Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label Beras Plastik. Show all posts
Showing posts with label Beras Plastik. Show all posts

Polri dan BPOM Pastikan Beras Plastik Tidak Ada

 
Jenderal Badrodin Haiti. Foto: MI/Ramdani

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memastikan beras plastik tidak ada. Hal itu didasari hasil uji laboratorium Puslabfor Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan, laboratorium Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian.

"Dari hasil pemeriksaan di Sucofindo positif. Tapi di Puslabfor, BPOM, dan laboratorium Kemendag dan Kementan, negatif. Tidak ada unsur plastik," kata Badrodin usai bertemu Presiden di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (26/5/2015)

Lantaran ada perbedaan, Polri dan Kementan kemudian mendatangi laboratorium Sucofindo untuk mengambil sampel, kemudian diuji lagi di BPOM dan Puslabfor. "Setelah diperiksa di BPOM dan Puslabfor hasilnya negatif. Kami simpulkan beras plastik tidak ada," jelas Badrodin.

Hal sama ditegaskan Kepala BPOM Roy Sparingga. Roy menegaskan, hasil uji terhadap sampel yang dikirim Polri dan yang diperiksa Sucofindo sama-sama negatif. "Hasil uji kami negatif. Sample dari Sucofindo juga negatif," tegas Roy.

(Source)

Bahaya Jangka Pendek dan Jangka Panjang "Beras Plastik"

Pedagang beras di Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang, menunjukkan contoh beras yang sebenarnya, Kamis (21/5/2015) pagi. Pedagang beras harus menghadapi berbagai pertanyaan dari pembeli sejak ditemukannya beras plastik yang meresahkan masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan PT.Succofindo terhadap beras plastik yang ditemukan di Bekasi, Jawa Barat, menunjukkan adanya kandungan polyvinyl cholride (PVC) yang biasa terdapat di pipa, kabel, dan lantai.

Bukan hanya itu, beras tersebut juga mengandung tiga senyawa lain, yakni benzyl butyl phthalate (BBP), bis 2-ethylhexyl phtalate (DEHP), dan diisononyl phthalate (DINP). Ketiga zat ini biasa dipakai sebagai pelentur pada pipa dan kabel.

Jika ketiga zat kimia tersebut masuk ke dalam tubuh, maka senyawa tersebut bisa memicu mutasi genetik, meracuni saraf, dan menyebabkan kanker.

Dalam jangka pendek, keberadaan plastik di saluran cerna bisa mengakibatkan sembelit atau diare. Sementara itu, dalam jangka panjang, plastik tidak bisa dikeluarkan melalui kotoran dan akan memicu perubahan sel.

Dokter spesialis penyakit dalam, konsultan gastroenterologi Dr.Ari Fahrial Syam, mengatakan phtalate (DEHP) juga bisa menyebabkan kemandulan pada pria.

"Sementara pada wanita zat ini juga mengganggu sistem reproduksi sehingga bisa menyebabkan gangguan menstruasi. Bahkan pada suatu penelitian disebutkan kadar zat ini yang tinggi pada ibu melahirkan ternyata bayinya akan memiliki skrotum dan penis yang kecil," katanya.

Ari menambahkan, hal tersebut menunjukkan bahwa phtalate bisa menembus plasenta sehingga berbahaya jika dikonsumsi ibu hamil.

Untuk mengurangi efek samping berbahaya tersebut, Ari menyarankan untuk mengonsumsi banyak buah dan sayur-sayuran yang mengandung banyak vitamin, mineral, dan antioksidan.

Editor : Lusia Kus Anna

(Source)

Ada yang Janggal di Kasus Beras "Plastik", Pengusaha Duga Ada Persaingan Tak Sehat

Pedagang beras di Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang, menunjukkan contoh beras yang sebenarnya, Kamis (21/5/2015) pagi. Pedagang beras harus menghadapi berbagai pertanyaan dari pembeli sejak ditemukannya beras plastik yang meresahkan masyarakat.


Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia Nellys Soekidi menilai temuan beras yang diduga mengandung bahan plastik di Bekasi, Jawa Barat, sebagai bagian dari persaingan usaha yang tidak sehat. Polemik masalah ini telah membuat pedagang di pasar tradisional merugi.

Nellys mengatakan, ada beberapa hal yang tidak masuk logika dari polemik beras sintetis ini. Menurut dia, jika pencampuran beras dengan plastik disengaja untuk mendapatkan keuntungan, maka hal tersebut mustahil dilakukan.

"Kalau orang nyampur itu kan tujuannya keuntungan, sementara plastik ini lebih mahal dibanding beras,” kata Nellys dalam sebuah diskusi, Jakarta, Sabtu (23/5/2015).

Ia mengatakan, jaringan pedagang beras biasanya sudah memiliki pelanggan. Seperti halnya toko milik Sembiring, yang mengaku mendapatkan pasokan beras dari Karawang. Nelly sangat yakin bahwa Sembiring tidak tahu bahwa beras yang dijual mengandung bahan plastik.

Jika beras yang didapatkan oleh Dewi Septiani itu merupakan beras rekondisi, kata Nellys, beras-beras yang sudah hancur biasanya diubah menjadi tepung beras. Kalaupun kondisinya lebih buruk lagi, maka beras tersebut akan dijadikan pakan ternak.

Nellys yang sudah berkecimpung dalam perdagangan beras selama 26 tahun mengaku prihatin atas polemik ini. Akibat adanya isu beras plastik, kepercayaan konsumen terhadap pasar tradisional menurun. Omzet pedagang beras pun anjlok.

Perpadi mendorong kepolisian mengungkap motif di balik kasus ini. Menurut dia, mustahil bagi para produsen beras untuk mencampur dengan bahan yang harganya lebih tinggi dan mendapat risiko ditinggal pelanggan.
"Mungkin ada pihak-pihak lain yang membuat suasana menjadi seperti ini. Banyak kemungkinan," ujar dia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menyampaikan, dengan adanya kejadian ini, pedagang maupun konsumen seharusnya lebih berhati-hati dan cerdas dalam memilih produk yang akan dijual atau dikonsumsi. Namun, ia menyayangkan karena setiap kali ada kejadian bahan pangan tidak sehat, yang menjadi sasaran adalah pedagang kecil.

"Setiap ada seperti itu, yang jadi sasaran adalah pedagang kecil di pasar tradisional. Apakah pernah ada sidak di pasar modern?" kata Ngadiran.



Penulis: Estu Suryowati
Editor : Laksono Hari Wiwoho

(Source)

Wapres JK: Beras Plastik Bukan Masalah Besar

Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan beredarnya beras plastik. Menurut dia, beredarnya beras plastik ini bukan lah sebuah masalah besar.

"Saya yakin itu bukan sesuatu masalah besar karena motifnya kita tidak tahu," kata JK di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (23/5/2015).

JK memastikan, beras plastik ini muncul bukan karena masalah ekonomi. Sebab, harga beras belakangan ini relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.

"Saya tidak tau motifnya, tidak tahu berasnya macam mana. Tetapi saya pikir masyarakat tidak perlu khawatir lah," ujarnya.

JK menambahkan, masalah beras dengan campuran bahan palsu seperti ini sebenarnya sudah kerap terjadi. Salah satunya seperti yang terjadi di Bandung beberapa waktu lalu. Namun dia tidak menyebutkan kapan peristiwa penemuan beras palsu itu terjadi.

Informasi mengenai beras plastik mencuat setelah salah seorang penjual bubur di Bekasi, Dewi Septiani, melaporkan kasus itu. Dewi mengaku membeli enam liter beras yang diduga bercampur dengan beras plastik. Beras tersebut dia beli di salah satu toko langganannya.

Dewi memang biasa membeli beras dengan jenis yang sama di toko tersebut seharga Rp 8.000 per liter. Keanehan dari beras tersebut dia rasakan setelah mengolahnya menjadi bubur.

Beras plastik tersebut pun positif mengandung polyvinyl chloride yang merupakan bahan baku pipa, kabel, dan lantai.

Beras itu juga mengandung plastiser plastik seperti Benzyl Butyl Phtalate (BBT), Bis 2-ethylhexyl Phtalate (DEHP), dan Diisononyl Phtalate (DNIP).

Ketiga bahan tersebut merupakan pelembut yang biasa digunakan bersamaan dengan polyvinyl chloride. Tujuannya agar pipa atau kabel mudah dibentuk.

 

Penulis: Ihsanuddin
Editor : Desy Afrianti

(Source)

Kapolri Bentuk Tim Khusus untuk Usut Beras Plastik

Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, saat ditemui di Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (22/5/2015).

Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengatakan, Polri membentuk tim khusus untuk mengusut temuan beras berbahan plastik yang beredar di pasaran. Anggota tim khusus terdiri dari personel Polri dan Polda.

"Kami membentuk tim. Anggotanya tingkatan Mabes Polri hingga di Polda untuk mengusut beras plastik," ujar Badrodin, saat dihubungi, Senin (25/5/2015).

Badrodin mengaku belum melihat secara langsung fisik beras plastik. Ia meminta masyarakat tidak resah atas informasi yang beredar saat ini.

"Kami masih menunggu hasil laboratorium dari pemeriksaan beras yang diduga plastik itu," ujar Badrodin.

Kasus peredaran beras plastik ini masih dalam tahap penyelidikan. Jika penelitian Pusat Laboratorium Forensik Polri menyatakan beras memang dipalsukan, pelakunya akan diusut.

"Ini dulu yang sedang kami dalami, apakah benar atau hanya isu saja itu," ujar Badrodin.

Kasus beras plastik ini diawali dari tindakan jajaran Kepolisian Sektor Bantargebang, Bekasi, yang menutup sebuah toko yang diduga menjual beras sintetis kepada Dewi Septiani, penjual bubur di Mutiara Gading Timur. Penutupan itu dilakukan sebagai tindak lanjut dari laporan warga dan juga kabar yang beredar di media sosial mengenai peredaran beras sintetis di Bekasi.

Selain menutup toko, polisi juga mengambil sampel beberapa karung beras untuk diuji di laboratorium. Keaslian dari beras itu akan dipastikan setelah hasil tes keluar. Hingga saat ini, polisi belum dapat memastikan keaslian beras tersebut.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat untuk bersabar dan tidak gegabah dalam menanggapi kasus beras sintetis. Jokowi juga meminta media untuk tidak membesar-besarkan masalah beras sintetis karena masih dalam tahap penelitian para ahli.

"Kamu enggak usah gede-gedein, wong di satu tempat saja kok. Ini baru dilihat di labnya IPB, di labnya BPOM. Kalau sudah kami simpulkan, baru kita bicara. Jangan semua bicara, semua bicara, tetapi membesarkan masalah saja," kata Jokowi saat mengikuti car free day di Solo, Minggu (24/5/2015).

 

Penulis: Fabian Januarius Kuwado
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

(Source)

Ketakutan Kasus Beras Plastik, Masak Nasi Lembek lalu Lapor Polisi

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti

Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengatakan, pemberitaan mengenai beras plastik yang marak di media membuat kekhawatiran masyarakat menjadi berlebihan. Ia mengatakan, masyarakat di daerah melaporkan dugaan penemuan beras plastik karena curiga beras yang dimasaknya memiliki ciri-ciri sebagaimana diberitakan media.

"Ada bagian dari pengaruh media yang gencar memberitakan. Masyarakat merasa ada nanak nasi yang kebanyakan air, nasinya lembek, kemudian lapor ke polisi," ujar Badrodin di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (26/5/2015).

Badrodin mencontohkan, di Sumatera Utara, ada pengaduan masyarakat mengenai dugaan beras plastik yang dikonsumsi keluarganya. Ia mengatakan, orang tersebut mengeluh anaknya yang sakit setelah memakan nasi yang dimasaknya. Ternyata, setelah dilakukan pemeriksaan medis, anak tersebut menderita tifus.

"Karena menurut orangtuanya, ini akibat makan nasi yang diduga beras plastik. Tapi, ternyata, setelah dilakukan pemeriksaan intensif oleh dokter, yang bersangkutan tifus," kata Badrodin.

Badrodin mengatakan, kepolisian melakukan pengecekan ke setiap daerah terkait dugaan adanya beras plastik tersebut. Polri telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk menindaklanjuti temuan-temuan itu.

"Sudah pasti kita imbau masyarakat. Kalau ada hal-hal yang dirugikan, khususnya konsumen, silakan melaporkan. Nanti kita akan telusuri apakah benar ada hal yang di luar kewajaran itu," kata Badrodin.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya meminta masyarakat sabar dan tidak gegabah dalam menanggapi kasus beras sintetis. Jokowi juga meminta media untuk tidak membesar-besarkan masalah beras sintetis karena masih dalam tahap penelitian para ahli.




Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Editor : Sandro Gatra

(Source)

Jokowi Minta Kasus Beras Plastik Jangan Dibesar-besarkan

Presiden Joko Widodo berfoto bersama warga saat menghadiri penyerahan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Kantor Pos Kampung Melayu, Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Rabu (13/5/2015).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat sabar dan tidak gegabah dalam menanggapi kasus beras sintetis. Jokowi juga meminta media untuk tidak membesar-besarkan masalah beras sintetis karena masih dalam tahap penelitian para ahli.

"Kamu enggak usah gede-gedein, wong di satu tempat saja kok. Ini baru dilihat di labnya IPB, di labnya BPOM. Kalau sudah kami simpulkan, baru kita bicara. Jangan semua bicara, semua bicara, tetapi membesarkan masalah saja," kata Jokowi saat mengikuti car free day di Solo, Minggu (24/5/2015).
Jokowi menegaskan akan mencari akar masalah beras sintetis tersebut.

"Yang paling penting, akar masalahnya apa? Dicek bener. Apakah hanya di Bekasi atau hanya di satu warung saja? Motivasinya apa?" katanya.

Jokowi meragukan peredaran beras plastik tersebut dilatarbelakangi mencari keuntungan karena harga plastik lebih mahal daripada beras.

"Secara logika, enggak masuk kalau motifnya mencari untung karena harga plastik lebih mahal dari beras," katanya.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Yusni Emilia Harahap, seperti dikutip harian Kompas, mengatakan, kasus beras sintetis perlu dituntaskan agar tidak meresahkan masyarakat dan pedagang.

Kasus ini juga menunjukkan bahwa keamanan dan tata niaga pangan perlu diperbaiki. Asal-usul semua beras yang beredar harus bisa ditelusuri melalui pendaftaran merek dan pelaku usaha. Lokasi pengemasan beras pun harus terdaftar sehingga terkontrol.

Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Beras Indonesia Wilayah DKI Jakarta Nellys Soekidi serta Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Ngadiran mengatakan, kasus beras sintetis menyebabkan pendapatan pedagang beras turun sekitar 30 persen. Banyak konsumen yang memilih membeli beras hanya di toko modern daripada di pasar tradisional.


Penulis: Kontributor Surakarta, M Wismabrata
Editor : Sandro Gatra 

(Source)

Pemerintah Diminta Ungkap Hasil Uji Lab BPOM Terkait Beras Plastik

Murbiah, istri sunarmo saat menujukan beras yang dicurigai mwngumpal dan lengket seperti plastik saat usai dibakar api.

Komisi Informasi Pusat meminta pemerintah segera menyampaikan kepada masyarakat hasil uji laboratorium dugaan beras plastik yang diuji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Komisioner KIP Rumadi Ahmad mengatakan, informasi tersebut perlu segera diketahui publik untuk melindungi kesehatan masyarakat dari kandungan berbahaya dalam beras plastik tersebut.

"Segala informasi yang terkait dengan beras plastik, termasuk hasil uji laboratorium BPOM jangan dirahasiakan karena masyarakat sangat butuh informasi itu," ujar Rumadi melalui siaran pers, Selasa (26/5/2015).

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menjamin hak masyarakat untuk memperoleh informasi, termasuk informasi mengenai beras plastik. Jika tidak segera diinformasikan, Rumadi khawatir masyarakat akan semakin bimbang dan gelisah akan adanya rumor tersebut.



“Informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum, termasuk informasi publik yang wajib diumumkan secara serta merta sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10 UU KIP,” kata Rumadi.

Dengan demikian, pemerintah tidak beralasan untuk merahasiakan hasil uji lab BPOM yang dibutuhkan masyarakat. Menurut dia, kendati hasil tersebut akan dijadikan dasar penyelidikan oleh Polri, masyarakat tetap perlu menerima informasi secara terbuka.

"Informasi itu tidak boleh dirahasiakan karena justru dapat semakin menggelisahkan masyarakat," kata dia.

Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti sebelumnya mengatakan, pemberitaan mengenai beras plastik yang marak di media membuat kekhawatiran masyarakat menjadi berlebihan. 

Ia mengatakan, masyarakat di daerah melaporkan dugaan penemuan beras plastik karena curiga beras yang dimasaknya memiliki ciri-ciri sebagaimana diberitakan media.


Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Editor : Sandro Gatra
 
(Source)

Kasus beras plastik Indonesia jadi perhatian dunia

Beras Palsu. ©instagram.com/dewinurizza

Badan Penelitian Obat dan Makanan (BPOM) mengaku kasus beras plastik di Indonesia kini sudah menjadi perhatian pihak lembaga International Food safety Authorities Network (INFOSAN) World Health Organization (WHO). Pihaknya telah berkoordinasi dengan Infosan WHO guna mencari informasi apakah beras oplosan plastik tersebut juga ditemui di negara lain.

"BPOM sebagai emergency kontak Infosan pusat, menanyakan apakah ada kasus serupa saat ini di negara selain Indonesia," tutur Kepala BPOM Roy Sparingga di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (22/5).

"Setelah mendapatkan informasi tersebut bahwa tidak ada laporan adanya temuan beras plastik di negara lain," tambahnya.

Tak hanya itu, lanjut Roy, pihaknya juga menanyakan kepada Infosan pusat apakah terdapat temuan beras plastik di negara China. Pasalnya, beras yang tersebar di Indonesia diduga berasal dari negara Tirai Bambu tersebut.

"Belum ditemukan juga setelah ditanyakan regulator negara yang diduga beras plastik ini berasal. Namun, tentu ini menjadi perhatian WHO dan Infosan pusat," tandasnya.

Dia mengaku akan merampungkan uji laboratorium sample beras plastik hari ini. Sample tersebut berasal dari Disperindag Pemkot Bekasi.

"Insya allah hari ini selesai. Hasilnya disampaikan kepada Polri," ujarnya.

(Source)

Menteri Perdagangan (Mendag) sebut warga bongkar beras berbahan plastik konsumen cerdas

Menteri Rahmat Gobel ke Pasar Cipinang. ©2014 merdeka.com/imam buhori

Menteri Perdagangan Rahmat Gobel mengapresiasi Dewi Setiani, warga Bekasi yang berani melaporkan temuan beras berbahan plastik. Rahmat menilai peran dari masyarakat sangat penting dalam mengantisipasi beredarnya bahan makanan tidak layak.

"Pemerintah apresiasi kepada ibu Dewi Setiani jadi konsumen cerdas," ujar Rahmat kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (22/5).

Rahmat mengatakan sebagai upaya antisipasi pihaknya bakal berkoordinasi dengan stakeholder terkait agar kasus seperti ini tidak meluas. "Kontrol publik, pemerintah bisa segera koordinasi dan antisipasi agar beras sintetis tersebut enggak meluas," tuturnya.

Selain itu, lanjut Rahmat, para pedagang eceran juga diminta turut berperan aktif serta kritis dalam mengawal komoditas pangan dan non pangan.

"Kemendag sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian, BPOM, Bea Cukai, Disperindag Bekasi, dan Kepolisian Bekasi, untuk antisipasi beredarnya komoditas pangan yang merugikan kesehatan masyarakat, merusak ekonomi pedagang dan petani," tandasnya.

(Source)

Seknas Jokowi: Beras plastik pengalihan isu peringatan Harkitnas


Seknas Jokowi menyatakan kabar peredaran beras plastik hanyalah isu semata. Hal itu karena bahan plastik tidak akan mengental seperti bubur jika dimasak.

Kabar tentang beras plastik, menurut Seknas Jokowi tidak jelas kebenarannya. Uji sampel yang dilakukan Sucofindo yang jadi dasar Pemkot Bekasi hanya mengatakan cuma tercemar senyawa plastik dan belum ada uji sampel dari BPPOM.

"Beras plastik cuma pengalihan isu apalagi ini bulan Mei di mana ada Harkitnas dan peringatan reformasi," kata Ketua Seknas Jokowi, M Yamin di Warung Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Jumat (22/5).

Senada, Kepala Media Center Seknas Jokowi, Fajar meragukan peredaran beras plastik yang diduga dicampur dengan ubi dan kentang. Jika produksinya berasal dari ubi da kentang akan memakan biaya yang lebih tinggi.

"Tidak mungkin dari ubi dan kentang karena cost produksinya akan lebih besar dari beras biasa," terang dia.

Sementara itu, Senin (25/5), Seknas Jokowi bersama Mendag Rahmat Gobel akan melakukan sidak di Pasar Cipinang. Para pedagang beras di sana mengaku resah karena omsetnya turun dengan berita beras plastik tersebut.

(Source)

Beras plastik juga beredar di Pekanbaru, warga geger

Beras Palsu. ©instagram.com/dewinurizza

Warga kota Pekanbaru merasa khawatir akan kesehatannya. Sebab beras palsu yang dioplos dari plastik mulai beredar di Pekanbaru dan sekitarnya memasuki suasana bulan suci Ramadan.

Salah seorang warga Pekanbaru bernama Desi, mengaku beras yang diduga palsu yang dibelinya terasa lebih tawar dan tidak berbau wangi seperti beras aslinya. Menurutnya, beras oplosan itu lebih putih dan lebih halus dari beras yang asli.

"Sewaktu masak bubur, saya heran kok nasinya malah ngendap di bawah, airnya ke atas. Jadi enggak menyatu. Lalu saya masak lagi ditambah airnya, berasnya malah pecah," ujar Desi, Rabu (20/5).

Merasa penasaran, Desi bertanya kepada tetangga dan ternyata benar, bukan hanya dirinya, hampir semua warga Pekanbaru tengah heboh soal beras oplosan. "Ternyata tetangga saya juga tahu ada beras palsu itu," kata pemilik salah satu warung nasi di Jalan Ahmad Yani, Pekanbaru itu.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau M Firdaus saat dikonfirmasi mengingatkan agar masyarakat untuk pandai memilah beras saat berbelanja di Pasar. "Ini sebuah fenomena baru. Kita akan cek ke lapangan terlebih dahulu. Kita harus tahu dari mana sumbernya," kata Firdaus, Rabu (20/5).

Firdaus meminta agar warga kota Pekanbaru tidak terlalu cemas atas kejadian tersebut. "Warga yang berbelanja harus pandai memilah mana beras yang asli atau palsu," kata dia.

Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Pekanbaru dalam waktu dekat akan meninjau gudang beras dan melihat di pasaran. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

"Kita baru terima laporannya. Nanti akan kita tinjau. Kita akan berkoordinasi dengan BPOM. Karena BPOM yang bisa membedakan beras oplosan dan yang asli," tandasnya.

(Source)

Sofyan Djalil Kaget Ada Beras Impor Bercampur Plastik

Pekerja mengangkat beras di gudang Bulog, Jakarta. (Investor Daily)

Menko Perekonomian, Sofyan Djalil, terkejut mendengar kabar adanya beras impor dari Tiongkok bercampur plastik dan kentang.

Dia mengaku sama sekali tidak tahu keberadaan beras 'aneh' itu dan baru mendengar kabar itu dari wartawan.

"Hah? Dari mana? Saya belum mendengar itu," kata Sofyan usai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan dengan 119 direktur utama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Istana Negara, Jakarta, Senin (18/5).

Dia mengaku akan menanyakan kepada Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, tentang kebenaran berita itu. Di sisi lain, Sofyan juga meminta wartawan mengkonfirmasikan hal serupa kepada menteri terkait.
"Saya tidak tahu. Tanya ke Mendag. Oke ya‎," kata dia.


Novy Lumanauw/FER

(Source)

Hati-Hati, Beras Plastik Bisa Picu Kanker

Salah seorang pedagang menunjukan jenis beras sentra ramos di Pasar Tanah Merah Mutiara Gading Timur, Mustika Jaya, Bekasi, Jawa Barat, 19 Mei 2015 (Antara/Risky Andrianto) 

Awal pekan ini, masyarakat kembali dibuat resah dengan beredarnya beras impor yang diduga mengandung plastik (sintesis). Jika dilihat dari sisi kesehatan, konsumsi plastik bisa sangat membahayakan.

Inge Permadi, spesialis gizi klinik dari MRCCC Siloam Hosiptals Semanggi, plastik merupakan salah satu benda asing yang berbahaya untuk dikonsumsi. Bila masuk ke dalam saluran cerna, plastik akan sulit sekali diproses.

"Karena tidak bisa dicerna dan tidak bisa keluar dengan cepat, akibatnya plastik tersebut akan tetap berada di saluran cerna. Ini bisa menyebabkan kelainan atau perubahan sel, dan lama kelamaan bisa menyebabkan kanker," kata Inge di Senayan City, Jakarta, Selasa (19/5).

Beras yang diduga mengandung plastik ini pertamakali ditemukan Dewi Septiani (29), pedagang nasi uduk dan bubur ayam di Perumahan Mutiara Gading Timur, Kelurahan Mustikajaya, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Menurut pengakuan Dewi, perbedaan dengan beras asli sangat tampak terlihat sebelum dan sesudah beras plastik dimasak. Butiran beras yang diduga plastik berwarna bening, sementara beras asli berwarna bening bercampur putih susu.

"Beras plastik yang dimasak untuk dijadikan bubur, tidak hancur. Padahal memasak beras asli dengan durasi waktu dan ukuran air yang sama, sudah hancur menjadi bubur," ungkap Dewi, yang mengaku membeli beras tersebut di Pasar Mutiara Gading Timur.

Herman/FAB

(Source)

Ini ciri-ciri beras plastik yang beredar di Indonesia


Beredarnya beras plastik di Indonesia kini meresahkan warga, mengingat mayoritas penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Parahnya, beras ini sekilas tak jauh berbeda dengan beras-beras asli di Indonesia.

Dewi Setiani, warga Bekasi, Jawa Barat menemukan sejumlah keanehan dengan beras yang dibelinya. Sehingga dia menduga bahwa beras tersebut adalah beras palsu yang terbuat dari plastik.

"Kemarin saya beli beras di pasar. Seperti biasa saya membeli beras ini kiloan dengan harga Rp 8000 per kilo. Tapi saat saya beli ini engga seperti beras yang saya konsumsi sebelumnya," kata Dewi ketika dihubungi merdeka.com, Senin (18/5).

Dugaan tersebut muncul ketika dia mengolah beras itu menjadi bubur untuk dia santap esok paginya. Namun setelah didiamkan beberapa jam, bubur ini pun berbentuk aneh.

"Seperti biasa tadi malam saya masak bubur buat besok pagi. Tapi saat tadi saya mau memanaskan buburnya, bentuknya jadi beda. Biasanya kan bubur kan kalau udah dingin bentuknya mengental dan menyatu, tapi kalau ini dia berbentuk buliran dan seperti belum matang," imbuh Dewi.

Selain bubur, Dewi juga sempat menanak beras itu untuk dijadikan nasi uduk, namun keanehan pun kembali dia temukan. "Saat dimasak beras itu malah ngeluarin banyak air. Kalau beras biasa kan meresap air tapi ini malah ngeluarin air. Saat dimakan juga rasanya aneh, sintetisnya berasa banget kayak kita makan plastik," jelasnya.

Setelah menemukan keanehan-keanehan itu, Dewi memeriksa penampilan beras tersebut. Sekilas, beras itu tampak tak jauh berbeda dengan beras pada umumnya, namun ketika dilihat lebih dekat maka akan terlihat jelas perbedaannya.

"Beras yang asli kan dia putih tapi tengah-tengahnya ada putih susunya. Tapi kalau beras ini tuh dia putih bening saja," ungkap Dewi.

Dewi berharap, kejadian ini tidak akan dialami oleh warga lain karena sangat merugikan dan membahayakan.

(Source)

Terkait Berita: