Pesan Rahbar

Home » » Menapaki Jalan Menuju Kemuliaan Hidup

Menapaki Jalan Menuju Kemuliaan Hidup

Written By Unknown on Wednesday, 28 January 2015 | 20:11:00


Semua manusia sesuai fitrah sucinya mencintai kemuliaan dan marwah dan tidak ada seorang pun yang menerima kehinaan dan kerendahan. Meski begitu, kata "mulia" seperti beberapa karakteristik lain manusia, memiliki beragam penafsiran, di mana dua di antaranya dianggap paling populer. Sebagian individu menganggap kemuliaan ada dalam tumpukan harta, jabatan dan fasilitas-fasilitas materi. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengumpulkan harta dan posisi-posisi duniawi. Sebagian yang lain, memandang kemuliaan hanya ada dalam ketinggian ruh dan derajat spiritual.

Agama Islam membenarkan pandangan yang kedua dan menilai kemuliaan hakiki dan abadi terletak pada usaha untuk meraih kesempurnaan spiritual serta keutamaan-keutamaan ruh dan moral. Al-Quran telah menjelaskan dengan baik kiat-kiat untuk memperoleh kemuliaan seperti itu dan memaparkan panduan-panduan komprehensif terkait hal itu.

Kitab suci ini memerintahkan manusia untuk meminta kemuliaan dari Allah Swt. Dia adalah sumber kemuliaan dengan makna yang sebenarnya, sementara ciptaan lain adalah makhluk yang lemah dan tidak berdaya. Semua makhluk membutuhkan Tuhan Yang Maha Kuasa, pemilik mereka semua. Dalam surat al-Fatir ayat 10, Allah Swt berfirman, "Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya." Jelas bahwa para pencari kemuliaan harus memohon kemuliaan tersebut dari Tuhan, sebab kemuliaan adalah milik-Nya dan manusia akan meraihnya di bawah cahaya penghambaan dan penyerahan diri.

Imam Ali as berkata, "Wahai Tuhanku, cukuplah kemuliaan bagiku sebagai hamba-Mu dan cukuplah kebanggaan bagiku bahwa Engkau adalah Tuhanku." Menghambakan diri kepada Tuhan dan melaksanakan perbuatan-perbuatan baik adalah ibarat dua sayap untuk terbang meraih kemuliaan. Dalam kelanjutan ayat 10 surat Fatir, Allah Swt berfirman, "...Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur."

Rasulullah Saw juga mencela orang-orang yang mencari kemuliaan kepada selain Allah Swt. Imam Ali as berkata, "Orang mulia yang memperoleh kemuliaannya dari selain Tuhan, adalah kehinaan."

Kemuliaan juga dapat diraih dengan bersikap komitmen terhadap ajaran-ajaran al-Quran. Kitab suci ini memperkenalkan berbagai aturan dan prinsip-prinsip agama serta kisah-kisah yang penuh ibrah dengan tujuan untuk membimbing manusia pada jalan hidayah serta menghadiahkan kesempurnaan dan kemuliaan kepada semua orang mukmin. Dalam surat al-Isra ayat 9, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar."

Al-Quran menyeru manusia untuk memerangi kezaliman, menolak penindasan dan menuntut keadilan, kebebasan dan kehormatan, di mana semua ajaran ini akan mendatangkan kemuliaan dan wibawa bagi manusia.

Cara lain untuk meraih kemuliaan adalah mengikuti Rasul Saw dan Ahlul Baitnya. Mereka adalah contoh sempurna ikatan dengan Tuhan melalui iman kepada-Nya dan ketaatan dalam melaksanakan perintah-perintah yang mendatangkan kemuliaan. Selain itu, mengikuti Rasul dan Ahlul Baitnya adalah bukti dari kecintaan hakiki kepada Tuhan. Al-Quran menekankan manusia untuk mengikuti Rasul dan Ahlul Baitnya. Dalam surat an-Nisa ayat 59, Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu."

Nabi Muhammad Saw telah bangkit melawan kesyirikan dan berhala. Beliau juga tidak pernah menunjukkan kelemahan dan kelesuan sekecil apapun sepanjang 23 tahun dakwahnya. Pada akhirnya, Rasul Saw secara terhormat menang atas musuh-musuh Islam dan berhasil menegakkan panji tauhid dan dengan cara itu, beliau mengajarkan kaum Muslim pelajaran akhlak, kesabaran, konsistensi dan kemuliaan. Di antara sifat terpuji Rasulullah Saw adalah kemuliaan dan kesucian jiwa.

Ahlul Bait Nabi as juga selalu hidup dengan kemuliaan dan tidak pernah tunduk pada kehinaan. Dalam berbagai riwayat Ahlul Bait as, mereka menaruh perhatian serius pada masalah kemuliaan dan mereka juga menyeru kaum muslim untuk menghiasi diri dengan sifat positif dan terpuji ini. Contoh nyata seruan kemuliaan itu dapat disaksikan dalam kehidupan Imam Husein as, cucu Rasulullah Saw, di mana slogan utama beliau adalah menolak kehinaan. Manusia-manusia merdeka tidak akan pernah tunduk pada kehinaan dan oleh sebab itu, Imam Husein as berkata, "Kehinaan jauh dari kami." Jika seseorang telah menjauhkan kehinaan dari dirinya, berarti ia telah berada di jalan kemuliaan. Imam Husein as berkata, "Aku lebih mengutamakan kematian daripada hidup dengan kehinaan."

Cara lain untuk meraih kemuliaan adalah membangun ikatan dengan orang-orang mukmin. Kemuliaan juga bisa diraih dengan mencintai orang mukmin yang tulus menghambakan dirinya kepada Tuhan dan memperoleh kemuliaannya langsung dari Sang Pencipta. Salah satu kriteria orang-orang yang beriman adalah mencintai dan menjalin hubungan dengan saudara seagama. Para pemuka agama menganggap kecintaan itu sebagai tanda kesempurnaan. Persaudaraan muslim akan menciptakan kasih sayang di antara sesama dan membangkitkan kepedulian sosial terhadap sesama sehingga mereka tidak terjebak dalam kehinaan dan kenistaan.

Contoh nyata dari persaudaraan seperti itu dapat disaksikan pada sikap kaum Anshar di Madinah. Mereka memberi tempat kepada saudaranya, kaum Muhajirin dan berbagi kebutuhan hidup dengan mereka. Dalam surat al-Munafiqun ayat 8, Allah Swt berfirman, "...Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui." Dalam surat an-Nisa ayat 139, Allah Swt berfirman, "(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang kafir sebagai teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kemuliaan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kemuliaan kepunyaan Allah."

Rezeki yang halal juga akan membawa manusia pada jalan kemuliaan. Manusia mulia dan berwibawa dibesarkan dengan rezeki yang halal. Imam Husein as berkata, "Rezeki halal akan menjauhkan seseorang dari banyak kerusakan dan kehinaan dan mengubahnya menjadi pribadi yang berani dan mulia." Makanan yang halal dan haram memiliki pengaruh jiwa dan moral yang berbeda pada seseorang. Makanan yang halal dan suci akan mensucikan jiwa dan meninggikannya dan dari jiwa itu akan lahir perbuatan-perbuatan baik. Sementara makanan haram dan najis akan menggelapkan jiwa dan ruh seseorang serta menjadi sumber kehinaan dan perbuatan-perbuatan yang buruk.

Hanya makanan-makanan yang suci dan bermanfaat dianggap halal oleh Islam dan melarang umatnya untuk mengkonsumsi makanan yang tidak suci dan berbahaya. Dari sisi lain, manusia mulia percaya bahwa harta harus diperoleh dengan kerja keras dan tawakkal kepada Tuhan. Rasul Saw menganggap usaha untuk meraih rezeki halal sebagai jihad dan bersabda, "Tuhan mencintai hamba-Nya yang sedang berusaha untuk memperoleh rezeki halal." Pekerjaan ini akan mencegah seseorang untuk menjadi pengemis dan terperosok dalam lembah kehinaan.

Iman dan bertawakkal kepada Tuhan, hubungan dan ikatan dengan al-Quran, Rasul Saw dan Ahlul Baitnya, serta usaha untuk meraih rezeki halal, semua itu akan mendatangkan kemuliaan jiwa dan wibawa bagi manusia. Jalan kebahagiaan, kesempurnaan dan kesuksesan adalah hidup mulia di dunia ini.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: