Pesan Rahbar

Home » » Abu Hurairah Juga Bertaqiyah Seperti Kaum Syi’ah!

Abu Hurairah Juga Bertaqiyah Seperti Kaum Syi’ah!

Written By Unknown on Friday 24 April 2015 | 03:27:00


Tidak sedikit mereka yang termakan oleh fitnah dan pembodohan oleh agen-agen fitnah dan pemecah belah kesatuan umat Islam memekikkan suara kepalsuan yang penuh dengan kajahilan bahwa Syi’ah ketika hendak menipu Ahlusunnah selalu bersenjata dengan TAQIYYAH yang mereka maknai sebagai sikap bermunafik, menyembunyikan kebohongan dan kejahatan dangan menampakkan keindahan!!

Artikel ini tidak bertujuan untuk membahas dasar syar’i konsep Taqiyyah yang islami itu, yang mereka pelesetkan! Akan tetapi hanya sekedar mengajak pembaca merenungkan sebuah kisah kecil yang dapat menjadi renungan, bahwa “sahabat besar dan pendekar sunnah” Abu Hurairah ternyata juga bertaqiyyah!

Entah apakah Abu Hurairah meminjam konsep Syi’ah (yang tentunya kata tukang fitnah itu baru dibangun oleh Abdullah ibn Saba’ di akhir maka pemerintahan Khalifah Utsman ibn Affân)?!

Atau ia sedang bermunafik, dengan sikapnya yang menyembunyikan kebenaran kaerna takut hunusan pedang?!


Umar bin Khattab ra Mengancam Abu Hurairah

Khailfah Umar berkata kepada Abu Hurairah, “Tinggalkan menyampaikan hadis dari Rasulullah saw.! Atau aku akan pulangkan kamu ke desa Daus.”

Dalam kesempatan lain Umar berkata kepadanya, “Tinggalkan hadis dari Rasulullah saw.! Atau aku akan pulangkan kamu ke daerah Nathih.” (kampung halaman Abu Hurairah).[1]

Dan dalam riwayat lain, Umar juga mengancam Abu Hurairah jika masih terus menyampaikan hadis dari Rasulullah saw., Umar berkata kepada Abu Hurairah, “Hai Abu Hurairah, kamu terlalu banyak meriwayatkan hadis, maka pantaslah kalau kamu pembohong atas nama Rasulullah.

Kemudian Umar mengancamnya, “Tinggalkanlah menyampaikan hadis dari Rasulullah! Atau akan kupulangkan kamu ke desa suku asalmu (Daus).”[2]

Ibnu Abi al-Hadid berkata, “Umar ibn al Khaththab di masa kekhalifahannya memukul Abu Huhairah dengan pelepah kurma, dan ia berkata kepadanya, kamu terlalu banyak meriwayatkan, pantaslah kalau kamu pembohong atas nama Rasulullah saw.”[3]

Dan dengan wafatnya Umar, Abu Hurairah dengan leluasa menyampaikan hadis Nabi saw., sebab tidak ada lagi yang ia takuti. Abu Hurairah berkata, “Saya menyampaikan hadis-hadis, sekiranya saya sampaikan di masa hidup Umar pasti beliau memukulku dengan batang pelepah korma.”

Dalam riwayat lain: Pasti beliau melukai kepalaku.

Az Zuhri menukil Abu Salamah, ia berkata, “Aku mendengar Abu Hurairah berkata, “Kami tidak dapat berkata, ‘Bersabda Rasulullah’sampai Umar wafat!”

Kemudian ia bertanya, “Apakah Anda menyampaikan hadis-hadis ini sementara Umar masih hidup?

Abu Hurairah menjawab, “Demi Allah, kalau itu aku lakukan saya pasti yakin bahwa cambuknya akan mengenai punggungku.”

Syeikh M. Rasyid Ridha berkata, “Seandainya Umar berumur panjang sampai Abu Hurairah mati pasti hadis-hadis yang banyak itu tidak akan sampai kepada kita.”[4]

Ibnu Jakfari bertaka:
Entah mengapa Khalifah Umar ibn al Khaththab ra (yang bergelar al Fârûq karena seluruh sikapnya sebagai pelerai antara yang haq dan batil), apakah beliau telah merasakan bahwa memang Abu Hurairah bermasalah dalam kejujurannya ketika menyampaikan hadis atas nama Nabi saw.? Atau sang Khalifah sedang kebakaran jenggot ketika Abu Hurairah dengan tulus dan penuh kejujuran serta tanggaung jawab menyampaikan hadis-hadis Nabi saw. sebagai tanggung jawab yang dibebankan ke atas pundak untuk menyampaikan kebenaran Risalah Ilahi?!

Apa pun yang menjadi alasan ancaman dan pelarangan itu yang pasti Abu Hurairah benar-benar menjadi takut dan trauma dengan cambuk Khalifah Umar… yang pasti Abu Hurairah berhenti total menyampaikan hadis Nabi saw. karena takut ancaman itu!! Atau dengan bahasa agama, Abu Hurairah sedang bertaqiyyah!!

Bukankah begitu sobat?!

Referensi:
[1] Al Muhadits al Fâshil: 554 (nomer:746), al Bidayah wa an Nihayah,8\106, Akhbâr al Madinah (Ibnu Syubbah),3\800 dan Al I’tishaam Bi Hablillah al-Matiin (al Qasim),2\29, Syarah Nahj al-Balaghah,4\68.
[2] Lihat :Adlwâ’ ‘Ala as sunnah al Muhammadiyah: 201 dari riwayat Ibnu ‘Asakir.
[3] Al-Jalali. Tadwin al-Sunnah.432 menukil dari Syarah Nahj al-Balaghah. Vol.4, 67.
[4] Ibid.201.

(Syiah-Ali/Jakfari/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: