Pesan Rahbar

Home » » Membela Kesucian Nabi Muhammad Saw. Dari Hinaan Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah

Membela Kesucian Nabi Muhammad Saw. Dari Hinaan Ulama Ahlusunnah wal Jama’ah

Written By Unknown on Tuesday, 17 March 2015 | 06:21:00


Tak henti-hentinya ulama Ahlusunnah menghina Nabi saw. dengan memuntahkan meriam-meriah penghinaan dan pelecehena keji terhadap kesucian dan keagungan kepribadian beliau…. Mereka berusaha meyakinkan kita lewat-lewat riwayat-riwayat palsu yang diproduksi oleh Salaf Shaleh mereka bahwa Nabi tidak lebih sebagai manusia biasa bahkan lebih hina dan rendah dari sekedar manusia biasa yang rendah sekali pun… mulai dari menuuduh beliau tidak mengetahui bahwa beliau sudah dipilih menjadi nabi sehingga diberi tahu oleh seorang pendeta Kristen… Nabi saw. berulang kali nekad mau bunuh diri dengan melompaot dari puncak gunung….

Nabi tersihir sehingga akan sehatnya terganggu… Nabi menikahi Aisyah yang masih di bawah umur, Nabi sibuk mengisi wakt-waktu malam berharganya dengan menggilir rata Sembilan istrinya dengan satu kali mandi… Nabi mengambil alih wanita tawanan yang menjadi bagian seorang sahabatnya setelah disifatkan kepada beliau kemolekan dan keseksiannya, Nabi hendak shalat dalam keadaan junub lalu ketikia hendak takbirr baru beliau ingat… hingga hal-hal yang terbayangkan oleh kita…. Yang jika satu saja di antaranya kita nisbatkan kepada sahabat-sahabat pujaan mereka seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Abu Sufyan, Mu’awiyah atau Amir ibn ‘Ash pasti kita akan dituduh sebagai telah mengihna para sahabat Nabi, berusaha merusak agama dan akhirnya vonis zindiq dan kafir suduh siap diluncurkan!!

Tetapi, anehnya jika hal-hal keji lagi memalukan seperti dalam riwayat-riwayat itu dinisbatkan kepada Nabi mulia saw. mereka bersemangat menshahihkannya dan memerangi siapa saja yang berusaha meragukannya dan membela kesucian Nabi saw.

Demikianlah jadinya jika fitnah sudah terjungkir balik… yang batil dibela yang haq diperangi…. Yang membela Nabi dituduh zindiq dan kafir yang menghina Nabi dibanggakan sebagai pembela dan pemegang Sunnah!

Semoga Allah menganugerahkan akal sehat kepada kita semua dan menyqdarkan kita akan bahaya bertaqlid membebek para orang tua dan pemuka agama yang menyimpang!

Telah banyak kepalsuan tuduhan mereka yang telah kami ungkap di sini .. di blog kesayangan Anda ini… kini kami sajikan lagi satu episode penghinaan Ahlusunnah terhadap kesucian Nabi Muhammad saw., Nabi kebanggaan dan junjungan besar kita… yang kita siap mati deemi membela kehormatanaan beliau dari hinaan dan tuduhan palsu kaum pembid’ah.


Nabi saw. Tidak Mampu Menahan Syahwat Setelah Memandang Wanita Molek

Demikian Ahlusunnah menggambarkan Nabi mulia Islam… beliau sekedar melihat kemolekan seorang wanita yang lewat di hadapannya… spontan syahwat birahi beliau tak terkendali… entah apa yang ada dalam benak kaum biadam itu ketika menuduh Nabi mulia kita dengan tuduhan palsu itu? Apakah mereka hendak menggambarkan bahwa shahabiyah (sahabat wanita) yang lewat itu hanya menggunakan busana dalam/baju pantai sehingga sekedar melihatnya nasfu kaum pria bejak (tentunya seperti si pembuat kepalsuan riwayat itu) langsung berontak dan mencari tempat pelampiasannya?!

Sungguh biadap gambaran mereka tentang Nabi mulia kita Muhammad saw., manusia pilihan dari init bani Adam as.

Selain itu apakah mereka ingin menggambarkan kepada kita bahwa Nabi mulai saw. selalu mengumbar matanya untu membidik obyek-obyek pandang yang sensual?

Agar Anda tidak segera menuduh saya membuah-buat kepalsuan untuk menjelek-jelekkan mazhab Sunni dan para ulama Ahlusunnah, saya akan sebutkan langsung riwayat andalan Ahlusunnah dan kitab andalam mereka pula!

Imam besar mereka; Muslim ibn Hajjaj dalam Shahi-nya, Kitab an-Nikah bab anjuran bagi pria yang memandang seorang wanita lalu ia memikat hatinya agar ia menggauli istri atau budaknya meriwayatkan tiga hadis penghinaan kepada kehormatan Nabi mulia kita Muhammad saw.:

Hadis pertama: Dari Jabir, ia berkata:

بينما رسول الله صلى الله عليه وسلم جالس مع أصحابه إذ مرت به امرأة فأعجبته فقام فدخل على زينب بنت جحش فقضى حاجته ثم خرج فقال إذا رأى أحدكم مثل هذا فليأت أهله فإن المرأة تقبل في صورة شيطان وتولي في صورة شيطان فإذا رأى أحدكم امرأة فأعجبته فليأت أهله فإن ذلك يرد مما في نفسه

Pada suatu ketika Rasulullah saw. duduk bersama para sahabatnya, lewatlah seorang wanita, lalu ia menggiurkan beliau, maka beliau segera bangun dan pulang menemui Zainab binti Jahsy, lalu menggaulinya, setelah selesai beliau keluar dan bersabda, ‘Jika seorang dari kalian melihat seperti itu maka hendaknya ia menggauli istrinya, sebab sesungguhnya wanita datang menghadap dengan bentuk setan dan berpaling dalam bentuk setan, maka apabila seorang dari kalian memandangnya hendaknya ia menggauli istrinya karena sesungguhnya yang demikian dapat menolak yang ada dalam nagsunya”.[1]

Hadis Kedua: Dari Jabir, ia berkata:
Sesungguhnya Rasulullah saw. melihat seorang wanita, lalu beliau mendatangi Zainab istri beliau yang sedang melunakkan kulit lalu beliau menyelesaikan hajat (hasrat birahi)nya kemudian setelah selesai keluar menjumpai sahabat-sahabat sambil bersabda, “Sesungguhnya wanita datang menghadap dengan bentuk setan dan berpaling dalam bentuk setan, maka apabila seorang dari kalian memandangnya hendaknya ia menggauli istrinya karena sesungguhnya yang demikian dapat menolak yang ada dalam nagsunya”.

Hadis Ketiga: Dari Jabir, ia berkata, “Bahwa saw. melihat seorang wanita … (kemudian ia menyebutkan seperti riwayat sebelumnya hanya saja pada akhirnya terdapat redaksi:

فأتى امرأته فليواقعها. فإن ذلك يرد ما في نفسه

“Hendaknya ia mendatangi istrinya untuk menggaulinya maka sesungguhnya yang demikan itu dapat mengusir apa yang ada dalam nafsunya.”


Ibnu Jakfari berkata:
Di samping dongen tuduhan keji di atas adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya, bab Ma Qâlû fi ar Rajuli Yara al Mar’ata Fatu’jibihu fal Yujâmi’ Ahlahu (Orang-orng ang berpendapat tentang seorang pria yang melihat seorang wanita lalu ia asyik hendaknya ia menggauli sitrinya).

Dari Abdillah ibn Habib, ia berkata:

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم فلقي امرأة فأعجبته فرجع إلى أم سلمة وعندها نسوة يدفن طيبا (وكان طيب ابن النبي قد توفي) قال فعرفن ما في وجهه فأخلينه فقضى حاجته فخرج فقال من رأى منكم امرأة فأعجبته فليأت أهله فليواقعها فإن ما معها مثل الذي معها.

Rasulullah saw. keluar lalu memergoki seorang wanita Nabi terpikat olehnya, maka pulanglah beliau ke rumah Ummu Salamah, dan ketika itu di rumah beliau terdapat banyak wanita yang sedang melawat jenazah Thayyib (putra Nabi saw.). perawi berkata, “Maka para wanita itu mengetahui dari raut wajah Nabi saw. (bahwa beliau sedang naik syahwat), mala mereka meningalkan Nabi sendirian dengan Ummu Salamah, lalu beliau melampiaskan hajatnya, setelahnya keluar dan bersabda, “Barangsiapa memandang seorang wanita lalu ia memikatnya hendaknya ia mendatangi istrinya dan menggaulinya karena yang ada pada istrinya juga yang ada pada wanita itu.”

Riwayat hinaan yang sama juga terdapat dalam Kasyfu al Khafâ’, bab Man Ra’a Minkum Imra’atan Fa A’jabathu (barangsiapa memandang seorang wanita lalu ia memikatnya).

Ibnu Jakfari berkata: Anda berhak terheran-heran menyaksikan kebiadaban umat ini terhadap nabinya, bagaimana mereka menuduh Nabi mulia sehina itu mentalnya dan sebejak itu syahawatnya, sehingga dengan sekedar memandang wanita molek labidonya mebludak tak terkendali sehingga beliau bergegas bangkit meninggalkan para sahabatnya yang sedang haus pencerahan dan mendengar wahyu ilahi… mereka dipaksa sabar menanti Nabi mereka menuruti nafsu birahinya dan masuk kamar untuk memuntahkan syahwatnya!

Anda mungkit bertanya, bukankah para sahabat itu juga melihat wanita molek yang lewat itu? Tapi mengapa mereka mampu menahan syahwat mereka dan tidak satu pun meminta izin kepada beliau untuk pulang untuk mendatangi istrinya atau (maaf, terpaksa harus menerangkannya, sebab –kata pak Kyai tidak boleh malu-malu dalam menerangkan hukum Allah)… atau beronani (sebab dalam syari’at Ahlusunnuah dihalalkan melakukannya baik dengan tangan atau memasukkannya ke dalam buah semangka yang sudah dilubangi seperlunya).


Mengapa mereka sabar semantara Nabi tidak tahan?!

Sebuah penghinaan biadab dan keji kepada kehormatan Nabi mulia kita Muhammad saw. ketika mereka meriwayatkan kepalsuan-kepalsuan seperti itu dalam kitab-kitab shahih dan andalan mereka, terlebih yang mengatakan bahwa sampai-sampai para wanita yang sedang melayat Ummu Salamah atas kematian putra tercinta Nabi yang bernama Thayyib… sampai-sampai para wanita itu melihat kobaran syahwat dari raut jawah suci Nabi saw. karenanya mereka tau diri dan segera meninggalkan rumah Ummu Salamah agar Nabi saw. dapat dengan leluasa melampiaskan syahwat birahinya!

Demikianlah, Ahlusunnah wal Jama’ah (ASWAJA) menjadaikan Nabi mulai Muhammad saw. sebagai bulan-bulanan tuduhan keji mereka….

Semoga Allah melumat mulut-mulut biadab yang memnuduh Nabi Muhammad saw. dengan tuduhan palsu itu!

Sampai kapankah kalian wahai saudara-saudaraku Ahlusunnah wal Jama’ah mendewakan para penulis kitab-kitab hadis dan menghinakan Nabi kalian?! Mengapakah kalian tidak berani mengatakan bahwa semua itu adalah palsu kendati diriwayatakan dalam kitab Shahih Bukhari, Muslim dan kitab-kitab Shahih dan Sunan lainnya?!

Apakah membela kehormatan Bukhari dan Muslim serta para penulis kitab hadis itu lebih utama dari pada membela kemuliaan dan kehirmatan Nabi Muhyammad saw.?!

Buanglh jauh-jauh fanatisme jahiliyah dan kembalilah kepada Al Qur’an dan Sunnah yang Shahihah dan berpegang teguhlah dengan manusia-manusia suci yang diperintahkan Allah untuk kita jadika panutan!

Selama kalian masih bertaqlid buta kepada Âbâ’ukum wa Kubarâukum wa Sâdâtukum… … selama kalian enggan mengunakan akal sehat karunia termahal Allah untuk manusian dan yang membedakannya dari dari binatang dan hewan ternak… semala kalian tidak melilik keterbukanaan maka hidayah dan taufiq Allah pasti jauh dari kalian!

Referensi:
[1] Shahih Muslim dengan Syarah An-Nawawi,Kitab an-Nikah, bab Nadbu man Ra’a Imra’atan Fawaqa’at Fi Nafsihi Ila An Ya’tia Ahlahu Aw Jariyatahu Fayuwaqi’uha (anjuran bagi yang memandang seorang wanita lalu ia mempengaruhi nafsunya hendaknya ia mendatangi sitrinya atau budak sahayanya untuk menggaulinya),9\177-178.

(Jakfari/Syiah-Ali/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: