Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Petral. Show all posts
Showing posts with label Petral. Show all posts

Petral Bubar Wajib Diikuti Penurunan Harga BBM

Ilustrasi SPBU

Komisi VII DPR RI ingin agar pembubaran PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) dibarengi dengan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Sebab, biaya pengadaan impor BBM berubah lebih murah, jika anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut dibubarkan.

Ketua Komisi VII DPR, Kardaya Warnika, mengatakan jika Petral bubar maka otomatis terjadi efisiensi anggaran dalam pengadaan BBM. Apalagi saat ini fungsi Petral dialihkan kepada Integrated Supply Chain (ISC), yang langsung berada dibawah Pertamina.
"Kalau biaya pengadaannya turun, BBM harganya turun," ujar Kardaya di The 39th Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition, di JCC, Jumat (22/5/2015).

Komisi VII tidak mengapresiasi langkah yang dilakukan pemerintah dalam membubarkan Petral. Pasalnya DPR menginginkan adanya bukti konkret dari pembubaran anak usaha Pertamina, yakni harga BBM yang murah.
"Kalau berkat dibubarkannya Petral maka harga BBM turun itu baru kita tepuk tangan," kata Kardaya.

Kardaya pun mempertanyakan langkah pemerintah selanjutnya. Pasalnya mantan bos BPH Migas itu menilai pembubaran harus disertai dengan tujuan positif untuk masyarakat.
"Kalau dengan dibubarkan, enggak ada dampaknya terhadap harga BBM, terhadap biaya pengadaan BBM, jadi buat apa," ungkap Kardaya.

(Source)

Akhirnya Dahlan Iskan Beberkan Mengapa Dulu SBY Lindungi Petral


PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) secara resmi telah dibubarkan Pemerintahan Jokowi – JK.  Alasannya, keberadaan Petral tidak memberi perbaikan pada bisnis Pertamina, justru malah menggerogoti induknya tersebut. Pembubaran Petral kali ini memunculkan polemik dan menyeret nama mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Petral yang seharusnya dibubarkan sejak 2006 silam, namun gagal. Berbagai tudingan berdatangan hingga menyebut SBY yang melindungi keberadaan Petral.

“Dulu Pak Dahlan mau bubarkan Petral, tapi ada kekuatan besar. Yang ada Pak Dahlan bilang, tiga kali dipanggil SBY (Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono),” ujar Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri dalam diskusi bertajuk Energi Kita yang digagas merdeka.com, RRI, IJTI, dan Sewatama.

Faisal Basri juga pernah mengakui sempat bertemu mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan terkait kerumitan persoalan pembubaran Petral. Pengakuan Dahlan dari hasil pertemuan yang dilakukan di Aceh tersebut adalah, National Oil Company (NOC) Indonesia tidak sebaik lainnya. Dahlan dulu bahkan telah berniat menghentikan operasional Petral.

Namun, pembubaran Petral tidak mudah karena adanya pengamanan dari ‘atasan’ Dahlan. “Tapi kenapa susah dihentikan, karena ada langit (atasan) di atas Pak Dahlan,” kata Faisal di Jakarta, Rabu (24/12).
Ketika dikorek lebih jauh siapa langit yang dimaksud, Faisal ogah menyebutkan secara pasti. Namun, dia menegaskan bahwa ‘langit’ tersebut merupakan atasan Dahlan saat menjabat sebagai menteri. “Ya atasannya Pak Dahlan, siapa?” bebernya.

Tudingan Faisal Basri langsung dijawab SBY. mantan presiden tersebut merasa difitnah dengan tudingan yang beredar di media. Ketua Umum Partai Demokrat ini mengaku tertib dalam manajemen pemerintahan. Isu serius seperti mafia migas, pasti akan diresponsnya. Karenanya, kata SBY, tidak mungkin usul pembubaran Petral di era kepemimpinannya berhenti di mejanya.

“Hari ini saya berbicara dengan mantan Wapres Boediono dan 5 mantan menteri terkait, apakah memang pernah ada usulan pembubaran Petral. *SBY*.”

“Semua menjawab tidak pernah ada. Termasuk tidak pernah ada 3 surat yang katanya dilayangkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan waktu itu. *SBY*,” kata SBY.

SBY menilai pemberitaan yang menyebut pembubaran Petral berhenti di mejanya adalah fitnah dan masuk dalam pencemaran nama baik. SBY mengaku masih menunggu klarifikasi dari pihak-pihak yang menyebarkan.
“Mungkin tidak mudah menghadapi yang tengah berkuasa sekarang ini. Tetapi, kebenaran adalah “power” yang masih saya miliki. *SBY*,” katanya.

Dahlan Iskan tahun 2012 silam pernah menulis dan menyebut kalau dia pernah bertemu dengan SBY membahas pembubaran Petral. Hal ini terungkap dari tulisan Dahlan yang dilansir merdeka.com tiga tahun lalu. Dahlan pernah membahas pembubaran Petral bersama SBY.

“Dalam satu bulan terakhir tiga kali Presiden SBY mengajak mendiskusikan soal ini dengan beberapa menteri. Termasuk saya. Arahan Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina. Kalau ada yang mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden, atau dari Cikeas, atau dari Istana abaikan saja. Bisa saja ada yang mengaku-ngaku mendapat backing dari Presiden SBY. Tapi sebenarnya tidak demikian. Jangankan Presiden SBY, saya pun, di bidang lain, juga mendengar ada orang yang mengatakan mendapat backing dari Menteri BUMN!,” kutipan tulisan Dahlan tahun 2012 silam.

Dahlan juga mengaku dalam pembahasan tersebut juga diundang karen Agustiawan yang saat ini menjadi direktur utama Pertamina.

“Presiden SBY juga menegaskan itu sekali lagi minggu lalu. Dalam pertemuan menjelang tengah malam itu diundang juga Dirut Pertamina Karen Agustiawan. Karen melaporkan sudah siap melakukan pembelian langsung, tanpa perantara lagi. Tentu diperlukan persiapan-persiapan yang matang. Tidak bisa, misalnya seperti yang diinginkan beberapa pihak, besok pagi Petral langsung dibubarkan. Pasokan BBM bisa terganggu. Dan bisa kacau-balau,” katanya.

Menurut tulisan Dahlan, ada beberapa motif yang berada di belakang isu pembubaran Petral kala itu. “Setidaknya ada tiga motif:
1) Ada yang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar C&C dan bisa menjadi kebanggaan nasional.
2) Dengan adanya Petral mereka tidak bisa lagi ‘ngobyek’ dengan cara menekan-nekan Pertamina seperti terjadi di masa sebelum Petral.
3). Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan jual-beli minyak kembali dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.

Tentu, seperti juga bensin oplos, ada juga campuran lain: politik! Ada politik anti pemerintah Presiden SBY. Tapi yang keempat ini baiknya diabaikan karena politik adalah satu keniscayaan.

Benarkah SBY lindungi Petral? Inilah Jawabannya

SBY jadi Keynote Speaker. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Pernyataan mantan ketua tim reformasi dan tata kelola migas Faisal Basri dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said terkait pembubaran anak usaha Pertamina, PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) membangunkan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Faisal Basri menyinggung soal upaya Menteri BUMN Dahlan Iskan yang mencoba membubarkan Petral pada 2012. Namun gagal lantaran ada kekuatan besar. Dia tidak menyebut siapa kekuatan besar yang dimaksud.

Faisal Basri hanya menyebut kekuatan besar itu adalah bosnya Dahlan Iskan. Faisal juga menceritakan bahwa Dahlan justru tiga kali dipanggil SBY terkait pembubaran Petral.
Menteri ESDM Sudirman Said hanya menambahkan bahwa banyak usulan yang akhirnya mentok di kantor presiden. Namun dia juga tidak menyebut nama SBY sebagai orang yang menggagalkan rencana pembubaran Petral saat itu.

SBY merespon dengan pernyataan keras. "Saya amat terkejut dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyerang dan mendiskreditkan saya, ketika menjadi Presiden dulu. *SBY," demikian kicau SBY dalam akun Twitter @SBYudhoyono, Senin (18/5) malam.

"Tidak ada yang mengusulkan ke saya agar Petral dibubarkan. Saya ulangi, tidak ada. Kalau ada pasti sudah saya tanggapi secara serius. *SBY*," katanya.

Benarkah apa yang dikatakan SBY bahwa dia tidak melindungi Petral dari upaya pembubaran perusahaan tersebut. Pengakuan Dahlan Iskan yang ditulisnya di pelbagai media pada Mei 2012 bisa membuka jawabannya.

Mulai Dari:


1. Dahlan sebut tiga kali rapat dengan SBY.
Menteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan menceritakan bahwa dia dan beberapa menteri dipanggil presiden untuk membicarakan soal Petral.
"Dalam satu bulan terakhir tiga kali Presiden SBY mengajak mendiskusikan soal ini dengan beberapa menteri. Termasuk saya," tulis Dahlan.


2. Abaikan kalau ada yang ngaku backing presiden.
Dalam tulisannya, Dahlan Iskan mengaku mendapat instruksi tegas dari presiden saat itu Susilo Bambang Yudhoyono. Poin pentingnya, SBY meminta agar mengabaikan pihak-pihak yang mengaku dapat backing dari SBY.
"Arahan Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina. Kalau ada yang mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden, atau dari Cikeas, atau dari Istana abaikan saja. Bisa saja ada yang mengaku-ngaku mendapat backing dari Presiden SBY. Tapi sebenarnya tidak demikian," kata Dahlan.


3. SBY sebut tak boleh beli minyak dari perantara.
Dahlan Iskan mengaku memiliki gambaran yang harus dilakukan Pertamina sebagai perusahaan besar yang bergerak di sektor migas. Dia mendapat gambaran itu dari Presiden SBY.
"sebagai perusahaan raksasa, Pertamina, seperti ditegaskan Presiden SBY setegas-tegasnya, tidak boleh lagi membeli minyak dari perantara. Langkah seperti itu sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh Pertamina. Tapi belum semua. Jadinya tenggelam oleh pembelian yang masih dilakukan lewat Petral," ujar Dahlan.

4. Ada politik anti SBY.
Dahlan mengaku banyak motif berada di belakang isu Petral. Setidaknya ada tiga motif yaitu ada yang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar clear and clean dan bisa menjadi kebanggaan nasional.
Ada juga yang berharap Petral tetap ada karena tanpa Petral mereka tidak bisa lagi 'ngobyek' dengan cara menekan-nekan Pertamina seperti terjadi di masa sebelum Petral.
Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan jual-beli minyak kembali dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.
"Tentu, seperti juga bensin oplos, ada juga campuran lain: politik! Ada politik anti pemerintah Presiden SBY. Tapi yang keempat ini baiknya diabaikan karena politik adalah satu keniscayaan," ucapnya.

Kisah Pertemuan SBY dan Dahlan Iskan Bahas Pembubaran Petral


Dalam sebulan terakhir ini, Menteri BUMN Dahlan Iskan intensif bertemu Presiden SBY membahas soal isu pembubaran Petral dan korupsi di Pertamina yang kembali muncul.

"Presiden SBY mengajak mendiskusikan soal ini (Petral) dengan beberapa menteri. Termasuk saya. Arahan Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina." kata Dahlan dikutip dari situs BUMN, Senin (21/5/2012).

Dahlan mengatakan, dalam pertemuan tersebut Presiden SBY meminta Dahlan dan Pertamina mengabaikan pihak-pihak yang mencoba menekan Pertamina dengan mengaku mendapatkan backing dari Presiden SBY.

"Kalau ada yang mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden, atau dari Cikeas, atau dari Istana abaikan saja. Bisa saja ada yang mengaku-ngaku mendapat backing dari Presiden SBY. Tapi sebenarnya tidak demikian. Jangankan Presiden SBY, saya pun, di bidang lain, juga mendengar ada orang yang mengatakan mendapat backing dari Menteri BUMN!" tegas Dahlan.

Minggu lalu, SBY juga mengadakan pertemuan menjelang tengah malam dengan Dahlan dan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan. Beberapa isu soal kebiasaan Pertamina yang masih mengimpor BBM via trader atau pedagang juga disinggung.

"Karen melaporkan sudah siap melakukan pembelian langsung, tanpa perantara lagi. Tentu diperlukan persiapan-persiapan yang matang. Tidak bisa, misalnya seperti yang diinginkan beberapa pihak, besok pagi Petral langsung dibubarkan. Pasokan BBM bisa terganggu. Dan bisa kacau-balau," tutur Dahlan.

Menurut Dahlan, kelihatan banyak motif yang berada di belakang isu Petral ini. Setidaknya ada tiga motif:



  1. Ada yang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar C&C dan bisa menjadi kebanggaan nasional.
  2. Dengan adanya Petral mereka tidak bisa lagi ‘ngobyek’ dengan cara menekan-nekan Pertamina seperti terjadi di masa sebelum Petral.
  3. Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan jual-beli minyak kembali dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.
(Source)

SBY geram disebut Menteri ESDM lindungi Petral

SBY hadiri Rapimnas IMDI. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku sangat terkejut dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said di media massa. Hal itu terkait pernyataan Sudirman yang menyebut pembubaran Petral di era kepemimpinan SBY kerap berhenti di meja presiden.

"Saya amat terkejut dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyerang dan mendiskreditkan saya, ketika menjadi Presiden dulu. *SBY," demikian kicau SBY dalam akun Twitter @SBYudhoyono, Senin (18/5) malam.

SBY berharap Sudirman Said memberikan klarifikasi atas apa yang dimaksud. Sebab, SBY mengaku saat masih menjadi presiden menginginkan penyimpangan apapun diberantas.

"Saya bahkan membentuk Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, yang hakikatnya memberantas kejahatan dan penyimpangan apapun. *SBY*," katanya.

"Tidak ada yang mengusulkan ke saya agar Petral dibubarkan. Saya ulangi, tidak ada. Kalau ada pasti sudah saya tanggapi secara serius. *SBY*," katanya.

Ketua Umum Partai Demokrat ini mengaku tertib dalam manajemen pemerintahan. Isu serius seperti mafia migas, pasti akan diresponsnya. Karenanya, kata SBY, tidak mungkin usul pembubaran Petral di era kepemimpinannya berhenti di mejanya.

"Hari ini saya berbicara dengan mantan Wapres Boediono dan 5 mantan menteri terkait, apakah memang pernah ada usulan pembubaran Petral. *SBY*."

"Semua menjawab tidak pernah ada. Termasuk tidak pernah ada 3 surat yang katanya dilayangkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan waktu itu. *SBY*," kata SBY.

SBY menilai pemberitaan yang menyebut pembubaran Petral berhenti di mejanya adalah fitnah dan masuk dalam pencemaran nama baik. SBY mengaku masih menunggu klarifikasi dari pihak-pihak yang menyebarkan.

"Mungkin tidak mudah menghadapi yang tengah berkuasa sekarang ini. Tetapi, kebenaran adalah "power" yang masih saya miliki. *SBY*," katanya.

Selama menjabat sebagai presiden, SBY mengaku tidak pernah mengintervensi BUMN manapun. Termasuk urusan tender dan bisnis. SBY juga mengaku berpesan agar semua BUMN berkembang baik, membayar pajak dan deviden, tidak ada korupsi dan tak menjadi sapi perah.

"Sebenarnya saya mendukung upaya pemerintahan Presiden Jokowi untuk lakukan penertiban, karena setiap Presiden hakikatnya juga begitu. *SBY*."

"Tetapi, kenapa harus terus menyalahkan pemimpin dan pemerintahan sebelumnya. Popularitas bisa dibangun tanpa menjelekkan pihak lain. *SBY*."

"Tuduhan dan fitnah yg disampaikan Menteri ESDM & pihak-pihak tertentu sulit saya terima. Rakyat Indonesia, doakan saya kuat menghadapi. *SBY*," tutupnya.

(Source)

Terkait Berita: