Pesan Rahbar

Home » , , , , , » Bantahan Nasibhi (Wahabi); Syiah Memuji Aliy bin Abi Thalib Dengan Sebutan Keledai? : Dusta Nashibi

Bantahan Nasibhi (Wahabi); Syiah Memuji Aliy bin Abi Thalib Dengan Sebutan Keledai? : Dusta Nashibi

Written By Unknown on Tuesday 2 September 2014 | 10:58:00


Agak aneh [baca : menjijikkan] melihat bagaimana nashibi berusaha membuat berbagai kedustaan untuk merendahkan mazhab Syi’ah. Mereka terbiasa mencatut riwayat-riwayat dhaif yang aneh dan ganjil untuk menyebarkan syubhat bahwa mazhab Syiah ternyata malah mencela Imam Ahlul Bait. Berikut salah satu riwayat yang dimaksud:

محمد بن الحسين بن أبي الخطاب، عن محمد بن سنان، عن عمار بن مروان، عن المنخل ابن جميل، عن جابر بن يزيد، عن أبي جعفر عليه السلام قال: يا جابر ألك حمار يسير بك فيبلغ بك من المشرق إلى المغرب في يوم واحد؟ فقلت: جعلت فداك يا أبا جعفر وأني لي هذا؟فقال أبو جعفر عليه السلام: ذاك أمير المؤمنين ألم تسمع قول رسول الله صلى الله عليه وآله في علي عليه السلام: والله لتبلغن الأسباب والله لتركبن السحاب

Muhammad bin Husain bin Abil Khaththaab dari Muhammad bin Sinaan dari ‘Ammar bin Marwaan dari Minkhal bin Jamiil dari Jabir bin Yaziid dari Abu Ja’far [‘alaihis salaam] yang berkata “wahai Jabir apakah engkau memiliki seekor keledai yang dapat melakukan perjalanan bersamamu dari timur ke barat hanya dalam satu hari?.Maka aku menjawab “aku menjadi tebusanmu wahai Abu Ja’far, dimana aku dapat menemukannya”. Abu Ja’far [‘alaihis salaam] berkata “Itu adalah Amirul Mukminin [Aliy bin Abi Thalib], apakah engkau tidak mendengar perkataan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tentang Aliy, Demi Allah akan tiba waktu dan sebabnya, Demi Allah sungguh engkau akan menaiki awan [Al Ikhtishaas Syaikh Mufiid hal 317].

Riwayat di atas disebutkan oleh Al Majlisiy dalam kitabnya Bihar Al Anwar 25/380 dan ia menukil dari Al Ikhtishaas Syaikh Mufid:



Dengan riwayat ini, nashibi mengatakan bahwa Syiah telah memuji Aliy bin Abi Thalib dengan sebutan keledai [astaghfirullah, semoga Allah menghancurkan kedustaan para nashibi]. Riwayat di atas sanadnya dhaif berdasarkan ilmu Rijal Syi’ah karena di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sinaan dan Minkhal bin Jamiil.

Minkhal bin Jamiil seorang yang dhaif, jelek riwayatnya [Rijal An Najasyiy hal 421 no 1127]. Ibnu Ghada’iriy berkata tentangnya dhaif dan mahzab ghuluw [Rijal Ibnu Ghada’iriy hal 89].

قال محمد بن مسعود: سألت علي بن الحسن، عن المنخل بن جميل فقال: هو لا شئ متهم بالغلو

Muhammad bin Mas’ud berkata aku bertanya kepada Aliy bin Hasan tentang Minkhal bin Jamiil, maka ia berkata “ia tidak ada apa-apanya, tertuduh ghuluw” [Rijal Al Kasyiy 2/664 no 686]
Riwayat Al Kasyiy di atas shahih, Muhammad bin Mas’ud termasuk guru Al Kisyiy dan ia seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 350 no 944]. Aliy bin Hasan bin Fadhl gurunya juga seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 156].

Adapun Muhammad bin Sinan
________________________
Ilmu Rijal Syi’ah : Ikhtilaf Mengenai Muhammad bin Sinan?
Dalam salah satu tulisan sebelumnya kami pernah melemahkan hadis Syi’ah yang di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sinan
____________________
Dhaif : Riwayat Syiah Para Nabi Diciptakan Untuk Berwilayah Kepada Aliy.
Sungguh mengherankan melihat para pencela begitu gemar mencaci Syiah dan pemeluknya karena riwayat dhaif yang ada dalam kitab mereka. Fenomena ini sangatlah tidak layak dalam perdebatan [sepanjang masa] antara Sunni dan Syiah. Sudah saatnya kedua belah pihak [terutama para da’i mereka] belajar berdiskusi dengan hujjah yang objektif tanpa saling merendahkan satu sama lain.

Seorang Syiah tidak layak mencaci Sunni dan pemeluknya karena riwayat dhaif dalam kitab Sunni begitu pula seorang Sunni tidak layak mencaci Syiah dan pemeluknya karena riwayat dhaif dalam kitab Syiah. Jika anda baik sunni atau syiah ingin membuat tuduhan satu sama lain maka silakan buktikan shahih tidaknya tuduhan anda tersebut. Jika anda terburu-buru maka dikhawatirkan anda hanya menunjukkan kejahilan dan kenashibian, terlalu membenci syiah dan pengikutnya adalah ciri khas neonashibi zaman ini sehingga tidak jarang tulisan-tulisan mereka secara langsung maupun tidak langsung merendahkan ahlul bait Nabi hanya dalam rangka membantah Syiah.

ابن سنان، عن المفضل بن عمر قال: قال لي أبو عبد الله عليه السلام: إن الله تبارك و تعالى توحد بملكه فعرف عباده نفسه، ثم فوض إليهم أمره وأباح لهم جنته فمن أراد الله أن يطهر قلبه من الجن والإنس عرفه ولايتنا ومن أراد أن يطمس على قلبه أمسك عنه معرفتنا ثم قال يا مفضل والله ما استوجب آدم أن يخلقه الله بيده وينفخ فيه من روحه إلا بولاية علي عليه السلام، وما كلم الله موسى تكليما ” إلا بولاية علي عليه السلام، ولا أقام الله عيسى ابن مريم آية للعالمين إلا بالخضوع لعلي عليه السلام

Ibnu Sinan dari Mufadhdhal bin ‘Umar yang berkata Abu ‘Abdullah [‘alaihis salam] berkata kepadaku Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala itu adalah Tuhan Yang Maha Esa dan memberikan pada para hamba-Nya pengetahuan akan hal itu, kemudian Allah memasrahkan perkara-Nya pada para hambaNya dan memperbolehkan para hambaNya untuk menikmati Surganya. Maka barangsiapa yang menginginkan hatinya disucikan baik dari jin dan manusia maka Allah mengenalkan orang tersebut akan wilayah kami. Dan barangsiapa ingin dihilangkan hatinya dari kesucian maka Allah akan mengambil ma’rifat akan wilayah kepada kami dari orang tersebut. Kemudian Abu ‘Abdillah ‘alaihis salam bersabda: ”wahai mufadhal, Demi Allah, tidaklah mewajibkan Adam yang dimana Allah menciptakan Adam dengan Tangan-Nya dan meniupkan ruh pada Adam ['alaihis salam] kecuali dengan wilayah kepada ‘Ali ['alaihis salam]. Dan tidaklah Allah telah berbicara kepada Musa ['alaihis salam] secara langsung itu kecuali dengan dengan wilayah kepada ‘Ali ['alaihis salam]. Dan tidaklah Allah telah menciptakan ‘Isa putra Maryam sebagai bentuk tanda kebesaran Allah bagi alam semesta itu kecuali dengan tujuan agar ‘Isa ['alaihis salam] merendahkan diri kepada ‘Ali ['alaihis salam]… [Al Ikhtishaash Syaikh Mufiid hal 250].



Riwayat Syaikh Mufid ini juga dikutip oleh Al Majlisiy dalam Bihar Al Anwar 26/294 sebagaimana nampak di atas. Riwayat yang dibawakan Syaikh Mufid dalam kitab Al Ikhtishaash ini sanadnya dhaif tidak bisa dijadikan hujjah karena Muhammad bin Sinan, ia perawi yang diperselisihkan keadaannya di sisi Syiah dan yang rajih kedudukannya dhaif. An Najasyiy menyebutkan bahwa Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sa’id menyatakan Muhammad bin Sinan dhaif jiddan. Ia juga mengutip Fadhl bin Syadzan yang mengatakan “aku tidak mengizinkan kalian meriwayatkan hadis Muhammad bin Sinan” [Rijal An Najasyiy hal 328 no 888]. An Najasyiy sendiri mendhaifkan Muhammad bin Sinan, dalam biografi Miyaah Al Mada’iniy [Rijal An Najasyiy hal 424 no 1140]. Syaikh Ath Thuusiy berkata “Muhammad bin Sinan tertuduh atasnya, dhaif jiddan” [Tahdzib Al Ahkam 7/361]. Ibnu Ghada’iriy berkata “dhaif ghuluw” [Rijal Ibnu Dawud hal 174 no 1405].

Adapun Mufadhdhal bin ‘Umar, ia seorang yang diperselisihkan. An Najasyiy berkata “jelek mazhabnya, mudhtharib riwayatnya, tidak dipedulikan dengannya” [Rijal An Najasyiy hal 416 no 1112]. Ibnu Ghada’iriy berkata “dhaif” [Majma’ Ar Rijal Syaikh Qahbaa’iy 6/131]. Sayyid Al Khu’iy dalam biografi Mufadhdhal bin ‘Umar menukil tautsiq syaikh Al Mufid dan berbagai riwayat Imam Ahlul Bait yang memuji dan mencela Mufadhdhal bin ‘Umar, ia merajihkan riwayat yang memuji Mufadhdhal, sehingga ia berkesimpulan bahwa Mufadhdhal seorang yang tsiqat jaliil [Mu’jam Rijalul Hadits 19/318-330, no 12615].

Selain itu riwayat di atas memiliki cacat lain yaitu Syaikh Ath Thuusiy menyebutkan dalam muqaddimah kitab Tahdzib Al Ahkam bahwa Syaikh Al Mufid lahir pada tahun 336 atau 338 H [Tahdzib Al Ahkam 1/6]. Sedangkan Muhammad bin Sinan disebutkan An Najasyiy wafat pada tahun 220 H [Rijal An Najasiy hal 328 no 888]. Artinya Syaikh Al Mufiid tidak meriwayatkan langsung dari Muhammad bin Sinan maka riwayatnya mursal.

Riwayat yang serupa yaitu dalam matannya terdapat keterangan bahwa para Rasul diutus atas wilayah Aliy, ternyata diriwayatkan juga dalam kitab hadis Ahlus Sunnah yaitu Ma’rifat Ulumul Hadits Al Hakim


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُظَفَّرِ الْحَافِظُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ غَزْوَانَ ، قَالَ : ثنا عَلِيُّ بْنُ جَابِرٍ ، قَالَ : ثنا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : ثنا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ ، قَالَ : ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سُوقَةَ , عَنْ إِبْرَاهِيمَ , عَنِ الأَسْوَدِ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” يَا عَبْدَ اللَّهِ أَتَانِي مَلَكٌ ، فَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ ، وَسَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا عَلامَ بُعِثُوا ؟ قَالَ : قُلْتُ : عَلامَ بُعِثُوا ؟ قَالَ : عَلَى وِلايَتِكَ وَوِلايَةِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ “

Telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Muhammad bin Mudhaffar Al Hafizh yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Ghazwaan yang berkata telah menceritakan kepada kami Aliy bin Jaabir yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khaalid bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Suuqah dari Ibrahim dari Aswad dari Abdullah yang berkata Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “wahai Abdullah telah datang Malaikat kepadaku, maka ia berkata “wahai Muhammad tanyakanlah dari Rasul-rasul yang diutus sebelum kamu atas dasar apa mereka diutus”. Aku bertanya “atas dasar apa mereka diutus?”. Ia berkata “atas wilayah-Mu dan wilayah Aliy bin Abi Thalib” [Ma’rifat Ulumul Hadits Al Hakim hal 316 no 222].

Hadis riwayat Al Hakim di atas sanadnya dhaif jiddan karena Aliy bin Jabir tidak dikenal dan Muhammad bin Khalid bin Abdullah termasuk perawi Ibnu Majah, dikatakan Abu Zur’ah dhaif, Ibnu Ma’in menyatakan ia pendusta, Al Khaliliy berkata “dhaif jiddan” dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 9 no 199].

Intinya riwayat dhaif tentang perkara ini ditemukan baik dalam mazhab Syi’ah maupun mazhab Ahlus sunnah maka atas dasar apa para pencela menjadikan riwayat ini sebagai dasar untuk merendahkan Syi’ah. Jawabannya tidak lain atas dasar kejahilan dan kedengkian. Semoga Allah SWT melindungi kita dari kejahilan dan kedengkian.
_____________________________________
Kali ini kami akan membahas lebih rinci mengenai kedudukan sebenarnya Muhammad bin Sinan berdasarkan ilmu Rijal Syi’ah. Muhammad bin Sinan adalah perawi yang diperselisihkan kedudukannya dalam ilmu Rijal Syi’ah. Sebagian ulama Syi’ah mendhaifkannya dan sebagian lagi mentautsiq-nya. Pendapat yang rajih adalah ia seorang yang dhaif.
.
.
Ilmu Rijal Syi’ah memiliki perbedaan yang unik dengan Ilmu Rijal Sunni, dalam kitab Rijal Syi’ah terdapat fenomena dimana tautsiq atau jarh seorang perawi berasal dari Imam ahlul bait [yang ma’shum dalam pandangan Syi’ah]. Kemudian jarh dan ta’dil terhadap perawi Syi’ah dari ulama-ulama Syi’ah [dalam kitab Rijal Syi’ah] tidaklah sebanyak jarh dan ta’dil terhadap perawi Sunni dari Ulama-ulama Sunni [dalam kitab Rijal Sunni]. Sehingga dalam mentarjih antara yang mentautsiq dan menjarh [jika terdapat ikhtilaf], tidak terlalu rumit. Secara ringkas ada tiga cara untuk menetapkan kedudukan perawi dalam kitab Rijal Syi’ah
  1. Tautsiq atau Jarh dari Imam Ahlul Bait [jika ada] yang dapat ditemukan dalam riwayat yang sanadnya shahih sampai Imam ma’shum.
  2. Tautsiq atau Jarh dari ulama mutaqaddimin.
  3. Tautsiq atau Jarh dari ulama muta’akhirin.
Tentu saja tautsiq atau jarh dari Imam Ahlul Bait mendapat peringkat paling Utama dalam mentarjih, artinya jika terdapat riwayat shahih dari Imam Ahlul Bait mengenai seorang perawi maka hal ini lebih diutamakan dibanding pendapat para ulama baik mutaqaddimin maupun muta’akhirin.

Kemudian tentu saja secara sederhana, pendapat ulama mutaqaddimin terhadap seorang perawi lebih diutamakan dibanding pendapat muta’akhirin dengan dasar mereka lebih dahulu masa hidupnya dan lebih mengetahui dibanding orang setelah mereka. Mengenai Muhammad bin Sinan, berikut pernyataan ulama mutaqaddimin tentangnya

وقال أبو العباس أحمد بن محمد بن سعيد أنه روى عن الرضا عليه السلام قال: وله مسائل عنه معروفة، وهو رجل ضعيف جدا لا يعول عليه ولا يلتفت إلى ما تفرد به

Abu ‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sa’iid berkata bahwa ia [Muhammad bin Sinaan] meriwayatkan dari Ar Ridhaa [‘alaihis salaam], ia dikenal memiliki masa’il darinya, ia seorang yang dhaif jiddan, tidak bisa diandalkan dan tidak perlu diperhatikan riwayat yang ia tafarrud dengannya [Rijal An Najasyiy hal 328 no 888].

An Najasyiy sendiri dalam biografi Miyaah Al Mada’iniy menyatakan bahwa Muhammad bin Sinan dhaif [Rijal An Najasyiy hal 424-425 no 1140]. Ibnu Ghada’iriy berkata tentangnya dhaif ghuluw dan pemalsu hadis [Rijal Ibnu Ghada’iriy hal 92].

قال محمد بن مسعود، قال عبد الله بن حمدويه: سمعت الفضل بن شاذان، يقول: لا أستحل أن أروي أحاديث محمد بن سنان، وذكر الفضل في بعض كتبه: أن من الكاذبين المشهورين ابن سنان وليس بعبد الله

Muhammad bin Mas’uud berkata Abdullah bin Hamdawaih berkata aku mendengar Fadhl bin Syadzaan mengatakan aku tidak mengizinkan meriwayatkan hadis Muhammad bin Sinan, dan Fadhl menyebutkan dalam sebagian kitabnya “bahwa yang termasuk orang-orang yang dikenal pendusta yaitu Ibnu Sinan dan bukanlah yang dimaksud Abdullah [Rijal Al Kasyiy 2/796 no 978].

Muhammad bin Mas’ud termasuk guru Al Kasyiy dan ia seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 350 no 944] dan Abdullah bin Hamdawaih disebutkan bahwa ia tsiqat [Fa’iq Al Maqal Fi Hadits Ar Rijal hal 124 no 575].

Syaikh Ath Thuusiy dalam kitab Rijal-nya menyatakan bahwa Muhammad bin Sinan dhaif [Rijal Ath Thuusiy hal 364] dan ia pernah berkomentar dalam kitabnya Tahdzib Al Ahkam,

ما في هذا الخبر انه لم يروه غير محمد بن سنان عن المفضل بن عمر، ومحمد بن سنان مطعون عليه ضعيف جدا،

Adapun khabar ini bahwa ia tidak diriwayatkan selain dari Muhammad bin Sinan dari Mufadhdhal bin ‘Umar dan Muhammad bin Sinan tercela atasnya dhaif jiddan [Tahdzib Al Ahkam Syaikh Ath Thuusiy 7/361].

Diantara ulama yang mentautsiq Muhammad bin Sinan adalah Syaikh Al Mufiid dalam kitabnya Al Irsyad dimana ia berkata:

فصل فممن روى النص على الرضا علي بن موسى عليهما السلام بالإمامة من أبيه والإشارة إليه منه بذلك، من خاصته وثقاته وأهل الورع والعلم والفقه من شيعته: داود بن كثير الرقي، ومحمد بن إسحاق بن عمار، وعلي ابن يقطين، ونعيم القابوسي، والحسين بن المختار، وزياد بن مروان، والمخزومي، وداود بن سليمان، ونصر بن قابوس، وداود بن زربي، ويزيد ابن سليط، ومحمد بن سنان

Pasal : yang termasuk orang yang meriwayatkan nash atas Ar Ridha Aliy bin Muusa [‘alaihis salaam] tentang Imamah dari ayahnya dan isyarat tentangnya dari golongan khususnya dan tsiqat, ahlul wara’, alim dan faqih dari Syi’ah-nya adalah Dawud bin Katsir Ar Raaqiy, Muhammad bin Ishaq bin ‘Ammar, Ali bin Yaqthiin, Nu’aim Al Qaabuus, Husain bin Mukhtaar, Ziyaad bin Marwaan, Al Makhzuumiy, Dawud bin Sulaiman, Nashr bin Qaabuus, Dawud bin Zarbiy, Yaziid bin Sulaith dan Muhammad bin Sinan [Al Irsyad Syaikh Mufiid 2/247-248]

Tetapi Syaikh Al Mufiid mengalami tanaqudh [pertentangan] dalam perkara ini karena didalam kitabnya yang lain, ia malah menegaskan kedhaifan Muhammad bin Sinan. Syaikh Al Mufid dalam Jawabat Ahl Al Mawshul berkomentar mengenai suatu riwayat

غير معتمد عليه، طريقه محمد بن سنان، وهو مطعون فيه، لا تختلف العصابة في تهمته وضعفه، وما كان هذا سبيله لم يعمل عليه في الدين

Tidak dapat dijadikan pegangan atasnya, di dalamnya ada Muhammad bin Sinan dan ia tercela atasnya, tidak berselisih ashaabah mengenai tuduhan dan pendhaifan terhadapnya, dan yang menjadi jalannya disini adalah tidak beramal dengannya dalam agama [Jawabat Ahl Al Mawshul Syaikh Al Mufiid hal 20].

Sebagian ulama muta’akhirin menguatkan taustiq terhadap Muhammad bin Sinan karena ditemukan riwayat-riwayat dari Imam Ahlul Bait yang memuji Muhammad bin Sinan. Tetapi sebagian ulama mut’aakhirin yang lain menilai bahwa riwayat-riwayat tersebut tidak shahih atau tidak kuat sebagai tautsiq terhadap Muhammad bin Sinan. Riwayat-riwayat Imam Ahlul Bait yang memuji Muhammad bin Sinaan terbagi menjadi dua
  1. Riwayat yang di dalamnya sanadnya terdapat Muhammad bin Sinaan, artinya riwayat tersebut berasal darinya sendiri.
  2. Riwayat yang di dalam sanadnya tidak terdapat Muhammad bin Sinaan.
Mengenai riwayat pertama maka ia tidak dapat dijadikan hujjah disini karena riwayat tersebut berasal dari Muhammad bin Sinaan sendiri padahal justru kedudukan Muhammad bin Sinaan yang sedang dibahas dhaif tidaknya. Maka pembahasan selanjutnya hanya difokuskan pada riwayat jenis kedua. Ada tiga riwayat yang menunjukkan tautsiq Imam ma’shum kepada Muhammad bin Sinaan

حدثني محمد بن قولويه، قال: حدثني سعد بن عبد الله، قال: حدثني أبو جعفر أحمد بن محمد بن عيسى، عن رجل، عن علي بن الحسين بن داود القمي قال: سمعت أبا جعفر الثاني عليه السلام يذكر صفوان بن يحيى ومحمد بن سنان بخير

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Quluwaih yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’d bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan keadaku Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari seorang laki-laki dari Aliy bin Husain bin Dawud Al Qummiy yang berkata aku mendengar Abu Ja’far Ats Tsaniy [‘alaihis salaam] menyebutkan Shafwan bin Yahya dan Muhammad bin Sinan dengan kebaikan…[Rijal Al Kasyiy 2/792 no 962].

Riwayat ini sanadnya dhaif karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang majhul karena tidak disebutkan namanya.

عن أبي طالب عبد الله بن الصلت القمي، قال: دخلت على أبي جعفر الثاني عليه السلام في آخر عمره فسمعته يقول: جزى الله صفوان بن يحيى ومحمد ابن سنان وزكريا بن آدم عني خيرا فقد وفوا لي ولم يذكر سعد بن سعد

Dari ‘Abi Thalib ‘Abdullah bin Ash Shalth Al Qummiy yang berkata “aku masuk menemui Abu Ja’far Ats Tsaniy [‘alaihis salaam] pada akhir umurnya, aku mendengar ia mengatakan semoga Allah SWT membalas Shafwan bin Yahya, Muhammad bin Sinaan, Zakariya bin Adam dariku dengan kebaikan, sungguh mereka telah setia kepadaku. Beliau tidak menyebutkan Sa’d bin Sa’d…[Rijal Al Kasyiy 2/792 no 963].

Abu Thalib ‘Abdullah bin As Shalt Al Qummiy termasuk perawi yang tsiqat meriwayatkan dari Imam Ar Ridha [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 217 no 564]. Hanya saja zhahir riwayat Al Kasyiy hanya menyebutkan sanadnya dari Abu Thalib ‘Abdullah bin As Shalt Al Qummiy maka riwayatnya dhaif karena mursal. Al Kasyiy tidak bertemu dengan ‘Abdullah bin As Shalt.

حدثني محمد بن قولويه، قال: حدثني سعد، عن أحمد بن هلال، عن محمد بن إسماعيل بن بزيع، أن أبا جعفر عليه السلام كان لعن صفوان بن يحيى ومحمد بن سنان، فقال: انهما خالفا أمري، قال، فلما كان من قابل، قال أبو جعفر عليه السلام لمحمد بن سهل البحراني: تول صفوان بن يحيى ومحمد بن سنان فقد رضيت عنهما

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Quluwaih yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’d dari Ahmad bin Hilaal dari Muhammad bin Ismaiil bin Bazi’ bahwa Abu Ja’far [‘alaihis salaam] melaknat Shafwan bin Yahya dan Muhammad bin Sinaan. Maka Beliau berkata “keduanya telah menyelisihi perintahku”. [Perawi] berkata namun pada kali berikutnya, Abu Ja’far [‘alaihis salam] berkata kepada Muhammad bin Sahl Al Bahraniy “setialah dengan Shafwan bin Yahya dan Muhammad bin Sinaan, sungguh aku telah meridhai keduanya [Rijal Al Kasyiy 2/793 no 964].

Riwayat ini sanadnya dhaif karena Ahmad bin Hilaal Al Arbata’iy. Ia seorang yang diperselisihkan tetapi yang rajih kedudukannya dhaif jika tafarrud.

أحمد بن هلال أبو جعفر العبرتائي صالح الرواية، يعرف منها وينكر، وقد روى فيه ذموم من سيدنا أبى محمد العسكري عليه السلام

Ahmad bin Hilaal Abu Ja’far Al ‘Abarta’iy shalih riwayatnya, dikenal darinya dan diingkari. Dan sungguh telah diriwayatkan tentangnya celaan dari Sayyid kami Abu Muhammad Al Askariy [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 83 no 199].

أحمد بن هلال العبرتائي أبو جعفر أرى التوقف في حديثه إلا في ما يرويه عن الحسن بن محبوب من كتاب “المشيخة” ومحمد بن أبي عمير من “نوادره” وقد سمع هذين الكتابين جلة أصحاب الحديث واعتمدوه فيهما

Ahmad bin Hilaal Al ‘Abarta’iy Abu Ja’far, aku berpandangan tawaqquf [berhenti] pada hadisnya kecuali apa yang diriwayatkannya dari Hasan bin Mahbuub dari kitab Al Masyaikh-nya dan Muhammad bin Abi Umair dari Nawadir-nya, dan sungguh telah mendengar dari dua kitab ini ashabul hadis yang Mulia dan berpegang dengannya dalam keduanya [Rijal Ibnu Ghada’iriy hal 111-112].

Syaikh Ath Thuusiy menyatakan Ahmad bin Hilaal dhaif dalam kitabnya Al Istibshaar, dimana ia berkomentar mengenai salah satu riwayat

فهذا الخبر ضعيف جدا لان راويه أحمد بن هلال وهو ضعيف جدا

Maka kabar ini dhaif jiddan karena dalam riwayatnya ada Ahmad bin Hilaal dan ia seorang yang dhaif jiddan [Al Istibshaar Syaikh Ath Thuusiy 3/351].

Syaikh Ash Shaduuq dalam kitabnya Kamal Ad Diin Wa Tammaam An Ni’mah berkomentar mengenai salah satu riwayat yang didalamnya ada Ahmad bin Hilaal,

أن راوي هذا الخبر أحمد بن هلال وهو مجروح عند مشايخنا رضي الله عنهم

Bahwa yang meriwayatkan kabar ini adalah Ahmad bin Hilaal dan ia majruh [tercela] di sisi guru-guru kami [radiallahu ‘anhum] [Kamal Ad Diin Wa Tammaam An Ni’mah hal 76].

حدثنا شيخنا محمد بن الحسن بن أحمد بن الوليد رضي الله عنه قال: سمعت سعد بن عبد الله يقول: ما رأينا ولا سمعنا بمتشيع رجع عن التشيع إلى النصب إلا أحمد بن هلال، وكانوا يقولون: إن ما تفرد بروايته أحمد بن هلال فلا يجوز استعماله

Telah menceritakan kepada kami guru kami Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Waliid [radiallahu ‘anhu] yang berkata aku mendengar Sa’d bin ‘Abdullah yang mengatakan “kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar orang yang bertasyayyu’ yang ruju’ dari tasyayyu’ kepada nashibi kecuali Ahmad bin Hilaal, dan mereka mengatakan apa yang diriwayatkan Ahmad bin Hilaal secara tafarrud [menyendiri] maka tidak boleh beramal dengannya [Kamal Ad Diin Wa Tammaam An Ni’mah hal 76].

Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Waliid adalah guru syaikh Shaduq dan dikatakan An Najasyiy “tsiqat tsiqat” [Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042] dan Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]. Maka riwayat dimana Abu Ja’far [‘alaihis salaam] meridhai Muhammad bin Sinan kedudukannya dhaif karena Ahmad bin Hilaal meriwayatkan secara tafarrud tanpa ada yang menguatkannya.

Diantara ulama muta’akhirin yang mendhaifkan Muhammad bin Sinaan adalah Allamah Al Hilliy, Ibnu Dawud, Al Jaza’iriy, Al Bahbuudiy, Muhaqqiq Al Hilliy, Syahid Tsaaniy, Muhaqqiq Al Ardabiliy, As Sabzawariy dan yang lainnya [Ad Dhu’afa Min Rijal Al Hadits 3/193-194, Syaikh Husain As Saa’idiy].
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
  1. Jama’ah ulama mutaqaddimin mendhaifkan Muhammad bin Sinaan.
  2. Riwayat Imam Ahlul Bait yang mentautsiq Muhammad bin Sinaan kedudukannya dhaif.
  3. Sebagian ulama muta’akhirin mendhaifkan Muhammad bin Sinaan.
Maka pendapat yang rajih adalah mereka yang mendhaifkan Muhammad bin Sinan sedangkan sebagian ulama muta’akhirin yang menguatkan Muhammad bin Sinaan telah keliru.
____________________________

berdasarkan pendapat yang rajih kedudukannya dhaif dan kami telah membahas secara khusus tentangnya dalam tulisan yang lalu. Kesimpulannya riwayat yang dijadikan dasar nashibi untuk mencela Syi’ah di atas adalah riwayat yang dhaif.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: