Pesan Rahbar

Home » » Belanda Tak Mau Kembalikan Ribuan Naskah Kuno Yogyakarta

Belanda Tak Mau Kembalikan Ribuan Naskah Kuno Yogyakarta

Written By Unknown on Thursday, 27 November 2014 | 20:18:00


Ribuan naskah kuno milik Yogyakarta, ternyata masih tersimpan di Belanda. Pihak Keraton Kasultanan Yogyakarta, Pura Pakualaman, maupun Pemprov DIY bahkan hingga kini tidak bisa memulangkan naskah-naskah kuno warisan sejarah Nusantara tersebut. Alhasil, banyak akademisi dan peneliti Indonesia yang harus berbondong ke Belanda untuk memelajari naskah kuno yang memuat sejarah bangsanya sendiri.

Rektor Universitas Leiden Belanda Profesor Carel Stolker, saat berkunjung di Gedhong Jene Keraton Kasultanan Yogyakarta, Kamis (27/2/2014), membenarkan adanya ribuan koleksi naskah kuno Indonesia di universitasnya.

Stolker, datang ke Yogyakarta untuk menggelar pertemuan bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkun Buwono X, yang juga bertahta sebagai Raja Keraton Kasultanan Yogyakarta.

“There’s a large collection of Indonesian documents. Its like twelve kilometers of books. (Ada banyak sekali koleksi dokumen kuno Indonesia yang tersimpan di Leiden. Jika dijajar, hampir setara dengan 12 kilometer deretan buku buku),” tutur Prof Carel Stolker, Kamis (27/2/2014).

Universitas Leiden Belanda belum lama ini bahkan mendapatkan sumbangan naskah naskah kuno lagi dari Amsterdam untuk memperkaya koleksinya. Sebab, sambung Stolker, Leiden memiliki jurusan yang khusus mempelajari budaya timur, budaya Asia. Bahkan, banyak peneliti dari seluruh dunia, termasuk dosen dosen dari Indonesia yang datang ke Leiden untuk mempelajari naskah itu.

Namun, ketika ditanya apakah Leiden berkenan mengembalikan naskah naskah itu ke Yogyakarta, Stolker tak menjawabnya. Ia justru menjelaskan, pihaknya kini fokus melakukan digitalisasi sebanyak mungkin naskah naskah yang kondisinya sangat rapuh itu.

Bahkan, mereka tengah merancang sebuah pusat studi Asia yang menyimpan koleksi naskah itu semua. Dengan demikian, isi naskah kuno yang merupakan sejarah bersama Indonesia dan Belanda bisa diakses oleh semua pihak.

Baik untuk kepentingan pemerintahan Indonesia maupun Belanda. “Kami digitalisasikan sebanyak mungkin, dan kami unggah ke internet, meskipun itu membutuhkan biaya yang sangat mahal, sehingga semua bisa membacanya,” tutur Stolker.

Stolker juga menegaskan, sebagian besar naskah yang tersimpan di Leiden merupakan naskah berbahasa Belanda. Jadi sudah semestinya, naskah itu berada di sana.[]

(Tribun-News/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: