Militer Mesir dikabarkan telah menyita dokumen rahasia yang berisi kesepakaatn antara Presiden Mesir Mohammad Moersi dan Presiden Amerika Barrack Obama untuk menyerahkan sebagian wilayah Mesir bagi kelompok pejuang Palestina, Hamas. Jika benar, maka Moersi bakal terancam mendapatkan hukuman berat sebagai pengkhianat.
Terkait dengan hal itu dikabarkan juga bahwa Kongres Amerika telah menuntut Presiden Obama untuk meminta kembali bantuan Amerika Serikat kepada Ikhwanul Muslimin (IM) senilai $8 miliar yang diterima Khairat Syathir, Wakil Mursyid ‘Aam Ikhwanul Muslimin Mesir, sebagai ganti pelepasan wilayah Mesir untuk warga Palestina yang berafiliasi kepada Hamas. Saat Khairat Syatir dan petinggi IM tak lagi berkuasa, Obama berada pada situasai yang dilematis karena kesepakatan tersebut yang tidak tuntas. Inilah sikap Obama yang menjadi penyebab utama kemurkaan para anggota Kongres.
Sebagaimana diberitakan media Mesir Elfagr, dokumen kesepakatan itu telah ditandatangani oleh Muhammad Moersi, Khairat Syathir, dan Isham Haddad yang merupakan Penasehat Presiden Moersi untuk urusan luar negeri.
Beberapa saat kemudian, militer Mesir berhasil mendapatkan dokumen ini dan menyimpannya guna diteliti dan nantinya akan diumumkan secara jelas. Pemerintah Amerika Serikat sedang melobi pihak militer Mesir untuk meminta kembali dokumen tersebut dengan ganti Amerika akan mengakui legalitas kudeta terhadap Mursi. Namun militer bersikeras untuk mengumumkannya pada masyarakat Mesir secara jelas.
AL AZHAR "MELEDEK" IKHWAN
Kehadiran pemimpin tertinggi Al Azhar dalam acara pengumuman penggulingan kekuasaan Presiden Mesir Mohammad Moersi oleh militer tgl 3 Juli lalu kontan membuat para aktifis kelompok Ikhwanul Muslimin pendukung Moersi marah terhadap institusi yang dihormati rakyat Mesir dan dunia Islam tersebut.
Berbagai kecaman pun ditujukan oleh para pejabat dan aktifis Ikhwanul Muslimin terhadap Al Azhar. Sebaliknya para petinggi Al Azhar pun tidak tidak tinggal diam dengan membalas kecaman-kecaman tersebut. Terakhir dilakukan oleh DR Farid Washil, mantan Mufti Besar Mesir dan anggota Dewan Ulama Senior Al Azhar yang menyebut orang-orang yang tewas dalam membela Moersi sebagai "mati konyol" dan seruan Ikwanul Muslimin bagi dilakukannya intervensi asing sebagai "tindakan kriminal".
“Keputusan pelengseran Muhammad Moersi dari kursi kepresidenan tidak menyalahi syariat Islam, sebab Moersi bertanggungjawab penuh terhadap keamanan negara. Dia harus senantiasa melihat realitas yang terjadi, meski hal itu mengharuskannya untuk mengundurkan diri dari jabatan sebagai bentuk pengamalan dari kaedah syariat ‘ikhtiaru aqalli adh-dhararaini wa daf’an li dhararin a’zham’ (memilih mudarat yang lebih kecil demi menolak mudarat yang lebih besar), tanpa memandang kepada apakah konflik ini bersifat duniawi dan tidak, ada kaitan dengan khilafah atau agama,” demikian pernyataan sang ulama Al Azhar baru-baru ini.
DR Nashir Farid Washil menambahkan dalam wawancaranya dengan kanal "MBC" Mesir tersebut, “Militer tidak dapat diganggu gugat. Memerangi militer adalah memerangi Allah dan Rasul-Nya. Siapapun yang terbunuh saat melakukan penyerangan terhadap militer, maka sama sekali dia tidak mati syahid. Namun orang yang terbunuh saat membela diri, kehormatan, dan hartanya maka dia mati syahid. Apabila dua orang muslim bertemu dan masing-masing memegang pedang maka pembunuh dan korbannya sama-sama masuk neraka sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam."
Adapun tentang seruan sebagian pemimpin Ikhwanul Muslimin yang meminta intervensi asing, Syaikh Nashir Farid yang juga dari Al Azhar, berkata, “Itu adalah tindak kriminal yang tidak bisa diterima. Bagaimana mungkin kita meminta bantuan asing masuk ke negara kita sementara kita diperintahkan untuk berjihad melawan mereka.”
Dan mengenai fatwa Dewan Syariat untuk Reformasi dan Hukum yang menyerukan untuk mengorbankan nyawa demi membela legitimasi Morsi, Syaikh Nashir Farid berkata, “Nyawa itu dikorbankan ketika ada musuh yang menyerang, itupun musuh yang berstatus kafir, bukan kita (umat Islam) yang saling menyerang satu sama lain. Seruan itu sangat bahaya sekali. Saya dalam pilpres kemarin memilih Moersi, namun saat ini saya tidak berperang untuk membelanya.”
REF:
"DR Farid Washil: Korban yang Memerangi Militer Bukan Mati Syahid"; mosleminfo; 11 Juli 2013
"Bahaya! Militer Temukan Dokumen Kesepakatan antara Obama dan Morsi"; mosleminfo; 11 Juli 2013
Source
Post a Comment
mohon gunakan email