Pernyataan mantan ketua tim reformasi dan tata kelola migas
Faisal Basri dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman
Said terkait pembubaran anak usaha Pertamina, PT Pertamina Energy
Trading Limited (Petral) membangunkan Presiden ke-6 Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY).
Faisal Basri menyinggung soal upaya Menteri BUMN Dahlan Iskan yang
mencoba membubarkan Petral pada 2012. Namun gagal lantaran ada kekuatan
besar. Dia tidak menyebut siapa kekuatan besar yang dimaksud.
Faisal Basri hanya menyebut kekuatan besar itu adalah bosnya Dahlan
Iskan. Faisal juga menceritakan bahwa Dahlan justru tiga kali dipanggil
SBY terkait pembubaran Petral.
Menteri ESDM Sudirman Said hanya menambahkan bahwa banyak usulan yang
akhirnya mentok di kantor presiden. Namun dia juga tidak menyebut nama
SBY sebagai orang yang menggagalkan rencana pembubaran Petral saat itu.
SBY merespon dengan pernyataan keras. "Saya amat terkejut dengan
pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyerang dan mendiskreditkan
saya, ketika menjadi Presiden dulu. *SBY," demikian kicau SBY dalam
akun Twitter @SBYudhoyono, Senin (18/5) malam.
"Tidak ada yang mengusulkan ke saya agar Petral dibubarkan. Saya
ulangi, tidak ada. Kalau ada pasti sudah saya tanggapi secara serius.
*SBY*," katanya.
Benarkah apa yang dikatakan SBY bahwa dia tidak melindungi Petral
dari upaya pembubaran perusahaan tersebut. Pengakuan Dahlan Iskan yang
ditulisnya di pelbagai media pada Mei 2012 bisa membuka jawabannya.
Mulai Dari:
1. Dahlan sebut tiga kali rapat dengan SBY.
Menteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan
menceritakan bahwa dia dan beberapa menteri dipanggil presiden untuk
membicarakan soal Petral.
"Dalam satu bulan terakhir tiga kali Presiden SBY mengajak
mendiskusikan soal ini dengan beberapa menteri. Termasuk saya," tulis
Dahlan.
2. Abaikan kalau ada yang ngaku backing presiden.
Dalam tulisannya, Dahlan Iskan mengaku
mendapat instruksi tegas dari presiden saat itu Susilo Bambang
Yudhoyono. Poin pentingnya, SBY meminta agar mengabaikan pihak-pihak
yang mengaku dapat backing dari SBY.
"Arahan Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina.
Kalau ada yang mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden, atau dari
Cikeas, atau dari Istana abaikan saja. Bisa saja ada yang mengaku-ngaku
mendapat backing dari Presiden SBY. Tapi sebenarnya tidak demikian,"
kata Dahlan.
3. SBY sebut tak boleh beli minyak dari perantara.
Dahlan Iskan mengaku memiliki gambaran
yang harus dilakukan Pertamina sebagai perusahaan besar yang bergerak di
sektor migas. Dia mendapat gambaran itu dari Presiden SBY.
"sebagai perusahaan raksasa, Pertamina, seperti ditegaskan Presiden
SBY setegas-tegasnya, tidak boleh lagi membeli minyak dari perantara.
Langkah seperti itu sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh Pertamina.
Tapi belum semua. Jadinya tenggelam oleh pembelian yang masih dilakukan
lewat Petral," ujar Dahlan.
4. Ada politik anti SBY.
Dahlan mengaku banyak motif berada di
belakang isu Petral. Setidaknya ada tiga motif yaitu ada yang dengan
sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar clear and
clean dan bisa menjadi kebanggaan nasional.
Ada juga yang berharap Petral tetap ada karena tanpa Petral mereka
tidak bisa lagi 'ngobyek' dengan cara menekan-nekan Pertamina seperti
terjadi di masa sebelum Petral.
Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan jual-beli minyak kembali dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.
"Tentu, seperti juga bensin oplos, ada juga campuran lain: politik!
Ada politik anti pemerintah Presiden SBY. Tapi yang keempat ini baiknya
diabaikan karena politik adalah satu keniscayaan," ucapnya.
Dalam sebulan terakhir ini, Menteri BUMN Dahlan Iskan intensif bertemu
Presiden SBY membahas soal isu pembubaran Petral dan korupsi di
Pertamina yang kembali muncul.
"Presiden SBY mengajak
mendiskusikan soal ini (Petral) dengan beberapa menteri. Termasuk saya.
Arahan Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina." kata
Dahlan dikutip dari situs BUMN, Senin (21/5/2012).
Dahlan
mengatakan, dalam pertemuan tersebut Presiden SBY meminta Dahlan dan
Pertamina mengabaikan pihak-pihak yang mencoba menekan Pertamina dengan
mengaku mendapatkan backing dari Presiden SBY.
"Kalau ada yang
mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden, atau dari Cikeas, atau dari
Istana abaikan saja. Bisa saja ada yang mengaku-ngaku mendapat backing
dari Presiden SBY. Tapi sebenarnya tidak demikian. Jangankan Presiden
SBY, saya pun, di bidang lain, juga mendengar ada orang yang mengatakan
mendapat backing dari Menteri BUMN!" tegas Dahlan.
Minggu lalu,
SBY juga mengadakan pertemuan menjelang tengah malam dengan Dahlan dan
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan. Beberapa isu soal kebiasaan
Pertamina yang masih mengimpor BBM via trader atau pedagang juga
disinggung.
"Karen melaporkan sudah siap melakukan pembelian
langsung, tanpa perantara lagi. Tentu diperlukan persiapan-persiapan
yang matang. Tidak bisa, misalnya seperti yang diinginkan beberapa
pihak, besok pagi Petral langsung dibubarkan. Pasokan BBM bisa
terganggu. Dan bisa kacau-balau," tutur Dahlan.
Menurut Dahlan, kelihatan banyak motif yang berada di belakang isu Petral ini. Setidaknya ada tiga motif:
Ada yang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar C&C dan bisa menjadi kebanggaan nasional.
Dengan adanya Petral mereka tidak bisa lagi ‘ngobyek’ dengan cara
menekan-nekan Pertamina seperti terjadi di masa sebelum Petral.
Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan jual-beli minyak kembali dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.
Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku sangat terkejut
dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said di media massa. Hal itu
terkait pernyataan Sudirman yang menyebut pembubaran Petral di era
kepemimpinan SBY kerap berhenti di meja presiden.
"Saya amat
terkejut dengan pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said yang menyerang dan
mendiskreditkan saya, ketika menjadi Presiden dulu. *SBY," demikian
kicau SBY dalam akun Twitter @SBYudhoyono, Senin (18/5) malam.
SBY
berharap Sudirman Said memberikan klarifikasi atas apa yang dimaksud.
Sebab, SBY mengaku saat masih menjadi presiden menginginkan penyimpangan
apapun diberantas.
"Saya bahkan membentuk Satgas Pemberantasan
Mafia Hukum, yang hakikatnya memberantas kejahatan dan penyimpangan
apapun. *SBY*," katanya.
"Tidak ada yang mengusulkan ke saya agar
Petral dibubarkan. Saya ulangi, tidak ada. Kalau ada pasti sudah saya
tanggapi secara serius. *SBY*," katanya.
Ketua Umum Partai
Demokrat ini mengaku tertib dalam manajemen pemerintahan. Isu serius
seperti mafia migas, pasti akan diresponsnya. Karenanya, kata SBY, tidak
mungkin usul pembubaran Petral di era kepemimpinannya berhenti di
mejanya.
"Hari ini saya berbicara dengan mantan Wapres Boediono
dan 5 mantan menteri terkait, apakah memang pernah ada usulan pembubaran
Petral. *SBY*."
"Semua menjawab tidak pernah ada. Termasuk tidak
pernah ada 3 surat yang katanya dilayangkan oleh Menteri BUMN Dahlan
Iskan waktu itu. *SBY*," kata SBY.
SBY menilai pemberitaan yang
menyebut pembubaran Petral berhenti di mejanya adalah fitnah dan masuk
dalam pencemaran nama baik. SBY mengaku masih menunggu klarifikasi dari
pihak-pihak yang menyebarkan.
"Mungkin tidak mudah menghadapi
yang tengah berkuasa sekarang ini. Tetapi, kebenaran adalah "power" yang
masih saya miliki. *SBY*," katanya.
Selama menjabat sebagai
presiden, SBY mengaku tidak pernah mengintervensi BUMN manapun. Termasuk
urusan tender dan bisnis. SBY juga mengaku berpesan agar semua BUMN
berkembang baik, membayar pajak dan deviden, tidak ada korupsi dan tak menjadi sapi perah.
"Sebenarnya
saya mendukung upaya pemerintahan Presiden Jokowi untuk lakukan
penertiban, karena setiap Presiden hakikatnya juga begitu. *SBY*."
"Tetapi,
kenapa harus terus menyalahkan pemimpin dan pemerintahan sebelumnya.
Popularitas bisa dibangun tanpa menjelekkan pihak lain. *SBY*."
"Tuduhan
dan fitnah yg disampaikan Menteri ESDM & pihak-pihak tertentu sulit
saya terima. Rakyat Indonesia, doakan saya kuat menghadapi. *SBY*,"
tutupnya.
Pekerja mengangkat beras di gudang Bulog, Jakarta. (Investor Daily)
Menko Perekonomian, Sofyan Djalil, terkejut mendengar kabar adanya beras impor dari Tiongkok bercampur plastik dan kentang.
Dia mengaku sama sekali tidak tahu keberadaan beras 'aneh' itu dan baru mendengar kabar itu dari wartawan.
"Hah? Dari mana? Saya belum mendengar itu," kata Sofyan usai
mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan dengan 119
direktur utama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Istana Negara,
Jakarta, Senin (18/5).
Dia mengaku akan menanyakan kepada Menteri Perdagangan, Rachmat
Gobel, tentang kebenaran berita itu. Di sisi lain, Sofyan juga meminta
wartawan mengkonfirmasikan hal serupa kepada menteri terkait.
"Saya tidak tahu. Tanya ke Mendag. Oke ya," kata dia.
Pesiden
Republik Indonesia Joko Widodo pada masa kampanyenya sering menjanjikan
tidak akan ada bagi-bagi kursi. Namun, janji tinggal janji. Mulai dari
penentuan menteri, Jokowi secara terang-terangan mengakui memang ada
‘bagian’ untuk parpol, yaitu 16 kursi, sementara sisanya, 18 kursi untuk
profesional.
Di antara menteri yang merupakan ‘utusan’ parpol adalah Rini Soemarno.
Selain orang dekat Ketua Umum PDI-P Megawati, Rini juga bekas Kepala
Staf Tim Transisi Jokowi-Jusuf Kalla. Rini didapuk menjadi Menteri
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kabinet kerja Jokowi.
Penunjukan Rini jadi menteri BUMN menuai kontroversi. Tak hanya para
Jokowi ‘haters’, pendukung presiden pun ikut protes sebab Rini dinilai
terlalu karib dengan Mega. Namun Jokowi tak ambil pusing soal kritikan
ini. Dia tetap menganggap Rini layak lantaran profesional dan pekerja
keras.
Ada pula Amran Sulaiman. Memang banyak rakyat tak mengenalnya. Dia
disebut-sebut seorang pengusaha sukses asal Sulawesi Selatan. Amran juga
disinyalir orang dekat Rini dan penyumbang dana terbesar pada kampanye
Jokowi-JK. Beralasan petani sukses, muda, praktisi, dan seorang
wirausaha, Amran ditunjuk jadi menteri pertanian. Di mata Jokowi lelaki
ini punya nilai tambah dan diyakini bisa membangun model wirausaha bagi
pertanian Indonesia di tengah defisit.
Dan anehnya, dalam upayanya mencapai swasembada pangan, Amran
melibatkan TNI. Persis seperti era Soeharto. Kepada wartawan pada Jumat
(9/1/2015), Amran menyatakan telah bertemu dengan “stakeholder” seperti
BIN dan Panglima TNI untuk melakukan kerjasama mengenai swasembada
pangan yang harus tercapai selama lima tahun ke depan. Bahkan, menurut
Amran, Panglima menjanjikan bila swasembada tak tercapai, Kasad akan
dicopot.
Lalu, Jokowi memilih Mayjen TNI Andika Perkasa sebagai Komandan
Paspampres (pasukan pengamanan presiden). Andika diketahui merupakan
mantu dari mantan Kepala BIN AM Hendropriyono yang dikenal dekat dengan
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Yang baru-baru ini terjadi, pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) resmi menunjuk Diaz Hendropriyono sebagai komisaris
PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Lalu, Jenderal Luhut Pandjaitan,
dilantik sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Luhut akan bertugas membantu
Presiden Jokowi untuk merumuskan kebijakan hingga analisis informasi
intelijen. Baik Diaz maupun Luhut dikenal sebagai pendukung Jokowi pada
masa kampanye presiden.
Jokowi nampaknya harus belajar ‘memegang omongan’ dari mantan Presiden
Venezuela almarhum Hugo Chavez. Dia dikenal sebagai pemimpin yang tak
bisa didikte apalagi dalam hal bagi-bagi kekuasaan.
Salah satu bukti paling terlihat yakni saat Chavez menunjuk Nicolas
Maduro sebagai wakil presiden. Sebelumnya Maduro menjabat sebagai
menteri luar negeri.
Rakyat Venezuela tak banyak yang mengenal sosok Maduro apalagi kabinet
Chavez pada 2012. Banyak wajah-wajah baru bermunculan dan mereka tak ada
satu pun yang sengaja mendekati Chavez demi mendapat jabatan.
Maduro terkenal sebagai pemimpin serikat layanan bus umum. Dia memang
mantan sopir berpengalaman. lelaki 51 tahun ini juga pengagum sosok
Chavez dan sering mempelajari gerak-gerik sang komandante. Walau
demikian dia ogah menjadi tim sukses Chavez di pemilihan umum 2006 sebab
merasa belum paham berpolitik.
Terkesan dengan cara Maduro mengelola serikat layanan bus umum, Chavez
menunjuknya sebagai menteri luar negeri (menlu). Pria berkumis lebat itu
pun kaget dan tak menyangka. Koran the Guardian (2006) melansir Maduro
sampai nangis-nangis memohon agar Chavez tak memberikannya jabatan
tinggi sebab dia takut mengecewakan rakyat Venezuela.
Namun Chavez meyakinkan Maduro jika dia memang layak di jabatan itu.
Menghormati keputusan sang komandan, Maduro pun resmi jadi menlu.
Hari berganti, takdir tak ada yang tahu. Pemilihan umum tiga tahun lalu
kembali memenangkan Chavez sebagai presiden padahal kondisinya kritis.
Dia menderita kanker dan menjalani perawatan di Kuba. Selama itu pula
Maduro tetap melayani komandannya dengan tulus. Dia pun diangkat menjadi
wakil presiden. Setelah Chavez mangkat, Maduro ditunjuk menjadi
penggantinya.
Namun dia bersikeras mengikuti undang-undang berlaku di Venezuela
menyebutkan jika presiden wafat, setelah 30 hari perlu diadakan pemilu
ulang. Tak pusing dengan jabatan Maduro menggelar jajak suara pemilihan
pemimpin. Tapi rakyat keburu kepincut dengan sosok Maduro hingga
akhirnya dia dijagokan untuk menggantikan Chavez.
Keluar sebagai pemenang suara rakyat tak menjadikan Maduro jumawa.
Sebaliknya, dia menangis mengingat tugas berat bakal dihadapinya
terutama sekali meneruskan cita-cita sang komandan agar tetap menjadikan
Venezuela sebagai negara sosialis.
Chavez memang dikenal memilih jajaran kabinetnya dengan sangat
hati-hati. Dia sering sekali melakukan perombakan jika dirasa ada
menterinya yang tak becus bekerja.
Jokowi memang bukan Chavez dan pendukung mereka juga berbeda. Namun
setidaknya Chavez lebih sinkron antara ucapan dengan tindakan hingga tak
satu pun mencapnya sebagai pendusta hingga akhir hayat dia.
Seorang teman aktifis bertanya kepada saya, benarkah Pemerintah
Jokowi mengikuti garis kebijakan Neoliberal. Apalagi team yang ada di
staf kepresidenan adalah alumni Harvard yang dikenal sebagai kampus
penyokong neoliberal. Lihat, lanjutnya, kenyataan kini, semua barang
public dikembalikan kepada mekanisme pasar. Subsidi BBM dihapus. Ini
jelas melanggar UU dasar 45. Saya bisa maklum pandangannya karena
sebegitulah wawasan yang dia punya, yang umumnya dia dapat dari media
massa tanpa dasar pengetahuan yang cukup.
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal
mengacu pada filosofi ekonomi-politik yang mengurangi atau menolak
campur tangan pemerintah dalam ekonomi domestik. Paham ini memfokuskan
pada metode pasar bebas, pembatasan yang sedikit terhadap perilaku
bisnis dan hak-hak milik pribadi. Saya katakan bahwa pada saat sekarang
pemerintah hanya melaksanakan UU dan aturan yang sudah ada.Tidak mungkin
pemerintah bekerja diluar UU. Dan kalau kini terkesan pemerintah
melaksanakan kebijakan neoliberal maka begitulah keadaan negeri ini
sebenarnya setelah dilakukannya amandemen UUD 45. Tak banyak public yang
tahu bahwa pancasila sebagai falsafah Negara tidak lagi ada korelasinya
dengan UUD. Semua sudah berubah. Yang tetap hanyalah jargon tentang
Ketuhanan, persatuan, kemanusiaa, musyawarah dan keadilan social.
Pada tahun 2002, OECD berkantor di DPR sebagai mentor melakukan
amandemen UUD 45. Semua partai yang kini berkuasa adalah mereka yang
merubah UUD 45. Dari 194 ayat, 3 Pasal Aturan Tambahan, 2 Aturan
Peralihan yang terdapat dalam UUD 2002 hanya 25 ayat yang terdapat dalam
UUD 45 dipertahankan. Jadi ini bukan amendment tapi merubah UUD 45.
Bagaimana struktur Indonesia setelah perubahan UUD 45 ini ?
(1)
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan langsung oleh
rakyat;
(2) MPR hanyalah sekedar majelis pertemuan bersama (joint
session assembly) yang tidak punya kewenangan mengubah dan menetapkan
UUD karena bukan merupakan lembaga tertinggi pelaksana kedaulatan
rakyat;
(3) menggunakan sistem presidensial, dan
(4) memisahkan
perekonomian nasional dengan kesejahteraan sosial sehingga mengakibatkan
sistem perekonomian Negara tidak lagi dilandasi oleh asas pemerataan
dan kekeluargaan untuk menciptakan keadilan sosial, tetapi telah berubah
menjadi sistem ekonomi individualistis dan bebas seperti pemikiran
ekonomi kapitalistis.
Di Era SBY kebijakan pemerintah terfocus kepada bagaimana
mendatangkan pajak bagi negara untuk kepentingan APBN. Karena itu
pemerintah membuka kanal seluas mungkin bagi modal untuk berkembang
walau karena itu meminggirkan para petani, nelayan, dan usaha kecil.
Pada tahun 2002, Asian Development Bank memberikan pinjaman lunak
kepada Pemerintah Indonesia untuk mendukung Program Financial Governance
and Social Security Reform ( FGSSR) senilai USD 250 juta. Saya ingat
ketika bantuan itu diberikan, salah satu teman aktifis berkata bahwa ada
dua agenda besar dari program ini, yaitu mereformasi koperasi dan
jaminan social dalam Blue Print Economic reform. ST-MPR 2002, secara
konstitusional, bangun usaha koperasi tidak lagi dianggap perlu atau
wajib dikembangkan di Indonesia. Sehingga secara konstitusi Koperasi
sebagai alat perjuangan rakyat dalam bidang ekonomi tidak lagi mendapat
tempat istimewa dihadapan Negara. Kemudian diperkuat lagi dalam
amandemen UUD 45 Pasal 33 dengan menambah ayat 4. Ayat ini seakan
mengingkari secara halus ayat 1,2, dan 3-nya dimana perekonomian disusun
secara prinsip demokrasi.
Jadi tidak ada lagi perlakuan istimewa kepada satu pelaku ekonomi.
Siapa saja dapat mengusahakan perekonomian secara bebas alias
liberalisasi perekonomian. Hal ini tertuang dalam ayat selanjutnya yaitu
ayat 5 dimana ketentuan lebih lanjut diatur UU. UU yang mana? lihat
saja UU penanaman modal dan UU PMA yang kental sekali nuansa liberalnya.
Dampak dari amandemen itu adalah ekonomi tumbuh dengan pesat namun
melahirkan gap kaya dan miskin yang sangat lebar, dan MNC AS semakin tak
tergoyahkan dari keberadaannya menguasai SDA Indonesia. Jadi memang by
design negara ini digadaikan kepada pemodal,terjajah secara sistematis,
terjebak secara anggaran yang harus berhutang.
Dengan keadaan tersebut diatas, Jokowi sadar bahwa siapapun yang akan
jadi Presiden maka dia harus menghadapi masalah yang disebut dengan
jebakan APBN. Mengapa saya katakan jebakan APBN? Karena APBN kita
tersandera oleh dua hal yaitu pertama , kewajiban membayar cicilan
hutang dan bunga. Sebagian besar pinjaman berupa obligasi ( BOND) yang
tidak bisa di reschedule pelunasannya atau di moratorium. Karena
meminjam kepada pasar uang sama dengan shark loan. Kedua, anggaran
belanja pegawai dan belanja rutin yang semakin membesar karena dampak
dari adanya pemekaran wilayah dan beban subsidi yang terus membesar.
Sementara dari sisi penerimaan, sesuai UU negara tidak lagi secara
langsung berperan menguasai resource SDA tapi digantikan dengan
mekanisme perpajakan dan bagi hasil. Karena memang konsep APBN setelah
reformasi menempatkan negara hanya sebagai service provider yang berhak
atas fee dari kegiatan modal. Akibatnya penerimaan negara sangat
tergantung dari kegiatan produksi dunia usaha khususnya yang mengelola
SDA. Kegiatan produksi ini tentu berhubungan dengan ekonomi global.
Maklum sebagian besar produksi SDA di export. Apabila ekonomi global
suram maka ekonomi kita semakin suram karena terpaksa hutang harus
ditambah untuk menutupi sisi penerimaan yang tekor. Namun bila ekonomi
global cerah maka penerimaan pajak meningkat, ekonomi makin tumbuh dan
hutang harus terus ditambah untuk memacu pertumbuhan. Karena penerimaan
pajak baru didapat akhir tahun dan awal tahun harus hutang dulu agar
bisa bayar biaya pembangunan.
Apakah jokowi tunduk dengan jebakan APBN sehingga patuh dengan konsep
neoliberal ? Ketika Jokowi mengajukan RAPBN-P 2105, saya lega sekali.
Bahwa Jokowi keluar dari jebakan APBN dengan memotong anggaran belanja
rutin. Caranya menggeser anggaran subsidi dari pos belanja rutin ke Pos
Fiskal sehingga pemerintah punya kekuatan besar sebagai penggerak sector
real. Sebelumnya by design karena jebakan APBN , pemerintah tidak punya
pilihan lain harus ikut neoliberal karena ruang fiscal sangat kecil.
Tapi kini pemerintah leading dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Dengan
dana fiscal diatas Rp.300 Triliun maka pemerintah bisa mengintervensi
sector produksi khususnya petani agar terjadi swasembada
pangan,menggerakan ekonomi desa melalui dana desa agar desa menjadi
basis ekonomi rakyat yang kokoh, membangun insfrastruktur eonomi seperti
jalan,pelabuhan, bandara, agar logistic system efisien sehingga bisa
menekan harga produksi, merevitalisasi Industri hulu dan memperluas
industry pengolahan makanan seperti gula, garam.
Meningkatkan modal BUMN agar mampu bersaing dengan asing. Kebijakan
memotong belanja rutin memang tidak popular karena membuat orang yang
berada di comfort zone merasa terganggu dan mereka tentu marah dengan
segala alasan.Itu biasa saja di alam demokrasi. Tiga tahun apabila
program Jokowi selesai maka dipastikan ada lebih 100 UU pro
neoliberalisme akan di removed dan kita akan kembali kepada Pancasila
dan UUD 45 secara murni, itulah alasannya mengapa TNI terlibat langsung
dengan program Jokowi.
Big Brother Indonesia? Provider Mulai Intai Pelanggan!
Operator & Provider Besar Indonesia Diduga Mengintai Para Pelanggannya! Apakah “Big Brother” Sudah Merambah Indonesia?
Pasal 40 UU No.36
Tahun 1999 menyatakan, “bahwa setiap orang dilarang melakukan
penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan
telekomunikasi dalam bentuk apapun. Bagi yang melanggar ketentuan
tersebut diancam pidana penjara maksimal 15 tahun penjara.” (Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto)
Studi yang dilakukan Citizen Lab dari akhir 2012 hingga awal tahun 2013 menunjukkan, bahwa ada dua ISP besar di Indonesia yang diduga sedang memata-matai penggunanya.
Hal ini ditulis dalam studi terbaru Citizen Lab dari University Toronto (13/3), Kanada, yang mencatat ada setidaknya 25 negara yang menggunakan software mata-mata untuk menguntit para pengguna.
Parahnya, ternyata Indonesia juga termasuk salah satu di antara ke 25 negara tersebut!
Dalam laporan berjudul You Only Click Twice: FinFisher’s Global Proliferation, tercatat 25 negara yang memakai perangkat lunak atau software mata-mata tersebut adalah:
Australia, Bahrain,
Bangladesh, Belanda, Brunei, Estonia, Ethiopia, India, Jepang, Jerman,
Kanada, Latvia, Malaysia, Meksiko, Mongolia, Republik Ceko, Qatar,
Serbia, Singapura, Turkmenistan, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika
Serikat, Vietnam dan Indonesia.
Semua negara ini menggunakan software yang sama untuk memata-matai penggunanya, yaitu FinFisher.
Software ini sendiri sebenarnya adalah piranti lunak yang dikembangkan oleh Gamma International dari Jerman dan dijual terbatas untuk kalangan aparat penegak hukum.
Dalam praktik sehari-hari, sebenarnya
FinFisher sendiri memang lebih banyak digunakan untuk penegakan hukum
sehingga aksesnya sangat dibatasi. Namun begitu, tercatat ada dua ISP
besar Indonesia yang juga menggunakan FinFisher, yaitu Biznet, Matrixnet Global (Mango-Net) dan Telkom.
Hal ini terlihat dari kumpulan alamat IP yang ditengarai menggunakan software ini. Mereka adalah:
Sementara itu, ketika dimintai keterangan
seputar hal ini, pihak Biznet yang diwakili Adi Kusma, CEO Biznet,
masih enggan untuk memberikan keterangannya melalui sambungan telepon
maupun pesan singkat.
Telkom dan Biznet jadi buah bibir di Twitter
Meski belum bisa diketahui kebenarannya,
laporan mengenai Telkom dan Biznet yang memata-matai para pengguna
layanannya tersebut ternyata menjadi perhatian tersendiri di masyarakat.
Hal ini setidaknya nampak dari lalu lintas Twitter Indonesia.
Menurut pantauan, ketika dicari berbagai “kicauan” dengan kata kunci Telkom dan Biznet secara bersamaan, ternyata muncul berbagai berita seputar isu kegiatan mata-mata ini.
Banyak dari tweeps yang melakukan tweet ulang berita terkait dan ada juga yang berkomentar terkait berita tersebut.
Seperti yang ditulis oleh @MasO*** (nama
sengaja disamarkan), mengatakan bahwa para pengguna internet sebaiknya
berhati-hati dengan hal ini. Senada dengan pernyataan tersebut,
@ivanazi*** juga menyatakan kekhawatirannya.
Meski begitu, ada pula yang pro dengan
apa yang dilakukan oleh Telkom maupun Biznet. “Kalau untuk kebaikan ya
gpp lah,” tulis @JustT***.
Berita seputar kegiatan mata-mata ini sendiri pertama kali diketahui setelah munculnya laporan dari Citizen Lab.
Organisasi yang berada di Toronto, Kanada, ini mencatat setidaknya ada
dua ISP Indonesia dan 24 negara lainnya di dunia sedang menggunakan
software FinFisher.
Software ini sendiri merupakan perangkat
lunak khusus untuk memata-matai kegiatan di dunia maya. Karena besarnya
dampak yang dihasilkan, FinFisher sendiri saat ini dibatasi penggunaannya hanya untuk penegakan hukum.
Apakah FinFisher itu?
Nama FinFisher mendadak mencuat
setelah Citizen Lab mengumumkan kalau perangkat lunak ini
‘disalahgunakan’ di 25 negara berbeda. Sebenarnya apa itu FinFisher?
Tidak banyak informasi yang bisa didapat dari situs resmi FinFisher, finfisher.com.
Mungkin karena software ini hanya ditujukan untuk mereka yang
berkepentingan saja, maka informasi seputar seluk beluknya pun ditutup
rapat.
Untungnya, sebuah media asing pernah
mengulas habis-habisan seputar software satu ini. Mulai dari latar
belakang penciptaannya sampai seberapa hebat perangkat lunak ini.
Seperti yang dilansir oleh New York Times (30/8/2012), keberadaan FinFisher yang dikenal juga dengan FinSpy
pertama kali diketahui dari jebolan insinyur Google, Morgan
Marquis-Boire yang bekerja sama dengan Bill Marczak. Bersama-sama, pada
pertengahan 2012 kemarin, mereka berhasil menemukan gerak-gerik sebuah
program yang mampu melacak situasi dunia maya bahkan hingga ke lima
benua berbeda sekaligus.
Temuan ini ternyata merupakan software FinFisher. Sebuah perangkat lunak yang dijual secara terbatas oleh Gamma International dan berharge sekitar 287,000 euros, atau US $353,000.
Kabarnya
perangkat lunak FinFisher ini mampu mengambil apapun yang diinginkan
pengguna. Mulai dari mengambil screenshot layar komputer sasaran,
merekam perbincangan Skype, menghidupkan kamera dan mikrofon, hingga
merekam segala input data, termasuk ketikan keyboard, yang dilakukan
sasaran.
Dengan begitu, seluruh aktivitas dunia
maya siapapun juga bisa diketahui secara detail jika menggunakan program
ini. Hal tersebut tentunya berbahaya jika yang dijadikan sasaran adalah
komputer milik institusi negara yang menyimpan dokumen-dokumen penting.
Oleh karenanya, penjualan FinFisher
sendiri sudah dibatasi sehingga tidak bisa digunakan oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab. Anehnya, sebuah temuan dari Citizen Lab menyatakan bahwa, ternyata program ini juga dipakai oleh Biznet dan Telkom!
Padahal, sudah jelas-jelas Biznet maupun Telkom
bukanlah badan negara yang memiliki kepentingan untuk menggunakan
software tersebut. Sehingga, jika memang benar-benar menggunakan
software ini, apa tujuan dari Telkom maupun Biznet?
Dua Kali “Kepergok”, Biznet Bantah Mereka Gunakan FinFisher
Dugaan bahwa Telkom dan Biznet memata-matai aktivitas pelanggannya dengan menggunakan software yang disebut FinFisher (berdasarkan laporan dari Citizen Lab) dalam laporannya tertanggal 13 Maret kemarin tersebut, pihak Citizen Lab mengatakan bahwa beberapa negara yang memanfaatkan ‘jasa layanan’ FinFisher atau software mata-mata besutan dari Gamma Group adalah untuk mempermudah dalam hal memata-matai aktivitas siapa saja.
Dalam laporan Citizen Lab, ternyata ada tiga perusahaan di Indonesia yang menggunakan FinFisher, yaitu:
PT Telkom, PT Matrixnet Global dan Biznet ISP.
Tentu saja dengan merebaknya berita ini,
banyak orang khususnya di Twitter mulai membicarakannya. Namun, ketika
dikonfirmasi ulang pihak Biznet membantah menggunakan FinSpy atau
FinFisher ini untuk memata-matai pelanggan mereka.
“Kita gak pasang system gitu (FinFisher).
Koq FinFisher, pasang sistem seperti Nawala saja, kita juga tidak
pernah,” ungkap pihak CEO Biznet, Adi Kusma (18/03/13).
Biznet juga menjelaskan bahwa mereka tidak tahu menahu soal data yang dikeluarkan oleh Citizen Lab tersebut. Untuk itu, Biznet akan meneliti lebih lanjut seputar hal ini dan melacak pengguna IP mereka tersebut.
Entah benar atau tidak apa yang mereka konfirmasikan, pada bulan Agustus 2012 lalu, Citizen Lab
juga telah merilis satu daftar berisi beberapa perusahaan pengguna
layanan FinFisher ini dari pelbagai negara yang salah satunya ternyata
adalah Biznet ISP.
Tampak pada kedua tabel: Pada tabel diatas, data dari Citizenlab.org menunjukkan penggunaan perangkat lunak FinFisher oleh Biznet ISP sejak 29 Agustus 2012. Dan pada tabel bawah data yang juga bersumber dari Citizenlab.org pada tanggal 13 Maret 2013, penggunaan aplikasi FinFisher juga dipakai oleh Telkom, Matrixnet Global dan Biznet ISP. Ketiganya dari ISP di Indonesia.
Menjadi suatu hal yang aneh. Di satu sisi
Biznet mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan layanan
tersebut, di sisi lain, Citizel Lab justru ‘memergoki’ sebanyak dua kali
bahwa ISP satu ini dari pertengahan 2012 dan awal 2013 menggunakan
FinFisher.
Setelah Biznet, Telkom juga bantah gunakan FinFisher
Setelah pihak Biznet mengatakan bahwa
mereka tidak pernah memakai apa itu yang dinamakan FinFisher, kini
Telkom juga membantah memakai software mata-mata tersebut.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
(Telkom) membantah memasang software pada server yang digunakan untuk
mengawasi trafik dan konten yang diakses para penggunanya.
Melalui Direktur Utamanya Arief Yahya,
Telkom menjelaskan kepada wartawan sekaligus Menteri BUMN Dahlan Iskan
bahwa tudingan penggunaan FInFisher oleh Telkom tersebut tidak benar.
Dalam hal ini, Dahlan Iskan ingin mengetahui duduk permasalahannya dan
di depan para wartawan, dia menghubungi Arief melalui telepon.
“Tudingan yang menyebutkan bahwa Telkom
memasang alat pengintai pada server sama sekali tidak benar.
Kami
memastikan Telkom tidak mempunyai aplikasi untuk memata-matai
pelanggan,” kata Arief Yahya melalui pengeras suara ponsel Dahlan Iskan,
seperti dikutip Antara (19/03/13) di Jakarta.
Arief juga mengatakan bahwa dalam artikel yang dimuat oleh Citizen Lab, University Toronto tersebut terkesan menyudutkan Telkom karena di dalamnya mencantumkan alamat internet protokol (IP) milik Telkom.
Arief Yahya mengakui ada artikel yang
menyebutkan alamat IP Telkom, tapi untuk mengidentifikasi lebih lanjut
siapa pihak yang berada di jaringan tersebut dibutuhkan izin dari
Kementerian Kominfo.
Menurutnya, permintaan untuk memblokir IP
yang disinyalir digunakan untuk mematai-matai pengguna tersebut harus
berdasarkan izin dari Kementerian Kominfo.
“Memblokir suatu jaringan harus melalui prosedur dan izin dari Indonesia Security Incident Response Team of Internet Infrastructure (ID-SIRTII),” kata Arief.
Ia menambahkan, selagi tidak ada izin
dari Menkominfo dan ID-SIRTII maka penelusuran pengguna alamat IP
tersebut tidak bisa dibuka.
Pihak Biznet juga membantah bahwa mereka
menggunakan software mata-mata itu di dalam servernya (18/03/13). Sampai
saat ini, Biznet masih menyelidiki siapa yang menanam software
tersebut.
Jika Terbukti Intai Pengguna, Telkom & Biznet Terancam 15 Tahun Penjara
Ternyata kasus soal Telkom dan Biznet yang diduga kuat oleh Citizen Lab dari Universitas Toronto,
Kanada, dengan cara menggunakan software mata-mata di servernya untuk
mengawasi trafik dan konten penggunanya di Indonesia ini, turut menyita
perhatian Kementerian Kominfo.
Kepala Pusat Informasi dan Humas
Kementerian Kominfo Gatot S Dewa Broto menilai informasi yang telah
beredar luas ini sebaiknya diverifikasi terlebih dahulu untuk
membuktikan kebenarannya.
“Namun jika verifikasi tersebut benar,
apa yang dilakukan oleh Telkom dan Biznet itu salah, karena melanggar
Pasal 40 UU Telekomunikasi,” paparnya di Jakarta, Senin (18/3/013).
Pasal 40 UU No.36 Tahun 1999 menyatakan:
“Bahwa setiap
orang dilarang melakukan penyadapan atas informasi yang disalurkan
melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun. Bagi yang melanggar
ketentuan tersebut diancam pidana penjara maksimal 15 tahun penjara.”
“Jika benar terbukti, tentu pemerintah
akan mengambil tindakan tegas, karena selain melanggar UU
Telekomunikasi, juga melanggar privasi seseorang tanpa alasan jelas,”
ujar Gatot lebih lanjut.
Meski demikian, Kementerian Kominfo tetap mengusung asas praduga tak bersalah
hingga ada pembuktian yang sahih atas kabar yang beredar ini. “Kami
yakin Telkom dan Biznet tidak berani melanggar UU tersebut,” tegas Gatot
coba meyakinkan.
Kabar tak sedap yang menerpa dua penyedia jasa internet besar di Indonesia itu bermula dari laporan terbaru yang dirilis oleh Citizen Lab, University Toronto dalam materi berjudul “You Only Click Twice: FinFisher’s Global Proliferation” seperti dikutip dalam situs Citizenlab.org.
Dalam laporannya ditemukan server komando dan kontrol untuk backdoors FinSpy di server kedua PJI. FinSpy merupakan bagian dari solusi pemantauan jarak jauh Gamma International FinFisher yang diduga sejauh ini telah digunakan oleh 25 negara.
Perlu diketahui, FinFisher adalah
perangkat lunak yang bisa diremote untuk mengawasi aktivitas pengguna
dikembangkan oleh Gamma International GmbH. Produk FinFisher dijual
secara eksklusif untuk menegakkan aturan terutama terkait dengan
penyadapan.
Walaupun dilindungi oleh hukum, tetapi
dalam praktiknya, software banyak digunakan untuk memata-matai para
aktivis yang beroposisi dengan pemerintah.
Baik Telkom maupun Biznet saat
dikonfirmasi oleh wartawan detikINET melalui Direktur Network Telkom,
Rizkan Chandra dan President Director Biznet Network, Adi Kusma telah
menyampaikan bantahannya.
Menurut Rizkan, tidak ada kebijakan dari
Telkom untuk memata-matai penggunanya seperti itu. Sementara Adi Kusma
mengaku akan menelusuri kasus ini lebih dalam lagi. “Nanti kita cek IP
siapa itu,” tandasnya.
Sekadar gambaran, FinFisher merupakan
software mata-mata yang mampu meremote aktivitas pengguna internet yang
ISP-nya telah disusupi.
Aplikasi FinFisher ini menangkap semua
informasi dari komputer yang terinfeksi, tak hanya jejaring sosial, tapi
juga seperti password, panggilan Skype bahkan mengirimkan informasi ke
server perintah & kontrol FinFisher.
Hal ini mirip proyek Big Brother
ala elite-elite Illuminati di negara-negara maju yang sering
menyalahgunakan kewenangan akses untuk menangkap pihak yang membongkar
bukti, rencana dan tujuan-tujuan busuk mereka dan yang juga bertentangan
dengan informasi dari mereka.
Lalu bagaimana dengan para penyedia jasa
provider ISP dan para jasa operator selular di Indonesia? Jika mereka
membantah tak memata-matai, lalu tabel dan bukti yang dikeluarkan oleh Citizen Lab itu apa? Sebuah lelucon April Mob?
Dengan alasan ini-itu, lalu apakah mereka juga ikut menjadi budak para elite dunia? Apakah mereka kaki tangan Big Brother?
Yang jelas apapun yang anda lakukan bahkan saat membacca artikel ini
melalui PC, laptop, komputer tablet dan gadget hingga ponsel di
genggaman tangan anda yang biasa anda bawa kemanapun anda pergi.
Seperti dikutip dari Bloomberg 2012,
Smartphone Android adalah perangkat termudah untuk dijangkiti spyware
bawaan atau varian lain dari FinSpy atau FinFisher. Memang ada
kemungkinan perangkat seperti iPhone atau BlackBerry juga mampu
terjangkiti, namun kemungkinannya lebih kecil dibandingkan dengan
Android.
Robert Maxwell, seorang teknisi IT dari tim Office of Information Technology Security,
menjelaskan, “Android sangat mudah untuk dijebol oleh spyware dan
malware bawaan FinFisher, karena sistem yang diberlakukan Google untuk
Android adalah bebas. Jadi siapa saja dapat mengunduh dan menginstal
software dari manapun sumbernya.”
Sebuah riset kecil yang dilakukan oleh tim CrackBerry
pada bulan Agustus 2012 lalu juga sependapat dengan apa yang dikatakan
Maxwell. Namun, dalam penelitian tersebut, BlackBerry mempunyai sisi
sekuritas yang lebih aman dibandingkan dengan perangkat lain sejenisnya.
“Walaupun ada kemungkinan bisa, namun
berdasarkan sifat dari spyware yang akan bergerak secara underground dan
beroperasi tanpa sepengetahuan pemilik perangkat, hal tersebut
nampaknya sulit untuk dapat dengan mudah menginjeksi BlackBerry.
Sistem sekuritas di BlackBerry telah
dirancang untuk mengintegrasikan persetujuan sang pemilik dengan
perangkat sebelum mengeksekusi sebuah penginstalan apapun itu, jelas
pihak CrackBerry. Namun apapun jenis perangkat yang anda pakai
untuk mengakses internet, mereka para “kaki tangan elite dunia” tetap
dapat berkata kepadamu, “I knew who you are, and where you are, because I’m watching you, always.”
“FinFisher spyware found running on computers all over the world”. (Citizenlab)
Indonesia dikatakan pula menjadi sasaran intel Australia sejak
pengeboman di Bali tahun 2002 lalu yang memakan korban tewas sebanyak
202 jiwa, termasuk 88 warga Australia.
Sebelumnya, President Director & CEO Indosat Alexander Rusli dalam keterangan tertulis pernah menyatakan bahwa Indosat telah mematuhi ketentuan lawful interception dan menyatakan tidak terlibat kerjasama dengan pihak asing untuk melakukan penyadapan.
Pada kesempatan lain, Menkominfo Tifatul
Sembiring menampik dugaan adanya keterlibatan operator telekomunikasi
Indonesia dalam tindak penyadapan yang dilakukan pihak asing.
Ia menyebut aksi penyadapan oleh intelijen asing mungkin dilakukan tanpa diketahui operator komunikasi.
Masalahnya, apakah seorang menteri tak pernah mengecek semua provider di Indonesia? Sungguh aneh! (baca: Big Brother Indonesia? Provider Mulai Intai Pelanggan!)
NSA Punya program mata-mata untuk sadap iPhone, Huawei dan untuk sadap koneksi Wireless
Kabar terbaru mengenai isu penyadapan ini kembali terkuak. Badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA) ternyata memiliki sebuah software untuk menyadap salah satu perangkat paling populer di Amerika, iPhone.
Informasi ini terungkap dari dokumen yang
dibocorkan ke publik. Di situ disebutkan bahwa NSA memiliki sebuah
program yang dijuluki dengan nama Dropout Jeep.
Dokumen yang diterbitkan oleh situs berita Jerman Spiegel Online itu menyebutkan bahwa Dropout Jeep memungkinkan NSA untuk menyadap informasi yang ada di perangkat iPhone.
Aplikasi spyware “Dropout Jeep” memungkinkan NSA untuk menyadap informasi yang ada di perangkat iPhone
Peneliti keamanan Jacob Appelbaum mengungkap dokumen tersebut pada acara Chaos Communication Congress ke-30 di Hamburg, Jerman.
Dengan Dropout Jeep, Apple bisa
menyadap informasi daftar kontak, membaca pesan teks, mengetahui lokasi
iPhone tersebut berada, mendengarkan voicemail bahkan mengaktifkan
kamera iPhone dan mikrofon!
Dropout Jeep saat ini terbatas
hanya bisa diinstal melalui “metode akses jarak dekat”. Ke depannya NSA
sedang mengembangkan cara agar dapat menginstal program itu secara jarak
jauh (remote).
Selain berbicara tentang Dropout Jeep, Appelbaum juga menyebutkan bocoran dokumen lain tentang program mata-mata (spyware) milik NSA yang lainnya. Dari hasil pencarian melalui search engine, data lain hanya didapat untuk gadget merk Huawei dan perangkat berkoneksi nirkabel atau wireless.
Selain dokumen rahasia tentang keberadaan aplikasi mirip spyware bernama Dropout Jeep untuk menyadap Apple, admin juga menemukan dokumen rahasia tentang penyadapan untuk merk gadget lainnya bernama Halluxwater untuk menyadap merk Huawei, dan juga dokumen penyadapan untuk jenis kategori koneksi lainnya yaitu Nightstand untuk menyadap pengguna nirkabel atau wirelees.
Keterangan ketiga gambar atas: dokumen rahasia NSA ‘Dropout Jeep’ untuk menyadap Apple (kiri) , ‘Halluxwater’ untuk menyadap merk Huawei (tengah) dan ‘Nightstand’ untuk menyadap pengguna nirkabel atau wirelees (klik pada gambar untuk memperbesar).
Admin meyakini masih ada dokumen-dokumen
rahasia sejenis untuk penyadapan merk gadget lainnya, dan juga jenis
koneksi lainnya. Namun sengat sulit untuk mendapatkannya karena
sepertinya memang disembunyikan dari publik. Tapi yang jelas semua gadgat buatan AS, seperti juga Blackberry pastinya sudah disadap!
Kembali kepada Appelbaum yang juga menyatakan bahwa setiap percobaan yang dilakukan untuk menguji spyware Dropout Jeep pada perangkat iOS memiliki tingkat kesuksesan 100 persen.
Terungkapnya informasi ini menimbulkan
spekulasi bahwa Apple diduga ikut terlibat membantu NSA dalam aksi
penyadapan terhadap produknya, meski sampai saat ini belum ada bukti
kuat yang menunjukkan hal itu.
Setiap
percobaan yang dilakukan untuk menguji spyware “Dropout Jeep” pada
perangkat iOS memiliki tingkat kesuksesan 100 persen menimbulkan
spekulasi bahwa Apple diduga ikut terlibat membantu NSA dalam aksi
penyadapan terhadap produknya.
Billy Lau, salah seorang peneliti keamanan di Georgia Tech mengatakan, meski Apple telah meningkatkan sistem keamanannya sejak 2008, tetap saja tidak kebal.
“Evasion jailbreak iOS 7
menyiratkan bahwa bagian dari OS (sistem operasi) itu telah
dieksploitasi dan memiliki beberapa implikasi keamanan yang mendalam,”
katanya kepada ABC News.
Di lain sisi, pengacara yang menangani masalah privasi di Internet Bradley Shear mengatakan, spyware NSA mungkin berada di luar kendali Apple serta di luar kendali perusahaan lain seperti Google dan Microsoft. “Saya pikir tidak ada perusahaan teknologi yang sadar (terkait penyadapan NSA -pen),” katanya lagi.
Fasilitas WiFi Bandara Jadi Alat Spionase NSA
Salah satu modus terbaru badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), dalam melakukan tindak pencurian data privasi pengguna perangkat komputasi juga kembali terungkap.