Pesan Rahbar

Home » , » Berpegang Teguh Pada Qur’an dan Ahlul Bait, Bukan Pada Hanafi, Hanbali, Maliki, dan Syafi’i

Berpegang Teguh Pada Qur’an dan Ahlul Bait, Bukan Pada Hanafi, Hanbali, Maliki, dan Syafi’i

Written By Unknown on Wednesday 5 November 2014 | 16:46:00


Penggalan dari e-book Ahlul Bait dalam Al Qur’an dan Hadits, Perhatian: Buku ini dituliskan dengan gaya bahasa Melayu.

Al-Qur’an al-Karim merupakan sumber pemikiran, syariah dan nilai setiap yang dibawa oleh al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dan kalam Allah yang Maha Suci, yang menggubal cara hidup dan menetapkan undang-undangnya. Setiap muslim mengetahui bahawa apa juga yang dibawa oleh al-Qur’an adalah -syariah Allah dan risalah yang diwajibkan beramal dengannya dan berjalan menurut petunjuknya.
Al-Qur’an menceritakan tentang Ahi al-Bayt dengan mengguna uslub yang berikut:

1. Dengan terus terang menyebut nama mereka dengan menggunakan istilah yang digunakan al-Qur’an, adakala al-Qur’an menyebut mereka dengar nama Ahl a1-Bayt, sebagaimana dalam ayat al-Tathir: 1 dan kadang-kadang disebut dengan “Al-Qurba” sepertimana dalam ayat al-Mawaddah: 2. Dengan sebab itu turunnya beberapa ayat al-Qur’an yang dijelàskan oleh Sunnah Nabi dan dihuraikan untuk umat pada ketika itu, serta diriwayatkan oleh ahli-ahli tafsir, perawi-perawi hadis dan ahli-ahli sejarah dalam kitab-kitab dan ensikiopedia mereka….

Dalam sebuah majlis yang cukup ramai dan dihadiri oleh ulama Ahlu Sunah dan Syiah, salah seorang dari ulama Ahlu Sunah bertanya kepada seorang alim Syiah, “Jika kita disuruh untuk memilih satu di antara lima madzhab (Hanafi, Hanbali, Maliki, Syafi’i dan Ja’fari), manakah yang harus kita pilih?”

Alim Syiah menjawab, “Jika kita mau jujur kepada diri sendiri, kita memilih madzhab Ja’fari. Karena madzhab Ja’fari berasal dari ajaran Imam Ja’far Shadqi as dan Ahlul Bait nabi as. Apa yang diajarkan oleh Imam Ja’far Shadiq as pasti berasal dari Al Qur’an dan sunah nabi, dan beliau lebih faham tentang keduanya. Karena beliau adalah bagian dari Ahlul Bait, yakni penghuni rumah; dan penghuni rumah lebih faham apa yang ada di dalam rumah ketimbang orang lain.”

Syaikh Mahmud Syaltut, seorang mufti bersejarah dan dosen agung Universitas Al Ahzhar Mesir, pada tahun 1379 H. secara resmi mengeluarkan fatwa yang dicetak dalam majalah Risalatul Islam Darul Taqrib Mesir. Isi fatwanya adalah:

“Sesungguhnya Madzhab Ja’fari, yang dikenal dengan Syiah Itsna Asyariah (Syiah 12 Imam) adalah madzhab yang sah secara Syar’i, dan dapat dipilih sebagaimana Ahlu Sunnah. Oleh karena itu selayaknya umat Islam memahami hal ini, meninggalkan fanatisme terhadap madzhab masing-masing. Semua ulama madhzab-madzhab ini adalah mujtahid dan fatwa mereka diterima di sisi Allah. Orang yang bukan mujtahid dapat mengikuti mereka (para mujtahid), dan mengamalkan fatwa-fatwanya. Dalam hal ini pun tidak ada bedanya baik dalam masalah ibadah maupun mu’amalah.”[1]

Para ulama besar Ahlu Sunah seperti Muhammad Fakham seorang mantan dosen Universitas Al Azhar, Abdurrahman An Najjari pengurus masjid-masjid Kairo, Abdul Fattah Abdul Maqsud seorang dosen dan penulis terkenal Mesir, semuanya membenarkan fatwa Syaikh Mahmud Syaltut.

Muhammad Fakham berkata, “Saat ini juga kami berfatwa berdasarkan fatwa Syaikh Syaltut. Yakni kami tidak membatasi diri hanya pada empat madzhab Ahlu Sunah. Syaikh Syaltut adalah seorang imam dan mujtahid; pemikiran dan pendapatnya bagaikan kebenaran dan hakikat.”

Abdul Fattah Abdul Maqsud juga berkata, “Madzhab Syiah Itsna Asyariah dapat dijadikan madzhab yang sebaris dengan madzhab-madzhab Ahlu Sunah. Tidak ada salahnya bagi siapapun untuk memeluk madzhab Syiah, madzhab yang berasal dari Ali bin Abi Thalib, seorang yang paling alim setelah nabi dalam Islam.”[2]


Catatan Kaki:

[1] Seratus Satu Perdebatan, Muhammad Muhammadi Isytihardi, halaman 346.

[2] Fi Sabilil Wahdatil Islamiyah, Sayid Murtadha Ar Radhawi, halaman 52, 54 dan 55.


Muhammad Tijani Samawi, bagi sebagian orang mungkin merupakan seorang tokoh fiktif yang dibuat-buat oleh orang Syiah. Namun orang yang sedang menginap di hotel Lale Tehran ini ternyata benar-benar nyata. Ia adalah orang yang lembut dan sangat pintar. Murah senyum, berjenggot tipis dan rapi. Senang sekali ia bersedia untuk diwawancarai selama satu jam.

Ia begitu dikenal di Iran dengan karyanya yang berjudul “Akhirnya aku temukan kebenaran”. Sebuah buku tentang bagaimana ia menjadi Syiah yang mulanya bermadzhab Syafi’i. Ia menyatakan bahwa dirinya begitu berusaha keras dalam mengajak sesamanya untuk memeluk madzhab Ja’fari, dan dijelaskannya bahwa pekerjaan itu baginya memiliki arti yang luar biasa dalam hidupnya.

Muhammad Tijani Samawi yang kini berusia 70 tahun mendapatkan gelar doktor dari Sorbonne dan begitu mahir dalam berbahasa Perancis. Ia sangat bertentangan dengan pola pikir kasta yang memisah-misah lapisan masyarakat. Tak pernah ia berhenti mengajak para pemuda pemudi Muslim untuk terus belajar dan mengkaji dalam agama.

Sayid Muhammad Tijani Samawi selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan Iran. Seakan ia sedang hidup di Iran. Masalah militer saja diikuti perkembangan beritanya oleh beliau, apa lagi masalah nuklir Iran.

Dialog ini berlangsung di hotel Lale Tehran, yang diluput oleh wartawan Fars News.

Tolong perkenalkan diri anda secara singkat

Secara singkat! Memang hidupku begitu sederhana dan singkat-singkat saja. Kelahiranku pun juga sederhana dan singkat. Salam sejahtera bagi Rasulullah, Muhammad saw beserta keluarganya yang suci. Salam juga buat para pendengar sekalian di manapun anda berada. Mengenai diriku, secara singkat, aku adalah Muhammad Tijani Samawi, dari Tunisia Selatan. Sebenarnya aku juga selalu menekankan bahwa aku ini orang Iraq, hanya saja lahir di Tunisia. Keluargaku berasal dari Samawe, Iraq, yang karena takut akan kejahatan pemerintah Abbasiah, kami berjihjrah ke Afrika Utara.


Mengenai pendidikan anda?

Aku memulai pendidikan tinggiku selama dua tahun di salah satu cabang universitas Zaitunah. Selepas kemerdekaan Tunisia, dan setelah universitas Zaitunah ditutup, aku pindah ke sekolah Franko Arabi; dan seusai menyelesaikannya, aku melanjutkan pendidikan SMA dan Diploma.

Di akhir masa pembelajaran aku pernah menjadi asisten dosen di sebuah Lembaga Diploma Yubsai. Selama 17 tahun aku mengajar dalam posisi itu. Setelah itu aku mengajukan permohonan cuti kepada kementrian pendidikan untuk belajar di Perancis, tepatnya di Sorbonne, Paris. Selama 8 tahun aku sibuk mengkaji perbandingan agama-agama; seperti agama-agama monoteis… Setelah mengambil gelar sarjana, aku melanjutkan kuliahku di bidang Falsafah dan Humaniora. Lalu setelah itu aku mengambil bidang Sejarah dan Madzhab-Madzhab Islam di kedoktoran tingkat 3 universitas tersebut, lalu aku mengambil gelar kedoktoran internasional.


Apa tema thesis doktoral anda?

Judul thesisku di universitas itu adalah “Pemikiran Islami dalam Nahjul Balaghah”, karya Imam Ali as. Anda sekalian pasti memahami nilai Nahjul Balaghah baik dari segi sastra dan bahasanya. Menterjemahkan buku itu ke bahasa Perancis sangat susah sekali, karena para ahli sastra Arab sendiri mengaku banyak menghadapi kesulitan dalam menjelaskan dan menafsirkan kata-kata Imam Ali as, sampai Ibnu Abil Hadid berkata bahwa buku itu dan ucapan-ucapan yang di dalamnya lebih tinggi dari ucapan makhluk dan di bawah ucapan Tuhan.

Aku sendiri menemukan banyak kesulitan dalam menterjemahkan buku itu ke bahasa Perancis. Karena di Sorbonne kita tidak bisa menulis thesis kecuali dengan bahasa Perancis. Seusai itu, selama setahun di universitas Sorbonne dan 3 tahun mengajar di lembaga Balzak di Paris, aku mulai menulis buku dan sampai saat ini sudah ada 11 buku yang telah aku tulis. Buku pertamaku adalah buku yang dikenal dengan “Akhirnya Kutemukan Kebenaran”, yang telah diterjemahkan ke 14 bahasa dunia dan karyaku yang terakhir adalah “Aku menjawab seruan orang yang mengajak kepada Tuhan.”


Sebelum Syiah, apa madzhab anda? Hal apa yang telah membuat anda memeluk ajaran Syiah? Sehingga karena itu anda sampai menulis buku “Akhirnya kutemukan kebenaran”…?

Panjang sekali ceritanya. Dalam buku itu aku sendiri telah menjelaskannya panjang lebar. Di sini akan aku ceritakan secara singkat saja. Pada tahun 1964, aku hadir dalam sebuah konfrensi yang berkenaan dengan Orang-Orang Arab Muslim di Makkah, oleh karena itu aku begitu terpengaruh oleh Wahabiah. Oleh karena itu aku mulai condong ke ajaran itu. Namun ketika aku bertekat untuk pergi ke Saudi Arabia untuk melaksanakan Haji dan Umrah, dalam kapal aku bertemu dengan salah seorang Syiah yang ternyata seorang dosen di universitas Baghdad.


Ceritakan lebih lanjut mengenai pertemuan anda dengan seorang alim Syiah

Pertemuan itu sangat bermanfaat sekali. Karena ia adalah faktor utama aku mulai menjalin hubungan dengan para ulama Syiah di Najaf. Akhirnya karena jalinan hubungan itu aku faham bahwa selama ini yang telah aku dengar tentang Syiah adalah palsu. Semua itu hanyalah propaganda. Sejak itu aku mulai banyak membahas dan berdiskusi dengan ulama Syiah. Setelah mengkaji selama tiga tahun, akhirnya kutemukan madzhab yang benar, oleh karena itu aku menerima Syiah dan aku mulai menyebarkan ajaran-ajaran Syiah. Dengan demikian aku banyak menulis tentang Syiah. Aku mengenalkan Ahlul Bait yang kukenal dengan cara ini.


Sungguh cara yang ilmiah dalam memilih agama

Ya, benar, cara ini berbeda dengan orang-orang Syiah yang memah terlahir sebagai Syiah. Aku bukan Syiah karena ikut-ikutan belaka, namun benar-benar ilmiah dan atas dasar pengetahuan, pembahasan dan diskusi.

Dulunya aku Syafi’i. Namun karena terus membahas dan mengkaji, aku memilih madzhab Ja’fari, yakni Madzhab Imam Ja’far Shadiq as. Artinya aku memilih madzhab ini karena pengetahuan dan kajian selama tiga tahun.

Salah satu sahabatku adalah seorang Suni, berasal dari Aljazair, saat kami sama-sama mahasiswa, ia sering berkata bahwa Muhammad Tijani Samawi setelah menulis buku “Akhirnya kutemukan kebenaran” menulis buku lain yang isinya menjelaskan bahwa ia kembali ke Ahlu Sunah. Benarkah itu?

Itu semua adalah propaganda Saudi dan Wahabi. Karena begitu ada orang yang mulai memilih kebenaran, sejak saat itu juga pasti musuh-musuh yang bertentangan mulai mengada-ada, menciptakan syubhat, melontarkan berbagai macam isu, kritik dan pertanyaan yang tidak benar. Apa yang terjadi padaku juga seperti ini. Begitu aku masuk Syiah, mereka semua mulai ramai menyebar syubhat.

Mulanya mereka menyebarkan isu, bahwa nama yang tertulis di buku itu adalah palsu, bukan Muhammad Tijani yang sebenarnya. Panjang sekali ceritanya. Ada yang mengatakan bahwa buku itu adalah ciptaan orang-orang Israel. Mereka selalu begitu agar masyarakat terjebak dalam keraguan. Ada yang bilang Tijani setelah menjadi Syiah ia mejadi murtad. Ada juga yang bilang Tijani tidak Syiah dan tidak Suni. Apapun yang mereka katakan, Tuhan yang tahu, bahwa aku tetap pada jalan keyakinanku.


Berapa banyak karya tulis anda tentang Syiah?

Sampai saat ini ada sebelas buku yang telah ditulis untuk berdakwah dan menyebarkan ajaran Ahlul Bait. Dalam buku-buku itu aku menjelaskan kebenaran yang sebenarnya. Dan berkat taufik Allah aku menjelaskan hak-hak Ahlul Bait yang mana kebanyakan saudara kita Ahlu Sunah lalai akan itu. Syukur aku terus berusaha di jalan ini. Alhasil apa yang mereka katakan tentangku adalah bohong dan propaganda.


Siapakah di antara para ulama Syiah yang paling berkesan bagi anda?

Salah seorang alim Syiah yang paling mengesankan bagi saya adalah Muhammad Baqir Shadr, yang mana aku sempat hidup dengannya untuk beberapa lama. Sangat sering kami duduk berdiskusi. Penjelasannya ada di buku “Akhirnya kutemukan kebenaran”. Ia adalah tauladan dalam akhlak. Akhlaknya yang sangat baik dan begitu juga keilmuannya membuatku sangat tertarik padanya. Padahal ia selalu rendah hati. Namun setiap kali aku bertanya, kurang lebih ia memberikan jawaban yang berdasarkan Al Qur’an dan sunah, yang semua itu benar-benar rasional dan memuaskan. Ia adalah yang pertama. Dan yang kedua adalah Allamah Syarafuddin, apa lagi dengan bukunya Al Muraja’at dan An Nash wal Ijtihad; begitu pula dengan karya-karya beliau yang lainnya.


Menurut anda, masalah apakah yang paling penting buat umat Islam saat ini?

Masalah yang paling penting buat umat Islam menurutku adalah persatuan umat, meninggalkan rasisme, fanatisme, dan bantah membantah yang menyebabkan perpecahan umat.


Tolong jelaskan lebih banyak lagi

Ya, sangat menyedihkan, misalnya akhir-akhir ini Qardhawi dan orang-orang sepertinya sedang menjalankan aksi-aksinya. Qardhawi termasuk bagian dari ulama yang dikenal dan ucapannya didengar oleh jutaan Muslim. Aljazirah menyebutnya sebagai kutub dunia Islam. Untuk beberapa kalinya ia mnyerang Syiah dan akhirnya tercipta persengketaan antar kelompok. Masalah yang paling penting bagiku adalah bagaimana caranya agar semua orang tidak mudah dipengaruhi oleh propaganda-propaganda orang-orang seperti Qardhawi, yang misalnya menyatakan bahwa Al Qur’an milik umat Syiah berbeda dengan Al Qur’an yang ada saat ini.

Banyak sekali permusuhan yang diciptakan oleh sebagian ulama, misalnya ulama yang berfatwa bahwa kita diharamkan berdoa untuk kemenangan Hizbullah atas Israel, karena anggota mereka adalah Syiah. Inilah satu-satunya penghalang besar bagi perkembangan dan kemajuan umat Islam.


Menurut anda, apa faktor permusuhan dan kedengkian ini?

Semua ini dikarenakan kefakuman pemikiran, kekolotan, dan karena umat Islam mudah menerima isu yang tidak jelas kebenarannya. Padahal Allah swt sendiri telah berfirman, bahwa ketika ada orang fasik datang kepada kita dengan membawa sebuah kabar, maka kita harus meneliti dan mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu sebelum menerimanya. Namun sayang Muslimin tidak mengamalkan ayat ini. Tanpa mencari tahu kebenaran isu, mereka langsung menerimanya begitu saja.

Namun saya tetap optimis bahwa kebenaran pasti akan menang. Karena Tuhan sendiri telah menjanjikan dalam kitab suci-Nya bahwa Ia hendak menyempurnakan cahayanya meskipun banyak sekali penentang yang menghalangi.


Bagaimana kondisi umat Syiah sekarang ini?

Saat ini umat Syiah berada dalam kondisi yang cukup baik. Karena kebanyakan ulama Ahlu Sunah dan kebanyakan dari pelajar-pelajar agama dari kalangan Ahlu Sunah mau mempelajari dan mengkaji ajaran Ahlul Bait, bahkan menerimanya. Tak sedikit dari mereka yang mau menerima ajaran ini. Karena Ahlul Bait adalah asas madzhab dalam Islam yang sebenarnya. Dan ajaran seperti ini benar-benar kosong dari hal-hal yang bersifat politik, dalam artian yang negatif. Salah seorang pendahulu kita berkata bahwa Tuhan melaknat politik dan para pelakunya karena di manapun ada politik, di situlah politik merusak segalanya.


Yakni apakah anda meyakini keterpisahan antara agama dan politik?

Yang aku maksud adalah politik yang menyeleweng, seperti politik Bani Umayah dan Bani Abbas. Mereka merusak keyakinan umat Islam dengan politik mereka, sehingga mereka dapat mencapai tujuan-tujuan mereka masing-masing yang berkaitan dengan politik. Sebagai contoh yang lebih detil, sebagian ulama Syiah berusaha menyatakan bahwa Syiah hanyalah sekedar gerakan politik yang muncul pasca terbunuhnya Imam Husain as. Padahal bagi kita Syiah sudah ada sejak jaman nabi. Karena nabi sendiri yang telah berkata kepada Ali bahwa ia dan para pengikutnya, yakni Syiahnya, adalah orang yang beruntung. Kata Syiah dalam bahasa Arab berarti para pecinta dan sahabat. Bahkan hal ini juga telah dijelaskan dalam Al Qur’an.

Sebagian ulama Suni hanya membesarkan sisi politik ajaran ini dengan berkata bahwa Syiah muncul sepeninggal Imam Husain. Oleh karena itu Syiah adalah masalah yang sama sekali politik, dan tidak ada kaitannya sama ajaran agama dan akidah Islam. Padahal menurut kita tidak, Syiah bukan hanya sekedar aliran politik, namun Syiah adalah ajaran yang bersumber dari nabi dan sudah aja sejak jaman Rasulullah saw.


Kira-kira apa sebenarnya target utama mereka?

Mereka ingin mencoreng wajah akidah kita. Mereka ingin merusak akidah agama ini dengan mencampurkan kebusukan-kebusukan politik di dalamnya. Karena politik selalu berubah-ubah, dan kebanyakan politik adalah tipu daya, kemunafikan dan perkara yang sia-sia. Adapun agama, merupakan perkara Ilahi, yang berdasarkan Al Quran dan sunah nabi; tak ada satupun yang bisa merubah dan melencengkannya.


Apa pendapat anda tentang umat Syiah di Iran jika dibandingkan dengan umat Syiah di negara-negara Arab atau selainnya?

Jelas banyak sekali perbedaannya. Yang jelas ushul dan furu’ yang mereka yakini pasti sama. Namun, apa yang diikuti oleh Syiah Iran dengan Syiah Arab, dan juga keyakinan-keyakinan mereka, dapat dikata memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan daya faham umat Syiah Iran terhadap teks-teks berbahasa Arab. Karena bahasa umat Syiah Iran adalah Parsi, mereka tidak mampu memahami semua itu secara sempurna, dan dengan penjelasan lain, umat Syiah Iran begitu sangat fanatik terhadap perkara-perkara yang bersumber dari riwayat, namun mereka tidak terlalu fanatik dengan masalah-masalah yang berdasarkan Al Qur’an.


Bisakah anda sedikit jelaskan maksud anda dengan memberikan contoh?

Misalnya di Iran banyak orang yang berpesta karena Abu Lu’lu’, karena ia adalah orang yang telah membunuh Umar bin Khatab. Padahal perkara ini adalah perkara yang sifatnya “Iran sekali”, dan orang Arab sama sekali tidak mementingkannya. Aku membela Syiah dengan kriteria ke-Arabannya.


Mengapa anda membela dari segi ke-Arabannya?

Karena semua orang berusaha mengenalkan Syiah sebagai Madzhab Parsi, madzhab “Iran”, dan mengidentikkannya dengan ke-Iran-an. Misalnya mentri agama Tunisia dalam sebuah buku menyebutkan bahwa asal muasal Syiah adalah negri Persia. Karena orang-orang Persia mengagungkan raja-raja mereka dengan keagungan Ilahi. Dan kini mereka melakukan hal yang sama dengan Imam-Imam mereka. Oleh karena itu, Syiah merasuki Islam karena orang-orang Persia. Dan juga, istri Imam Husain adalah orang Persia.


Yakni anda sedang berusaha membersihkan Syiah dari syubhat-syubhat sedemikian rupa?

Ya, tepat sekali. Aku ingin berkata bahwa Syiah bukanlah Persia, namun sebuah pergerakan yang dimulai dari Arab. Bahkan banyak ulama Syiah, seperti Imam Khumaini dan Imam Ali Khamenei, mereka adalah keturunan Rasulullah saw, yakni Sayid. Aku ingin katakan bahwa pondasi ke-Syiahan adalah Arab. Syiah Arab adalah Syiah asli di jaman risalah Islam. Seperti Ammar bin Yasir, Miqdad, Abu Dzar Al Ghifari. Dan memang di antara mereka juga ada Salman Al Farisi.

Ya, Syiah bermula dari sahabat-sahabat nabi yang demikian. Adapun orang-orang Iran berusaha memberikan kriteria lain terhadapnya. Padahal kami ingin memahamkan keapada semua orang bahwa Syiah dan ke-Syiahan pada asalnya berkaitan langsung dengan Arab. Bahkan kebanyakan ulama Persia dan Iran, asal muasal mereka adalah Arab, dari keturunan Rasulullah saw. Imam Khumaini itu juga sayid, asal muasalnya adalah Arab, dari keturunan nabi. Namun dikarenakan kondisi sosial dan ekonomi, nenek moyang beliau berhijrah ke Iran dan akhirnya orang tuanya melahirkan beliau di sini, lalu mereka menyebutnya sebagai orang Iran.

Misalnya orang bijak ini di Iraq, atau Imam Musa Shadr dan selainnya, tidak bisa kita sebut mereka sebagai orang Iran dikarenakan mereka Syiah; karena mereka mengenakan ‘amamah hitam yang menunjukkan mereka adalah Sayid dan dari keturunan Rasulullah saw. Masyarakat dunia harus memahami bahwa asal mula ajaran Syiah adalah dari Arab, dan dari nabi, yang disebarluaskan oleh sahabat-sahabatnya.

Dalam bukuku akhir-akhir ini aku menulis bahwa apa salahnya kalau kita katakan bahwa tokoh-tokoh pendahulu yang bermadzhab Suni adalah orang Persia; dan orang-orang Iran yang berbahasa Parsi, imam-imam mereka semuanya adalah orang Arab, seperti Imam Ali as dan keturunannya. Jadi yang seharusnya dijelaskan sekarang adalah kebalikan apa yang telah kita fahami selama ini, yakni orang-orang Syiah memiliki Imam-Imam yang merupakan orang Arab, dan Ahlu Sunah memiliki Imam-Imam yang merupakan orang Persia.


Yakni ulama-ulama ternama Ahlu Sunnah adalah orang Iran?

Ya! Sangat tepat sekali! Abu Hanifah adalah orang Persia. Tirmidzi adalah orang Persia. Ibnu Majah, Bukhari, Muslim, Sajistani, Nasa’i, Ghazali, Ibnu Sina, semua itu orang Persia. Kebanyakan dari pembesar Ahlu Sunah adalah orang-orang Persia. Namun meskipun dengan kenyataan seperti ini, tetap saja mereka berusaha mengidentikkan Syiah dengan Persia.


Menurut anda, setelah revolusi Islam Iran, apakah Syiah tidak tersebar luas? Apa pendapat anda?

Harus dijawab, ya, memang demikian. Sebagai contoh, muridku saja (sambil mengisyarah kepada seseorang yang juga bisa sedikit berbahasa Parsi), dan kebanyakan orang-orang Syiah di Tunisia, berada dalam keterasingan sebelum kemenangan revolusi Islam Iran. Namun semenjak kemenangan revolusi yang dipimpin oleh Imam Khumaini, kebanyakan orang jadi jatuh cinta kepada beliau. Akhirnya banyak orang yang bertanya-tanya tentang Syiah. Dengan demikian perkembangan Syiah di Tunisia sangat terbantu.

Banyak orang datang kepada kami dan berkata, “Imam Khumaini adalah Syiah. Aku ingin tahu banyak tentang orang-orang Syiah.”

Tuhan telah menolong orang-orang Syiah memerangi Syah dan memengangkan revolusi mereka. Setelah Mesir keluar dari golongan umat Arab, Tuhan telah menaikkan orang-orang Persia atau Iran ke atas panggung dan ini adalah kenyataan, sejarah yang benar-benar terjadi.

Ketika ada ayat yang diturunkan kepada nabi bahwa Tuhan dapat menggantikan suatu kaum dengan kaum lainnya, para sahabat bertanya tentang itu, lalu nabi memegang pundak Salman Alfarisi dan berkata, “Mereka adalah dari kaum orang ini.”

Allah swt memuji mereka dan berfirman tentang mereka, “Mereka mulia di hadapan orang-orang kafir dan rendah hati di hadapan orang-orang yang beriman. Mereka berjuang di jalan Allah dengan sebaik-baiknya perjuangan.”


Apa yang anda lihat di Iran setelah 27 tahun merayakan kemenangan revolusinya?

Kini pun aku melihat revolusi Islami Iran adalah titik terang yang telah membantu umat Syiah di seluruh dunia. Ke manapun aku pergi, aku pasti menemukan para pecinta Imam Khumaini. Saat aku berbicara dengan mereka, mereka benar-benar mendengarkanku. Dengan mudah mereka mau mengikutiku dan mempelajari ajaran ini.

Ada lagi yang menjadi faktor kejayaan kita, umat Syiah, yaitu kemenangan Hizbullah yang dipimpin oleh Sayid Hasan Nashrullah terhadap Israel. Kini semua orang sangat menghormati Sayid Hasan Nasrullah, dan ini pun menurut beliau berkat Imam Khumaini. Kini dari Jakarta sampai Maroko, smua orang memajang foto mereka (Sayid Hasan Nashrullah dan Imam Khumaini), dan mengakui mereka sebagai pemimpin, tanpa ada rasa takut sedikitpun. Bahkan ada seorang perempuan dari Mesir dalam salah satu program televisi berkata, “Syukur kepada Tuhan karena di antara umat Arab ada orang seperti ini.”


Apakah anda juga pernah membaca surat wasiat Imam Khumaini?

Ya, sayang sekali surat wasiat beliau tidak dihiraukan sepeninggalnya. Padahal seharusnya wasiat beliau harus ditulis dengan tinta emas, dan dibagikan ke seluruh penjuru dunia, sehingga semua orang tahu apa yang diinginkan oleh Imam dalam wasiatnya dan apa yang diserukan beliau. Aku masih ingat benar bahwa Imam Khumaini begitu menginginkan persatuan umat Islam di bawah satu payung yang berupa hadits nabi yang berkata, “Aku meninggalkan dua hal berharga bagi kalian: Kitab Allah dan Ahlul Baitku.” Hadits ini diriwayatkan oleh kebanyakan ulama Suni dan disebutkan dalam kitab-kitab Shahih mereka.

Iran juga sangat berhasil dalam dunia politik. Karena Iran mampu mengalahkan Amerika dan negara-negara adidaya lainnya. Misalnya dalam perkara nuklir, Barat masih menyeru Iran untuk kembali ke meja perundingan, namun Iran tetap maju tanpa melangkah mundur selangkahpun untuk kembali berunding dalam menjalankan program nuklirnya. Kalau negara-negara Arab, pasti semuanya takut akan segala ancaman.

Namun Iran sama sekali tidak menunjukkan rasa takut atas ancaman apapun, dan terus maju mengejar tujuannya. Hal inilah yang membuat semua umat Islam bangga. Kini mereka bangga dengan Iran; terlebih lagi dengan melihat manuver-manuver militer dengan menggunakan senjata-senjata buatan sendiri. Begitu juga ketika semua orang melihat kekuatan Hizbullah di hadapan Israel, mereka jadi lebih bangga lagi kepada Iran.

Murid Iran inilah yang telah memberi pelajaran berharga kepada dunia. Karena pertahanan Lebanon bukanlah pertahanan atas serangan Israel saja, namun terhadap serangan seluruh negara-negara adidaya; ya, bagai perang dunia. Banyak sekali negara-negara lain yang ikut campur memerangi Hizbullah, seperti Amerika, Jerman, Perancis, Inggris, dan negara-negara Arab sendiri. Namun akhirnya Hizbullah menang, berkat pertolongan Tuhan, betapa ada kelompok yang sedikit jumlahnya namun mengalahkan kelompok yang lebih besar jumlahnya. Sungguh Allah bersama orang-orang yang bersabar.


Saat ini banyak sekali yang membahas masalah modernitas dan agama, dan sebagian orang berkeyakinan bahwa agama, khususnya Islam, tidak dapat sejalan dengan modernitas. Apa pendapat anda tentang masalah ini?

Agama Islam bukanlah agama beku, namun fleksibel dan dapat berkembang. Ayat-ayat Al Qur’an menunjukkan bahwa agama Islam senantiasa terus berada dalam perubahan. Imam Ali as berkata, “Didiklah anak-anak kalian dengan cara yang berbeda dengan bagaimana kalian dididik. Karena mereka hidup di suatu masa yang berbeda dengan masa dimana kamu hidup.”

Ucapan beliau menunjukkan adanya perubahan dalam jaman ini. Namun pasti ada unsur-unsur yang tetap dan lain lagi aturannya. Dalam madzhab Ahlul Bait, tidak bisa kita merubah unsur-unsur yang telah ditetapkan dengan jelas, alias kita tidak bisa berijtihad sendiri di hadapan kejelasan. Ijtihad hanya diperbolehkan dalam masalah-masalah yang tidak ada nash sharih mengenainya. Rasulullah saw bersabda, “Allah swt sering diam dalam sebagian masalah, namun bukan berarti Ia tidak mengetahui. Namun itu merupakan rahmat-Nya bagi kalian. Kelak suatu hari jika telah tiba saatnya, akan datang para alim dan mujtahid yang faham akan agama-Nya yang akan mengeluarkan hukum dan fatwa berdasarkan ijtihad mereka.”

Misalnya, kemajuan ilmu membuktikan apa maksud di jaman nabi disebutkan bahwa manusia dapat memberikan darahnya untuk menghidupkan jiwa lainnya. Saat ini semua faqih Syiah berkata bahwa menyumbangkan darah untuk orang lain, atau bahkan anggota tubuh, boleh hukumnya. Inilah bedanya Islam dengan agama lainnya. Misalnya dalam Kristen kita tidak diperbolehkan untuk menyumbangkan darah kita setetespun kepada orang lain. Islam, khususnya madzhab Syiah, mempunyai pembahasan-pembahasan fikih yang disebut Masail Musthdatsah, yakni “masalah-masalah baru”, yang artinya Islam selalu memberi jawaban terhadap perkembangan dunia.

Di Amerika aku pernah berceramah dan mengatakan bahwa Islam adalah agama moderen yang tidak dapat disepelekan. Aku membuktikannya dengan ayat-ayat Al Qur’an.


Untuk mengakhiri dialog ini, ada lagi yang ingin anda sampaikan?

Aku hanya ingin berdoa kepada Allah agar umat Islam terus berhasil dan mengenalkan mereka kepada Ahlul Bait. Semoga mereka tetap berpegangan dengan wasiat nabi, Al Qur’an dan Ahlul Baitnya.

Ketika kita menanggalkan pemikiran salah dan menggapai pemikiran yang benar, itu artinya kita telah memilih cahaya daripada kegelapan. Semoga Allah selalu memberi taufiq kepada kita semua.

Alhamdulillahi Rabbil Alamin.

(Fars-News/Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: