Faisal Basri menyinggung soal upaya Menteri BUMN Dahlan Iskan yang mencoba membubarkan Petral pada 2012. Namun gagal lantaran ada kekuatan besar. Dia tidak menyebut siapa kekuatan besar yang dimaksud.
Faisal Basri hanya menyebut kekuatan besar itu adalah bosnya Dahlan Iskan. Faisal juga menceritakan bahwa Dahlan justru tiga kali dipanggil SBY terkait pembubaran Petral.
Menteri ESDM Sudirman Said hanya menambahkan bahwa banyak usulan yang akhirnya mentok di kantor presiden. Namun dia juga tidak menyebut nama SBY sebagai orang yang menggagalkan rencana pembubaran Petral saat itu.
SBY merespon dengan pernyataan keras. "Saya amat terkejut dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyerang dan mendiskreditkan saya, ketika menjadi Presiden dulu. *SBY," demikian kicau SBY dalam akun Twitter @SBYudhoyono, Senin (18/5) malam.
"Tidak ada yang mengusulkan ke saya agar Petral dibubarkan. Saya ulangi, tidak ada. Kalau ada pasti sudah saya tanggapi secara serius. *SBY*," katanya.
Benarkah apa yang dikatakan SBY bahwa dia tidak melindungi Petral dari upaya pembubaran perusahaan tersebut. Pengakuan Dahlan Iskan yang ditulisnya di pelbagai media pada Mei 2012 bisa membuka jawabannya.
Mulai Dari:
1. Dahlan sebut tiga kali rapat dengan SBY.
"Dalam satu bulan terakhir tiga kali Presiden SBY mengajak
mendiskusikan soal ini dengan beberapa menteri. Termasuk saya," tulis
Dahlan.
2. Abaikan kalau ada yang ngaku backing presiden.Dalam tulisannya, Dahlan Iskan mengaku mendapat instruksi tegas dari presiden saat itu Susilo Bambang Yudhoyono. Poin pentingnya, SBY meminta agar mengabaikan pihak-pihak yang mengaku dapat backing dari SBY.
"Arahan Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina.
Kalau ada yang mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden, atau dari
Cikeas, atau dari Istana abaikan saja. Bisa saja ada yang mengaku-ngaku
mendapat backing dari Presiden SBY. Tapi sebenarnya tidak demikian,"
kata Dahlan.
3. SBY sebut tak boleh beli minyak dari perantara.
3. SBY sebut tak boleh beli minyak dari perantara.
Dahlan Iskan mengaku memiliki gambaran
yang harus dilakukan Pertamina sebagai perusahaan besar yang bergerak di
sektor migas. Dia mendapat gambaran itu dari Presiden SBY.
"sebagai perusahaan raksasa, Pertamina, seperti ditegaskan Presiden
SBY setegas-tegasnya, tidak boleh lagi membeli minyak dari perantara.
Langkah seperti itu sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh Pertamina.
Tapi belum semua. Jadinya tenggelam oleh pembelian yang masih dilakukan
lewat Petral," ujar Dahlan.
4. Ada politik anti SBY.
Dahlan mengaku banyak motif berada di belakang isu Petral. Setidaknya ada tiga motif yaitu ada yang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar clear and clean dan bisa menjadi kebanggaan nasional.
Ada juga yang berharap Petral tetap ada karena tanpa Petral mereka tidak bisa lagi 'ngobyek' dengan cara menekan-nekan Pertamina seperti terjadi di masa sebelum Petral.
Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan jual-beli minyak kembali dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.
"Tentu, seperti juga bensin oplos, ada juga campuran lain: politik! Ada politik anti pemerintah Presiden SBY. Tapi yang keempat ini baiknya diabaikan karena politik adalah satu keniscayaan," ucapnya.
(Source)
Post a Comment
mohon gunakan email