritual, Islam mendorong adanya pengalaman dalam menghadapi kesulitan hingga batas yang layak bagi seseorang. Membangun suatu karakter memerlukan ketahanan akan kesusahan.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah : 5)
Ini merupakan prinsip yang sama, yang dapat ditemukan dalam kehidupan semua orang saleh, para reformis besar, dan semua pencari tujuan-tujuan yang bermakna. Berikut beberapa contohnya.
  1. Lebih memilih kemiskinan ketimbang kemakmuran dan kekayaan. Meskipun memiliki penghasilan yang stabil dari tanah Fadak, Fatimah hidup dalam kemiskinan dan mendermakan penghasilannya pada fakir miskin. Ia diriwayatkan pernah berkata, ”Aku tidak memiliki sesuatu apapun kecuali sepasang sepatu sobek dan penuh tambalan serta sehelai pakaian dan selembar hijab dalam kondisi yang sama.”
  2. Lebih mencintai orang lain daripada diri sendiri; putra Fatimah, Sayyidina Hasan mengenang ibunya sebagai berikut, ”Suatu kali, ibuku mendirikan shalat sejak pertengahan malam hingga fajar menjelang dan mendoakan seluruh orang kecuali dirinya sendiri. Aku bertanya, kenapa ? beliau berkata, putraku tersayang! Yang pertama adalah tetangga lalu dirimu.
  3. Lebih menyukai kesederhanaan daripada kemewahan. Fatimah mendermakan perhiasan-perhiasan lehernya, anting-anting, perhiasan-perhiasan anak-anaknya, dan gorden-gorden rumahnya yang indah untuk membantu kemajuan Islam. Ayahnya, Nabi SAW, merupakan sumber pendorong akan hal ini.
  4. Lebih menyukai usaha dan kesulitan daripada kemudahan dan kemalasan. Fatimah bersikeras mengerjakan sendiri tugas-tugas rumah tangga dan tangannya menunjukkan efek kerja keras itu.
  5. Lebih menyukai shalat malam daripada tidur dan beristirahat. Putranya, Sayyidina Hasan pernah menuturkan, ”Tak seorang pun yang lebih mengabdi daripada Fatimah. Ia berdiri di atas kakinya (mendirikan shalat) begitu lama sehingga kakinya bengkak.”
”Pada sebagian besar malamnya, ia mendirikan shalat hingga pagi hari.”
  1. Lebih suka menentang kezaliman daripada diam. Fatimah adalah pejuang Tuhan di hadapan kezaliman, khususnya setelah Rasulullah SAW wafat, ketika dirinya melancarkan protes terhadap berbagai ketidakadilan dengan keberanian luar biasa. Dua di antara penentangannya yang penting tercermin dari dua khutbah yang disampaikannya; satu di masjid dihadapan semua orang, satunya lagi di rumah di hadapan kehadiran orang-orang yang datang menjenguknya tatkala sakit. Ia memohon kepada suaminya, Sayyidina Ali, agar menguburkannya diam-diam sehingga orang-orang zalim tidak mengetahui kuburnya dan, dengan begitu, terhindar dari hipokritas (kemunafikan) yang dipertontonkan orang-orang tersebut setelah kematiannya. Ini juga merupakan suatu bentuk yang kompleks dari penentangan Fatimah as terhadap kezaliman orang-orang tersebut.
Semua yang disebutkan di atas secara konsisten dilaksanakan karena Fatimah hendak meraih status tinggi dari keridhaan Allah serta dileburkan dalam eksistensi-Nya yang abadi, tangga tertinggi dari kesempurnaan manusia. Kaum perempuan yang hidup semasa dengan Fatimah mengatakan bahwa Fatimah memiliki seluruh karakteristik kemanusiaan yang transenden.

”Aku tidak pernah melihat seorang perempuan yang lebih peduli daripada Zahra.
”Rasulullah SAW memberikan padaku putrinya. Maka, kudidik sang putri itu tetapi ia ternyata lebih terdidik dibandingkan aku.” Istri Nabi SAW, Aisyah berkata, ”Aku tidak pernah melihat seorang perempuan pun yang lebih mukmin daripada Fatimah.” Aku tidak pernah melihat siapa pun yang lebih utama dibanding Fatimah kecuali ayahnya.”.

Haruslah diperhatikan bahwa kualitas-kualitas yang disebutkan dari sumber-sumber yang berbeda, sebagai bukti bagi status spiritual Fatimah dan karakter teladannya, merupakan tanga-tanda umum kesempurnaan bagi segenap manusia, di mana masalah gender sama sekali tidak berperan apapun dalam konteks ini.

Kesimpulan:
Sudah menjadi Fitrah Manusia untuk mencontoh sosok yang ideal. Dalam Islam, sosok yang ideal mewujud pada pribadi-pribadi tertentu, yang memiliki nilai-nilai spiritual termulia.

Melalui sebuah telaah terhadap karakter-karakter dalam Al-Quran dan teks-teks Islam, menjadi jelas bahwa kesempurnaan spiritual terbuka bagi siapapun, baik pria maupun perempuan. Kami menyajikan beragam contoh mengenai perempuan-perempuan yang telah meraih kedekatan dengan Tuhan dan menjadi teladan bagi pria dan perempuan di seluruh penjuru dunia. Dalam pribadi-pribadi yang disebut sebagai ”empat perempuan sempurna” kesalehan-kesalehan abadi telah dipaparkan, seperti kesabaran, kesucian, dan keberanian. Sebagai perempuan, mereka juga menampilkan diri di hadapan kaum perempuan Muslim, pelbagai model peran yang ideal dalam tugas-tugasnya sebagai istri dan ibu. Pada diri Maryam as, kita menyaksikan pengaruh langsung kesuciannya dalam membesarkan dan mendidik puranya, Nabi Isa as.

Pada Khadijah, kita melihat signifikansi persahabatan seorang istri pada suaminya dalam mendukung sang suami dalam kehidupan yang berorientasi Ilahiah. Pada karakter Aisyah as, kita mengamati suatu personifikasi keberanian dan pengabdian pada Tuhan dalam penentangannya terhadap tirani dan kezaliman suaminya. Semua kebaikan dan kesalehan tersebut bersatu padu dalam semangat tanpa akhir pada diri Fatimah az-Zahra as. Ia benar-benar merupakan perempuan paling inspiratif dalam penciptaan dan cahayanya bersinar layaknya obor yang menerangi umat manusia.

Seorang perempuan Muslim selamanya diberkati dengan keberadaan para teladan tersebut, yang menampilkan baginya suatu bimbingan dan inspirasi yang diperlukan untuk meraih kesempurnaan dan tetap mulia di antara perempuan-perempuan lain di masanya.


Dalam pandangan Islam, kedudukan pria dan wanita sesungguhnya tidak ada perbedaan secara subtansial. Perbedaan di antara keduanya – kalau pun ada – hanya seputar aspek lahiriah, peran serta fungsinya saja. Karena pada hakikatnya ‘manusia’ bukan pria dan bukan pula wanita. Makna kata ‘manusia’ dalam Al-Quran tidak terbatas pada jenis dan golongan manusia tertentu, namun ia mencakup  seluruh jenis manusia, baik pria maupun wanita, semuanya sama.

Itulah sebabnya Allah SWT lewat firman suci-Nya di dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 13, telah menyampaikan secara tegas dan gamblang bahwa perbedaan kedudukan di antara manusia itu, hanyalah karena takwanya. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” Pertanyaan kemudian, bagaimana dengan realitas di sekitar kehidupan kita? Adakah idealitas Al-Quran tersebut telah terwujud?

Dalam kenyataannya, memang kita melihat bahwa ajaran Islam tersebut tidak sepenuhnya dijalankan manusia, bahkan terkadang oleh umat Islam sendiri. Mungkin kita sering mendengar getirnya kehidupan para TKW kita yang mempertaruhkan nasibnya kepada para tuan-tuan di negeri-negeri yang umumnya muslim. Padahal di zaman awal Islam, Rasulullah telah memberikan contoh pengajaran dalam memuliakan wanita, tatkala masyarakat jahiliah Arab menempatkan wanita sebagai makhluk yang tidak berguna dengan cara mengubur mereka hidup-hidup.

Agaknya sabda Rasulullah SAW perlu kita renungkan ketika mengatakan : “Tidak akan pernah memuliakan perempuan kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak akan pernah merendahkan perempuan kecuali laki-laki yang rendah juga.” Dengan begitu akan terkuaklah bagaimana sesungguhnya wajah masyarakat kita. Apakah sudah di era pencerahan atau masih berada di masa jahiliah.

Menjaga kehormatan dan harga diri manusia khususnya kehormatan wanita adalah suatu asas yang telah diterima dalam agama Islam serta dalam seluruh aturan-aturan dan hukum-hukumnya. Dan masalah hijab adalah merupakan salah satu dari perkara tersebut. Al-Quran Karim telah menjelaskan berbagai topik hijab dalam berbagai bentuk, gambaran, dan ibarat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hijab dipandang sebagai suatu kewajiban dalam agama islam dan apabila seseorang mengingkarinya maka dia telah mengingkari satu hukum yang telah diwajibkan dalam agama dan mengingkari kewajiban agama berarti terjerumus di dalam kekafiran. Perlu diketahui bahwa tidak perlu semua aturan-aturan Islam itu dibahas dalam Al-Quran, karena Al-Quran Al-Karim adalah sebuah aturan pokok yang hanya memberikan pembahasan secara global dan masalah-masalah detailnya diserahkan kepada mufassir Al-Quran, yakni Rasulullah SAW  dan para awliya  di mana mereka mengambil sumber dari wahyu Tuhan, di sisi lain juga kebanyakan hukum-hukum tidak dibahas secara detail dalam Al-Quran, akan tetapi dibahas dengan terang dan jelas di dalam fiqih islam.

Adapun masalah hijab terdapat beberapa ayat yang dijelaskan dengan detail di dalam Al-Quran, oleh karena itu sebagian orang yang tidak memiliki informasi tentang hijab, mereka menciptakan suatu keraguan dan kesangsian di dalam pikiran wanita sehingga menanyakan “Memangnya hijab juga terdapat dalam Al-Quran?” pertanyaan ini  sampai kapanpun tidak akan pernah tepat, sebab Al-Quran dengan jelas telah membahas topik tentang hijab dan setiap orang yang mengakui dirinya muslim, maka dia tidak boleh mengingkari masalah hijab dalam islam.

Sekarang kita tunjukkan sebagian dari ayat-ayat suci Al-Quran mengenai hijab berikut ini: (Qullilmu’minaati yaghdhudhna min abshaarihinna wa yahpadzna puruujahunna walaa yubdiina ziinatahunna illaa maa dzhara minhaa walyadhribna bikhumurihinna ‘alaa juyuubihinna walaa yubdiina ziinatahunna illaa libu’uulatihinna …) Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka dan ….(QS. An-Nur : 31).

Ayat di atas adalah ayat pertama yang menjelaskan tentang pandangan yang membangkitkan syahwat, dan lelaki serta perempuan dianjurkan untuk menahan pandangannya, sebab pandangan yang tercemari oleh syahwat pada lawan jenis merupakan langkah untuk melakukan dosa dan kerusakan karena itu akar dosa ini harus disingkirkan. Dan telah di jelaskan pula dengan transparan bahwa  memandang aurat orang lain (lelaki, perempuan, muhrim dan non muhrim) adalah dilarang. Topik lain yang perlu diperhatikan pada ayat ini adalah kewajiban menutup leher, dada dan seputar anggota badan wanita yang kebanyakan di jadikan pusat perhatian oleh lawan jenis, demikian juga dalam ayat ini menunjukkan bahwa adanya larangan berhias dan berdandan untuk yang non muhrim, kecuali apa yang telah nampak darinya, dan sambungan dari ayat sebelumnya, dengan jelas telah melarang secara mutlak untuk tidak menunjukkan dan mempertontonkan keindahan diri kepada yang non muhrim, dan kalimat itu adalah; walaa yadhribna biarjulihinna …; yaitu Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan (seperti khalkhal yang di pakai oleh wanita-wanita arab); bahkan badan sampai pergelangan tangan dan juga kaki harus ditutup. Disamping itu ayat ini telah menjelaskan tentang falsafah hijab dan kehormatan menahan pandangan yang di antaranya adalah menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan.

Ayat ke dua yang membahas tentang kewajiban menutup tubuh adalah ayat 59 surah Al-Ahzab yang berbunyi: ”Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,”Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak di ganggu.”
Dalam kitab Lisânul Arabi di katakan: Jilbab, yaitu lebih besar dari kerudung dan lebih kecil dari jubah, yang dengan wasilah ini wanita menutupi kepala dan dadanya. Oleh karena itu kata “Jilbâb” dalam surah Al-Ahzab di atas dan kata “Khumur” dalam surah An-Nur dengan jelas menekankan mengenai kewajiban menutup tubuh bagi wanita terhadap non mahramnya. Biasanya “Khumur” menunjukkan pada kewajiban menutup kepala dan dada serta leher dengan sesuatu yang menyerupai kerudung, akan tetapi “Julbaab” adalah sebuah pakaian yang lebih panjang dari kerudung di mana seluruh tubuh tertutupi olehnya; yaitu sesuatu yang menyerupai jubah dan biasanya dipakai oleh wanita-wanita arab.

Hijab adalah wajib bagi semua wanita, dan wanita-wanita yang bertalian dan bersangkutan  dengan kepemimpinan umat harus lebih berhati-hati, sebab mereka akan menjadi tokoh atau panutan terhadap wanita-wanita lain. Dengan demikian baik dalam berbicara, berhadapan dan bertemu dengan masyarakat serta aktivitas lainnya, menjaga hijab sangatlah dianjurkan karena mereka dalam hal ini sangatlah peka dan sensitif. Dari sudut pandang yang lain, kali ini Al-Quran menjadikan istri-istri Nabi sebagai acuan, dan berkata: (Yaa nisaa’annabii lastunna kaahadin minannisaa’i inittaqaitunna falaa takhdha’na bil qauli fayathma’a aladzi fi qalbihi maradhun wa qulna qawlan ma’ruufan). “Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS.Al-Ahzab : 32).

Ayat di atas adalah menegaskan tentang bagaimana menghindari terjadinya dosa dan fitnah dan wanita-wanita diharuskan memiliki batas di dalam berbicara dengan yang non  muhrimnya, sebagaimana di dalamnya tidak terlihat berbagai bentuk godaan dan rangsangan sehingga dapat menimbulkan fitnah. Demikan juga mengenai istri-istri Nabi saw dikatakan: (Wa qarna buyuutikunna walaa tabarrajna tabarruja aljahiliyyati al uula). Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu. (QS.Al-Ahzab : 33) Dan juga ayat 53 dalam surah yang sama diketahui sebagai pelengkap tentang kebagaimanaan wanita-wanita menjaga hijabnya dalam bersosialisasi dan mengatakan:( Wa idzaa saaltumuhunna mataa’aan fas aluhunnna min waraai hijaabin dzalikum athharu liquluubikum wa quluubihinna …. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. (QS. Al-Ahzab : 53).

Ketika kita mencermati muatan ayat tersebut di atas, maka sangatlah jelas bahwa hijab adalah menghindari dari terjadinya dosa dan fitnah, dan kesemuanya ini telah ditekankan pada hijab dan penutup tubuh wanita untuk kebersihan dan keselamatan masyarakat. Masih terdapat banyak poin-poin tentang hijab dari ayat yang lain dalam Al-Quran yang dikarenakan pembahasannya akan dialihkan ke topik yang lain maka kami tidak memberikan penjelasannya.

Hijab dalam Hadis-Hadis dan Budaya Ahli Bait.
Adapun Al-Quran yang merupakan Tsaql Akbar dan juga amanat besar ilahi, menjelaskan bahwa penutup atau hijab wanita adalah merupakan satu tugas dan tanggung jawab, dan juga di dalam hadis-hadis ahli bait yang dikenal sebagai  Tsaql Ashgar dan tafsir Quran menjelaskan tentang hijab. Efaf atau penutup bagi wanita secara detail yang sebahagian dari hadis tersebut dapat kita tunjukkan sebagai berikut: Imam Ali kw berkata dalam suratnya kepada anaknya Sayyidina Hasan; wakfuf  ‘alaihinna min absharihinna bihijaabika iyyahunna fainna syiddata alhijaabi abqaa ‘alaihinna … Wanita-wanita yang menutup wajahnya sehingga matanya tidak tertuju pada yang non muhrim (dan mata non muhrim tidak tertuju kepadanya) di sebabkan wanita-wanita yang ketat dalam berhijab akan lebih terjaga dari segala gangguan, dan ketika mereka keluar rumah tidak lebih buruk dari orang-orang non muhrim dan membawa orang lain yang tidak dapat di percaya kedalam rumahnya.(Bihar al-Anwar, Jilid 100).

Imam Ali dalam perkataan nuraninya, di samping beliau menegaskan tentang hijab, juga menjelaskan dengan aspek khusus filsafat dan penyebab dari hijab tersebut yang juga melingkupi kekekalan, daya tahan dan pemeliharaan wanita dalam sorotan hijabnya dan juga mengisyaratkan topik dan tema  penting yang lain yaitu tidak memasukkan orang-orang yang tidak dapat dipercaya ke dalam rumah, dan juga tidak seharusnya teman-teman dan keluarga yang non muhrim banyak lalu lalang atau bolak balik di dalam rumah, demikian pula wanita terlarang baginya untuk lalu lalang di tengah  masyarakat tanpa memakai hijab.
Dalam hadis-hadis mengenai akhir zaman telah di ingatkan, di antaranya tentang wanita-wanita yang berbuat dosa dan fitnah dan telah menjadi cercaan adalah mereka yang hadir di tengah-tengah lelaki untuk menjual diri dan tanpa memakai hijab.

Rasulullah SAW megabarkan bahwa azab bagi wanita-wanita yang berhijab buruk adalah demikian: Shinfaani min ummatii min ahlinnaari lam arahumaa … wa nisaa’an kaasiyaatun ‘aariyaatun…; Pada malam mikraj Saya menyaksikan dua kelompok dari penghuni neraka yang sebelumnya saya tidak pernah melihat serupa ini, dalam siksaan saya melihat, sejumlah wanita-wanita yang memakai pakaian-pakaian tipis dan menampakkan tubuh (setengah telanjang) dengan wajah-wajah yang tidak tertutupi, mereka ini tidak akan memasuki surga dan tidak akan sampai kepadanya bau surga padahal bau wangi surga tersebut dapat tercium keharumannya dalam jarak yang sangat jauh dan panjang.(Atsaar as-Shadiqiin, Jilid 3).

Azab Bagi Yang Berhijab Buruk.        
Imam Ali kw berkata: Saya menemui Rasulullah SAW, dan saya melihat beliau dalam keadaan menangis, saya menanyakan penyebab beliau menangis. Rasulullah SAW berkata: Dalam malam mikraj, saya melihat sejumlah wanita-wanita dari umat saya  sedang dalam azab yang sangat dahsyat. Salah satu dari mereka seorang wanita yang rambut kepalanya digantung dan dia adalah wanita yang tidak menutup rambutnya di depan non muhrim, demikian pula saya melihat seorang wanita yang memakan daging dirinya sendiri dan dia adalah wanita yang berhias dan mempercantik dirinya untuk orang lain. (Wasail, Jilid 14).

Wanita-Wanita di Akhir Zaman.
Sangat disayangkan bahwa salah satu dari tanda-tanda akhir zaman yang telah banyak di jelaskan dalam hadis-hadis adalah perihal keadaan menyedihkan wanita-wanita berhijab buruk pada zaman itu. Wanita-wanita dalam zaman itu, hadir di tengah-tengah masyarakat dalam suatu bentuk yang buruk, memolekkan dan mempercantik dirinya bukan untuk suaminya, dan memakai pakaian-pakaian yang setengah telanjang dan menampakkan tubuhnya.
.
Rasulullah SAW berkata: Halaaku nisaai ummatii filahmaraini adzdszahabu watstsayaaburriqaaqi. Terdapat dua penyebab yang menghancurkan umat saya, yang pertama adalah emas (perhiasan-perhiasan) dan yang ke dua adalah pakaian-pakaian tipis dan menampakkan tubuh. (Arsyaadu al-Quluub, Jilid 1).

Berdasarkan inilah membuat wanita-wanita berhijab buruk dan bahkan lebih buruk lagi dari mereka yang tidak berhijab, hal ini mengisyaratkan tentang kebenaran-kebenaran dari kerusakan dan kebinasaan yang merupakan tanda-tanda akhir zaman dan juga kita lihat bahwa ketidakmaluan para wanita yang mempermainkan seorang lelaki, hal inilah yang menjadi sumber kekhawatiran Rasul Akram SAW dan sangat disayangkan bahwa sebagian dari wanita-wanita muslim yang terjun dan aktif ke dalam masyarakat, mereka selangkah lebih maju dari wanita-wanita barat dengan wajah yang dihias kental dan tebal serta berpakaian ringan dan sembrono, padahal mereka ini lebih merusak dan membinasakan dari pada wanita-wanita barat yang non hijab, dan hal ini adalah masalah yang sangat besar. Seorang wanita yang menyatakan dirinya muslim seharusnya dia tidak menodai dan menyakiti hati Rasulullah SAW dan jantung Imam ‘Ashr. Apakah memang tidak boleh seorang wanita muslim meneladani dan menokohkan Sayyidah Zahra dan Sayyidah Zaenab? Apakah dahulu beliau-beliau ini hijab dan pakainnya adalah demikian? Sayyidah Zaenab kubra dalam majelis Yazid di samping beliau menyatakan protesnya terhadap Yazid, beliau juga mengisyaratkan masalah hijab dan beliau berkata pada Yazid: Bagaimana prinsip kamu terhadap tirai kesucian sehingga kamu dapat terjaga dan terpelihara dari para non muhrim dan bagaimana pula  prinsip kamu mengarak para keluarga Rasulullah SAW dari kota ke kota sehingga setiap non muhrim menengok ke arah wajah-wajah mereka?

Aminal’adli yabnaththulaqaa’a takhdiruka haraairaka wa imaaaka wa sawquka banaati rasulillahi saw sabaayaa qad hatakta sutuurahunna wa abdaita wujuuhahunna, Wahai Yazid! Apakah ini berarti adil bahwa para wanita dan para kanizmu kamu tunjukkan dibalik tirai sementara putri-putri Rasulullah SAW kamu arak ke berbagai kota dan kamu jadikan mereka tawanan dan tirai hijab mereka kamu koyak, melepaskan cadar-cadar mereka dari wajahnya?!(Hayaatu al-Imam Husain, Khotbah Hadhrat Zaenab di Syam).

Penegasan Rasulullah SAW Tentang Hijab.
Rasulullah SAW selain menyarankan secara tegas terhadap pentingnya menghindari berhijab buruk, beliau juga memperhatikan dalam tingkatan  amal, Ummu Salamah salah satu dari istri-istri Rasulullah SAW mengatakan: Saya dan Maemunah istri yang lain dari Rasulullah SAW setelah sampai kepada kami tentang perintah berhijab, kami menemui Rasulullah SAW yang ketika itu pula anak dari Ummu Maktum (yang matanya buta) memasuki ruangan kami, Rasulullah SAW berkata: Ihtajibaa; tutuplah diri-diri kalian. Saya mengatakan: Wahai Rasulullah! Dia adalah buta (dia tidak akan melihat kami). Beliau berkata: Afa’umyaa wa in antuma? Apakah kalian juga buta (dan kalian tidak melihat dia)? Jadi telah jelas bahwa menjaga hijab dan tidak melihat, tidak terbatas dan terkhusus pada lelaki saja bahkan wanita juga harus menjaga mata dan tubuhnya di hadapan lelaki. (Diterjemahkan oleh Ummu Jausyan….
Wallahu a’lam bisshawab.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: