Pesan Rahbar

Home » , , , , » Ada situs-situs salafy yang menampilkan tulisan dengan judul “Kitab-kitab Samawi [dari buku-buku Syiah]” yang merupakan kopipaste dari tulisan Husein Al Musawi [yang sudah terbukti kedustaannya]. Padahal argumentasi Husein Al Musawi itu sebenarnya bathil dan bertentangan dengan hadis-hadis yang tertera dalam kitab-kitab Sunni. Hal yang dipermasalahkan oleh Husein Al Musawi adalah adanya kitab-kitab Samawi yang dimiliki para Imam Syiah. Kitab-kitab ini terkesan aneh dan eklusif hanya dimiliki para Imam Syiah dan diantaranya memuat karakteristik yang tidak bisa diterima akal menurut Husein Al Musawi. Setelah kami membaca tulisan tersebut kami akan mengkritik dua hal saja secara garis besar.

Ada situs-situs salafy yang menampilkan tulisan dengan judul “Kitab-kitab Samawi [dari buku-buku Syiah]” yang merupakan kopipaste dari tulisan Husein Al Musawi [yang sudah terbukti kedustaannya]. Padahal argumentasi Husein Al Musawi itu sebenarnya bathil dan bertentangan dengan hadis-hadis yang tertera dalam kitab-kitab Sunni. Hal yang dipermasalahkan oleh Husein Al Musawi adalah adanya kitab-kitab Samawi yang dimiliki para Imam Syiah. Kitab-kitab ini terkesan aneh dan eklusif hanya dimiliki para Imam Syiah dan diantaranya memuat karakteristik yang tidak bisa diterima akal menurut Husein Al Musawi. Setelah kami membaca tulisan tersebut kami akan mengkritik dua hal saja secara garis besar.

Written By Unknown on Tuesday, 2 September 2014 | 16:11:00

Apakah Ada Kitab Ali? : Mengkritik Tulisan “Kitab-kitab Samawi [dari Buku-buku Syiah]”.
Sebagian orang yang memiliki kebencian terhadap syiah tidak memiliki kehalusan dalam berhujjah. Mereka dengan keterbatasan ilmu atau logika atau literatur sering mengeluarkan hujjah atau argumentasi yang bathil. Ada situs-situs salafy yang menampilkan tulisan dengan judul “Kitab-kitab Samawi [dari buku-buku Syiah]” yang merupakan kopipaste dari tulisan Husein Al Musawi [yang sudah terbukti kedustaannya]. Padahal argumentasi Husein Al Musawi itu sebenarnya bathil dan bertentangan dengan hadis-hadis yang tertera dalam kitab-kitab Sunni.


Hal yang dipermasalahkan oleh Husein Al Musawi adalah adanya kitab-kitab Samawi yang dimiliki para Imam Syiah. Kitab-kitab ini terkesan aneh dan eklusif hanya dimiliki para Imam Syiah dan diantaranya memuat karakteristik yang tidak bisa diterima akal menurut Husein Al Musawi. Setelah kami membaca tulisan tersebut kami akan mengkritik dua hal saja secara garis besar.

Metodologi Yang Cacat.
Pertama : Cara penulisan atau metodologi yang dilakukan Husein Al Musawi adalah metode pengutipan biasa tanpa menilai validitas riwayat yang dikutip sehingga pembaca tidak mengetahui apakah riwayat tersebut shahih atau tidak. Ketika mencela syiah banyak sekali pengikut salafy yang menggunakan metode ini padahal metode ini sangat ditolak dalam mazhab salafy. Dalam tulisannya Husein Al Musawi hanya mengutip sumber dari Al Kafi dan Bihar Al Anwar tanpa menyebutkan apakah riwayat itu shahih atau tidak [di sisi Syiah]. Hal ini tidak jauh berbeda dengan orang yang mengutip berbagai hadis dari Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, Sunan Abu Dawud, Musnad Ahmad, Mu’jam Ath Thabrani dan yang lainnya.

Siapa yang bisa menjamin kalau riwayat itu shahih?. Bukankah masih ada kemungkinan kalau Husein Al Musawi hanya mengutip riwayat-riwayat dhaif?. Secara metodologi tulisan Husein Al Musawi itu mengandung cacat dan tentu saja untuk menilai shahih tidaknya riwayat yang dikutip maka harus merujuk kepada ilmu hadis syiah atau pendapat ulama syiah. Bagian ini kami serahkan kepada mereka yang memang memiliki kompetensi soal keilmuan syiah terutama dari kalangan pengikut syiah sendiri.

Argumentasi Yang Bathil.
Kedua : Alasan atau argumentasi Husein Al Musawi hanyalah syubhat-syubhat untuk menggiring pembaca sehingga terkesan kalau kitab-kitab tersebut tidak masuk akal atau meminjam salah satu bahasa Al Musawi “menyembunyikan ilmu”. Syubhat ini sebenarnya juga menyerang berbagai hadis Sunni dimana memang disebutkan ada kitab-kitab Samawi di sisi Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan ada kitab yang memang dimiliki oleh keluarga Nabi seperti Kitab Ali.

Telah terbukti dalam riwayat shahih kalau kitab Ali memang ada dan dimiliki atau diwariskan kepada keturunan Beliau salah satunya Muhammad Al Baqir yang dikenal sebagai salah satu Imam Syiah.

عبد الرزاق عن بن عيينة عن جعفر بن محمد عن أبيه قال في كتاب علي الجراد والحيتان ذكي

Abdurrazaq dari Ibnu ‘Uyainah dari Ja’far bin Muhammad dari Ayahnya yang berkata “di dalam kitab Ali disebutkan kalau belalang dan ikan adalah sembelihan” [Mushannaf Abdurrazaq 4/532 no 8761].

Atsar ini sanadnya shahih sampai Imam Muhammad Al Baqir. Abdurrazaq bin Hammam adalah seorang hafizh yang tsiqat [At Taqrib 1/599]. Sufyan bin Uyainah adalah seorang tsiqat faqih imam hujjah [At Taqrib 1/371]. Ja’far bin Muhammad adalah seorang yang shaduq faqih imam [At Taqrib 1/163] sedangkan ayahnya Muhammad bin Ali bin Husein Abu Ja’far Al Baqir adalah seorang yang tsiqat dan memiliki keutamaan [At Taqrib 2/114]. Atsar ini membuktikan kalau Kitab Ali itu memang ada dan dimiliki oleh Ahlul Bait keturunan Imam Ali yaitu Imam Muhammad Al Baqir.

Memang suatu hal yang aneh jika Kitab Ali yang dimiliki para Imam ahlul bait tidaklah masyhur di sisi Sunni, mungkin ada berbagai alasan yang bisa kita kemukakan tapi bukan itu pokok persoalannya. Kitab Ali itu memang ada dan di dalamnya mungkin terkandung banyak ilmu tetapi tidaklah benar jika dikatakan adanya Kitab Ali berarti ada fenomena “menyembunyikan ilmu” bagi umat islam. Orang yang berkata seperti ini sudah jelas tidak paham hadis Tsaqalain, bukankah hadis Tsaqalain menjelaskan kalau umat islam agar tidak tersesat maka hendaknya berpegang teguh pada Al Qur’an dan Itrah Ahlul Bait Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Jadi walaupun ada yang namanya kitab Ali atau kitab-kitab lainnya yang dimiliki para Imam, kalau umat islam berpegang teguh pada Itrah Ahlul Bait Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka umat dapat mengambil ilmu atau hikmah dari mereka. Adakah yang salah dengan belajar ilmu kepada mereka?.

Di antara kitab yang dikutip Husein Al Musawi ada kitab yang ia sebut Shahifah An Namus kitab yang memuat nama-nama pengikut syiah hingga hari kiamat. Al Musawi berusaha menggiring pembaca dengan menunjukkan bahwa kitab ini tidak bisa diterima akal dan logika. Al Musawi berkata kalau nama-nama pengikut syiah di Irak pada masa ia hidup saja bisa mencapai minimal seratus jilid, lalu berapa banyak jilid yang diperlukan untuk tempat-tempat lain? Dan berapa banyak jilid yang diperlukan untuk mencatat nama-nama mereka yang hidup hingga hari kiamat?. Sampai-sampai Husein Al Musawi mengandaikan jika tujuh lautan dijadikan lembaran maka tidak akan cukup untuk menuliskan nama-nama itu. Jadi menurut Husein Al Musawi riwayat adanya kitab ini tidak masuk akal tidak bisa diterima logika dan mustahil para Imam mengatakan demikian.

Mungkin ada baiknya Husein Al Musawi dan pengikut salafy yang bisanya kopipaste plus suka menelan “makanan” mentah memperhatikan hadis-hadis kami Ahlus Sunnah maka insya Allah mereka akan menemukan hal yang lebih mengejutkan. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ternyata memiliki kitab samawi semacam ini yaitu kitab yang memuat nama-nama penghuni surga dan kitab yang memuat nama-nama penghuni neraka.

حدثنا قتيبة حدثنا الليث عن أبي قبيل عن شفي بن ماتع عن عبد الله بن عمرو بن العاصي قال  خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم وفي يده كتابان فقال أتدرون ما هذان الكتابان فقلنا لا يا رسول الله إلا أن تخبرنا فقال للذي في يده اليمنى هذا كتاب من رب العالمين فيه أسماء أهل الجنة وأسماء آبائهم وقبائلهم ثم أجمل على آخرهم فلا يزاد فيهم ولا ينقص منهم أبدا ثم قال للذي في شماله هذا كتاب من رب العالمين فيه أسماء أهل النار وأسماء آبائهم وقبائلهم ثم أجمل على آخرهم فلا يزاد فيهم ولا ينقص منهم أبدا فقال أصحابه ففيم العمل يا رسول الله إن كان أمر قد فرغ منه فقال سددوا وقاربوا فإن صاحب الجنة يختم له بعمل أهل الجنة وإن عمل أي عمل وإن صاحب النار يختم له بعمل أهل النار وإن عمل أي عمل ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم بيديه فنبذهما ثم قال فرغ ربكم من العباد فريق في الجنة وفريق في السعير

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Laits dari Abi Qabil dari Syufayy bin Maati’ dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Ash yang berkata “Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] keluar menemui kami, ketika itu di tangan Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] terdapat dua buah kitab. Beliau berkata “tahukah kalian kedua kitab ini?”. Kami berkata “tidak tahu wahai Rasulullah kecuali Engkau mengabarkan kepada kami”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata tentang kitab di tangan kanannya “Kitab ini berasal dari Tuhan semesta alam di dalamnya terdapat nama-nama penghuni surga [ahlul jannah] dan nama ayah-ayah mereka dan kabilah mereka, kemudian jumlahnya ditutup oleh orang terakhir dari mereka, tidak ada penambahan dan tidak ada pengurangan. Kemudian Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata tentang kitab yang ada di tangan kirinya “Kitab ini berasal dari Tuhan semesta alam di dalamnya terdapat nama-nama penghuni neraka dan nama-nama ayah mereka dan kabilah mereka, kemudian jumlahnya ditutup oleh orang terkahir dari mereka, tidak ada penambahan dan tidak ada pengurangan. Para sahabat berkata “apa manfaat amal wahai Rasulullah jika semua urusannya telah ditetapkan?”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “berusahalah dan mendekatlah karena penghuni surga hidupnya akan diakhiri dengan amalan penghuni surga meski ia melakukan amal perbuatan apapun dan penghuni neraka akan diakhiri dengan amalan penghuni neraka meski ia melakukan amal perbuatan apapun. Kemudian Rasulullah berisyarat dengan kedua tangannya dan berkata “Tuhan kalian telah selesai dengan hamba-hambaNya, sebagian berada di surga dan sebagian yang lain berada di neraka” [Sunan Tirmidzi 4/449 no 2141].

Hadis riwayat ‘Abdullah bin ‘Amru bin Ash ini juga diriwayatkan Ahmad dalam Musnad-nya 2/167 no 6563, Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah no 348, An Nasa’i dalam Sunan Nasa’i 6/452 no 11473, Ibnu Abi Hatim dalam Tafsir-nya 10/3276 no 18474, Al Ajurri dalam Asy Syari’ah 1/384 no 347 dan Asy Syari’ah 1/385 no 348. Hadis ‘Abdullah bin ‘Amru bin Ash ini sanadnya shahih.
  • Qutaibah bin Sa’id adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ahmad bin Hanbal memujinya. Ibnu Ma’in, Abu Hatim dan Nasa’i menyatakan ia tsiqat. Al Hakim menyatakan ia tsiqat ma’mun. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Maslamah menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 8 no 641]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit [At Taqrib 2/27].
  • Laits bin Sa’ad adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat banyak meriwayatkan hadis shahih. Ahmad dan Ibnu Ma’in menyatakan ia tsiqat. Ali bin Madini berkata “tsiqat tsabit”. Al Ijli dan Nasa’i menyatakan tsiqat. Abu Zur’ah berkata “shaduq”. Ibnu Khirasy berkata “shaduq hadisnya shahih”. Yaqub bin Syaibah menyatakan tsiqat [At Tahdzib juz 8 no 834]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit faqih imam masyhur” [At Taqrib 2/48].
  • Abu Qabil adalah Huyay bin Haani’ termasuk perawi Bukhari dalam Adabul Mufrad, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Ahmad, Ibnu Ma’in dan Abu Zur’ah menyatakan ia tsiqat. Abu Hatim berkata “shalih al hadits”. Al Fasawi, Al Ijli dan Ahmad bin Shalih menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan berkata “sering salah” [At Tahdzib juz 3 no 140]. Ibnu Hajar berkata “shaduq yahiim” [At Taqrib 1/253] dan dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau Huyay bin Haani’ seorang yang tsiqat. [Tahrir At Taqrib no 1606].
  • Syufayy bin Maati’ adalah perawi yang diperselisihkan apakah ia sahabat atau bukan. Nasa’i menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli menyatakan ia tsiqat. Yaqub bin Sufyan menyatakan ia tsiqat. Abu Ja’far Ath Thabari menyatakan ia sahabat. Ath Thabrani menyatakan ia diperselisihkan status persahabatannya. [At Tahdzib juz 4 no 616]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/421].
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas sebagaimana yang disebutkan Al Lalka’iy dalam Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah no 607 dengan jalan sanad dari Abdurrahman bin Salman dari ‘Aqil dari Ikrimah dari Ibnu Abbas. Semua perawinya tsiqat kecuali Abdurrahman bin Salman, ia perawi yang hadisnya dapat dijadikan syawahid dan mutaba’ah. Abdurrahman bin Salman termasuk perawi Muslim, Abu Dawud dalam al marasil, dan Nasa’i. Ibnu Yunus menyatakan ia tsiqat. Bukhari berkata “fiihi nazhar”. Abu Hatim menyatakan ia mudhtharib al hadits tetapi tidak memiliki riwayat mungkar dan ia shalih al hadits. Abu Hatim juga membantah Bukhari yang memasukkannya ke dalam Adh Dhu’afa. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 6 no 381]. Ibnu Hajar berkata “tidak ada masalah padanya” [At Taqrib 1/572].

Hadis dengan matan yang serupa juga diriwayatkan oleh Abdurrahman bin ‘Auf sebagaimana yang disebutkan Ahmad bin Muhammad bin Isa Al Birtiy dalam Musnad Abdurrahman bin ‘Auf 1/29 no 1 dengan sanad telah mengabarkan kepada kami Al Qa’nabiy dari Malik dari Ibnu Syihab dari Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Al Khaththab dari Abdullah bin Abdullah bin Al Harits bin An Naufal dari Ibnu Abbas yang menyebutkan kisah saat terjadinya wabah di Syam dan saat itu Abdurrahman bin ‘Auf mengatakan hadis di atas.

Hadis Abdurrahman bin ‘Auf ini shahih para perawinya tsiqat. Al Qa’nabiy adalah Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab seorang yang tsiqat dan ahli ibadah [At Taqrib 1/535]. Malik bin Anas adalah seorang faqih imam darul hijrah pemimpin orang-orang mutqin dan tsabit [At Taqrib 2/151]. Ibnu Syihab adalah Az Zuhri adalah faqih hafizh yang disepakati kemuliaan dan keteguhannya, dia adalah pemimpin thabaqat keempat [At Taqrib 2/133]. Abdul Hamid bin ‘Abdurrahman bin Zaid bin Al Khaththab seorang yang tsiqat [At Taqrib 1/556]. Abdullah bin Abdullah bin Al Harits bin An Naufal adalah seorang yang tsiqat [At Taqrib 1/505].
Tidak diragukan lagi kalau hadis tersebut shahih tsabit dengan keseluruhan jalan-jalannya. Diantara ulama yang menyatakan hadis ini shahih adalah Syaikh Ahmad Syakir dalam Musnad Ahmad no 6563 dan yang menyatakan hadis ini hasan adalah Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ahadits Ash Shahihah no 848. Pendapat yang benar hadis tersebut shahih bukan hasan sebagaimana yang dikatakan Syaikh Al Albani.
Silakan perhatikan matan hadis Abdullah bin ‘Amru bin Ash di atas, disitu dijelaskan kalau Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memiliki dua kitab samawi yaitu:
  • Kitab yang memuat nama ahli surga nama ayah mereka dan nama kabilah mereka.
  • Kitab yang memuat nama ahli neraka nama ayah mereka dan nama kabilah mereka.
Apakah Husein Al Musawi atau pengikut salafy yang taklid dengannya akan mengatakan hadis ini tidak bisa diterima akal?. Bukankah nama penghuni surga dari dahulu sampai hari kiamat dan di seluruh dunia ada sangat banyak sekali begitu pula nama penghuni neraka dari kalangan terdahulu dan kemudian juga ada banyak sekali?. Jadi berapa jilid  kitab itu? Berapa banyak lautan yang harus dijadikan lembaran untuk menulis kitab ini?. Tapi bukankah di dalam hadis tersebut Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dengan mudah memegang kitab yang satu dengan tangan kanannya dan kitab yang lain dengan tangan kirinya. Apakah mau dikatakan mustahil Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengatakan demikian?. Apakah salafy itu dengan mudahnya mau menolak hadis shahih?.  Meminjam bahasa Husein Al Musawi : Kalaulah hadis ini diketahui oleh musuh musuh islam niscaya mereka akan bermulut “manis” menghina islam dan menyudutkan islam sehingga terobatilah kebencian mereka, begitukah wahai pengikut salafy?

Apakah mustahil kalau Allah SWT menetapkan adanya kitab seperti ini? Jawabannya tidak, mungkin kitab seperti ini bukan konsumsi orang awam. Mungkin kitab ini harus dibaca dengan cara yang khusus sehingga tidak perlu sampai ribuan jilid. Mungkin kitab ini hanya bisa dibaca oleh orang-orang tertentu sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan mungkin Ahlul Baitnya. Kemana perginya kedua kitab ini?. Hilang ditelan bumikah? Atau diwariskan kepada Ahlul Bait Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam]?. Kami pribadi tidak memiliki jawaban atas pertanyaan ini, tetapi tetap tidak menafikan kalau kitab samawi tersebut memang ada dan pernah ditunjukkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

Terakhir ada hal menggelikan yang dikutip oleh Husein Al Musawi dan diaminkan oleh pengikut salafy [yang memang hanya bisa bertaklid mentah] yaitu soal Al Qur’an Syiah yang berbeda dengan Al Qur’an yang ada sekarang. Ini cuma dusta lama yang sudah basi dan suka diulang-ulang oleh pengikut salafy dalam mencaci syiah. Mungkin memang sudah tabiat salafy suka yang mentah dan yang basi. Tidak ada gunanya Husein Al Musawi [dan pengikut salafy] mengutip berbagai riwayat soal tahrif Al Qur’an dalam kitab-kitab syiah, terlepas dari shahih tidaknya riwayat syiah tersebut maka sebenarnya ada cukup banyak riwayat yang serupa di dalam kitab-kitab Sunni yang shahih. Salafy dan pengikutnya memang hanya bisa mencela mazhab lain tetapi tidak mampu berkaca melihat apakah riwayat yang mereka cela itu ada atau tidak di dalam kitab-kitab yang dijadikan pegangan oleh mereka. Kedua mazhab Sunni dan Syiah berlepas diri dari riwayat-riwayat tersebut. Cukup banyak ulama baik dari Sunni atau Syiah yang menolak riwayat-riwayat tersebut. Mereka sama-sama meyakini kalau Al Qur’an itu terjaga dari perubahan karena Allah SWT yang menjaganya. Cuma salafy saja yang meyakini kalau terdapat Al Qur’an yang sudah mengalami perubahan. Dan kita semua umat islam harus berlepas diri dari keyakinan seperti ini.  

Salam Damai.

Note : Tulisan Husein Al Musawi “Kitab-kitab Samawi [dari buku-buku Syiah]” dapat pembaca lihat di buku fenomenal-nya “Mengapa Saya keluar Dari Syiah” atau search saja di google karena sudah banyak dikopipaste oleh pengikut salafy.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: