Pesan Rahbar

Home » » Bagaimana Masa Depan Hubungan Irak dan Arab Saudi?

Bagaimana Masa Depan Hubungan Irak dan Arab Saudi?

Written By Unknown on Tuesday, 10 February 2015 | 02:57:00


Hubungan Irak dan Arab Saudi masih belum jelas dengan memperhatikan perubahan-perubahan baru di dalam struktur pemerintahan dan kerajaan Arab Saudi.

KBS melaporkan, Irak dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik pada tahun 1990 ketika Saddam Husain menyerang Kuwait. Sebelum kematian Malik Abdullah telah dimulai upaya-upaya untuk membuka kedutaan Arab Saudi di Baghdad, namun kondisi kembali menjadi tidak jelas dengan kematiannya dan berkuasanya Salman bin Abdul Aziz.

Tanpa diragukan bahwa Arab Saudi sebagai salah satu pihak yang berpengaruh di dalam perubahan-perubahan di Irak dan setiap perubahan di puncak piramida kekuasaan di Arab Saudi secara tidak langsung akan ikut mempengaruhi kondisi di Irak. Dan sangat logis jika lembaga-lembaga Irak mengamati secara cermat kejadian-kejadian di Arab Saudi terkhusus ketika Malik Abdullah meninggal dan Raja Salman menggantikan posisinya.

Pandangan positif dan negatif terhadap realitas lapangan sangat bergantung kepada arsitek hubungan antara Baghdad dan Riyadh.

Lembaga politik Irak memandang dua sisi perubahan baru politik di Arab Saudi, sebagian berpandangan positif dan sebagian berpikiran negatif.

Pandangan Positif

Pertama, berdasarkan pandangan ini, Raja baru nampak lebih fleksibel dan lebih lunak serta kecenderungan rasialnya sangat sedikit dari raja sebelumnya. Petunjuk-petunjuk kilatnya adalah penjelas keinginan dan kehendaknya untuk memperbaharuhi kebijakan-kebijakan dan arah-arah politik yang ada sekarang. Pemutasian dan penyingkiran tokoh-tokoh periode sebelumnya termasuk Abdul Aziz al-Tuwaijri, Bandar bin Sultan, Khalid bin Bandar Abdul Aziz, dan Mut’ab bin abdullah adalah bukti atas asumsi itu.

Kedua, kondisi-kondisi politik dan keamanan yang dihadapi oleh negara-negara Timur Tengah adalah politik-politik Arab Saudi sedang mengalami kehancuran dan kebinasaan. Arab Saudi mengalami kekalahan di dalam kasus Suriah, Yaman, dan Bahrain dan ISIL berubah menjadi ancaman serius bagi Arab Saudi. Dengan demikian, negara ini dipaksa mengubah pemikirannya di dalam politik-politik luar negerinya.

Ketiga, hubungan Amerika dengan Arab Saudi sedang mengalami pasang surut khususnya pada tahun yang lalu. Hal ini tanpa diragukan memiliki banyak pengaruh terkait dengan posisi Riyadh di samping sekutunya Washington dan batasan pengaruhnya. Dan mungkin Raja baru memahami hal ini secara baik dan memandang  bahwa kelanjutan hubungan dalam bentuk yang ada saat ini akan berujung kepada keterasingan dan penurunan pengaruh. Tidak sempurnanya kunjungan Barack Obama ke India dan kehadirannya di dalam upacara pemakaman Malik Abdullah pada hakikatnya sejenis pesan dukungan yang Raja baru harus mengambil manfaat dari mereka.

Keempat, Riyadh telah menunjukkan isyarat yang sebagiannya jelas dan sebagiannya mengungkapkan keinginan Arab Saudi untuk memperbaiki hubungan dengan Tehran dan kecenderungan seperti ini niscaya berpengaruh positif terhadap hubungan dengan Baghdad terkhusus politikus Arab Saudi mengakui adanya pengaruh Iran di dalam pemerintahan Irak.

Pandangan Negatif

Pertama, Raja baru menghendaki fleksibilitas dan kelembutan lebih banyak, namun sebagian kelompok politik tradisional memiliki prinsip dan koridor yang mereka tidak bisa keluar darinya atau tidak bisa keluar secepat dan semudah darinya. Sesuatu yang alami setiap suku atau kaum yang naik tahta akan melakukan perubahan-perubahan dan memasukkan tim khususnya ke dalam inti kekuasaan dan menyingkirkan kelompok lama.

Kedua, perselisihan saat ini di wilayah yang persengketaan mazhab dan suku lebih besar ketimbang persoalan lainnya. Arab Saudi salah kutub penting dan tidak ada bukti-bukti yang menegaskan berakhirnya metode ini terkhusus jika pemerannya banyak dan besar yang memiliki kepentingan keuangan, politik, media, dan militer.

Ketiga, lembaga keagamaan Wahabi yang berada di pusat kekuasaan dan lembaga politik tidak mampu membendungnya. Lembaga ini akan menentang setiap bentuk fleksibilitas terhadap mazhab Syiah baik itu bersifat sosial maupun politik.

Keempat, banyak problematika dan kasus di antara Baghdad dan Riyadh terutama kasus bantuan dan dukungan Arab Saudi terhadap kelompok teroris. Arab Saudi hingga kini masih membantu keuangan, persenjataan, fatwa-fatwa keagamaan, dan media kepada kelompok yang meronrong pemerintahan Irak. Arab Saudi mengirim ke Irak para pembom bunuh diri dan operasi-operasi terorisme mereka telah menewaskan begitu banyak rakyat Irak yang tak berdosa dan menyebabkan begitu banyak kerugian harta benda.

Bisa dikatakan bahwa pandangan negatif ini lebih dekat dengan kenyataan dengan memperhatikan bahwa adanya taktik dan strategi yang dilancarkan dalam hal ini, dan sangat jauh berpegang pada pandangan positif untuk merespon perubahan-perubahan di antara Baghdad dan Riyadh dengan memandang fakta-fakta yang terjadi Irak dan wilayah Timur Tengah. Terdapat tembok tinggi ketidakpercayaan di antara kedua belah pihak karena menumpuknya persoalan-persoalan dan krisis-krisis yang untuk merobohkannya membutuhkan waktu yang begitu lama.

(Liputan-Islam/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: