Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label BPOM. Show all posts
Showing posts with label BPOM. Show all posts

Polri dan BPOM Pastikan Beras Plastik Tidak Ada

 
Jenderal Badrodin Haiti. Foto: MI/Ramdani

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memastikan beras plastik tidak ada. Hal itu didasari hasil uji laboratorium Puslabfor Polri, Badan Pengawas Obat dan Makanan, laboratorium Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian.

"Dari hasil pemeriksaan di Sucofindo positif. Tapi di Puslabfor, BPOM, dan laboratorium Kemendag dan Kementan, negatif. Tidak ada unsur plastik," kata Badrodin usai bertemu Presiden di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (26/5/2015)

Lantaran ada perbedaan, Polri dan Kementan kemudian mendatangi laboratorium Sucofindo untuk mengambil sampel, kemudian diuji lagi di BPOM dan Puslabfor. "Setelah diperiksa di BPOM dan Puslabfor hasilnya negatif. Kami simpulkan beras plastik tidak ada," jelas Badrodin.

Hal sama ditegaskan Kepala BPOM Roy Sparingga. Roy menegaskan, hasil uji terhadap sampel yang dikirim Polri dan yang diperiksa Sucofindo sama-sama negatif. "Hasil uji kami negatif. Sample dari Sucofindo juga negatif," tegas Roy.

(Source)

Kapolri Bentuk Tim Khusus untuk Usut Beras Plastik

Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, saat ditemui di Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (22/5/2015).

Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengatakan, Polri membentuk tim khusus untuk mengusut temuan beras berbahan plastik yang beredar di pasaran. Anggota tim khusus terdiri dari personel Polri dan Polda.

"Kami membentuk tim. Anggotanya tingkatan Mabes Polri hingga di Polda untuk mengusut beras plastik," ujar Badrodin, saat dihubungi, Senin (25/5/2015).

Badrodin mengaku belum melihat secara langsung fisik beras plastik. Ia meminta masyarakat tidak resah atas informasi yang beredar saat ini.

"Kami masih menunggu hasil laboratorium dari pemeriksaan beras yang diduga plastik itu," ujar Badrodin.

Kasus peredaran beras plastik ini masih dalam tahap penyelidikan. Jika penelitian Pusat Laboratorium Forensik Polri menyatakan beras memang dipalsukan, pelakunya akan diusut.

"Ini dulu yang sedang kami dalami, apakah benar atau hanya isu saja itu," ujar Badrodin.

Kasus beras plastik ini diawali dari tindakan jajaran Kepolisian Sektor Bantargebang, Bekasi, yang menutup sebuah toko yang diduga menjual beras sintetis kepada Dewi Septiani, penjual bubur di Mutiara Gading Timur. Penutupan itu dilakukan sebagai tindak lanjut dari laporan warga dan juga kabar yang beredar di media sosial mengenai peredaran beras sintetis di Bekasi.

Selain menutup toko, polisi juga mengambil sampel beberapa karung beras untuk diuji di laboratorium. Keaslian dari beras itu akan dipastikan setelah hasil tes keluar. Hingga saat ini, polisi belum dapat memastikan keaslian beras tersebut.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat untuk bersabar dan tidak gegabah dalam menanggapi kasus beras sintetis. Jokowi juga meminta media untuk tidak membesar-besarkan masalah beras sintetis karena masih dalam tahap penelitian para ahli.

"Kamu enggak usah gede-gedein, wong di satu tempat saja kok. Ini baru dilihat di labnya IPB, di labnya BPOM. Kalau sudah kami simpulkan, baru kita bicara. Jangan semua bicara, semua bicara, tetapi membesarkan masalah saja," kata Jokowi saat mengikuti car free day di Solo, Minggu (24/5/2015).

 

Penulis: Fabian Januarius Kuwado
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

(Source)

Jokowi Minta Kasus Beras Plastik Jangan Dibesar-besarkan

Presiden Joko Widodo berfoto bersama warga saat menghadiri penyerahan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Kantor Pos Kampung Melayu, Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, Rabu (13/5/2015).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat sabar dan tidak gegabah dalam menanggapi kasus beras sintetis. Jokowi juga meminta media untuk tidak membesar-besarkan masalah beras sintetis karena masih dalam tahap penelitian para ahli.

"Kamu enggak usah gede-gedein, wong di satu tempat saja kok. Ini baru dilihat di labnya IPB, di labnya BPOM. Kalau sudah kami simpulkan, baru kita bicara. Jangan semua bicara, semua bicara, tetapi membesarkan masalah saja," kata Jokowi saat mengikuti car free day di Solo, Minggu (24/5/2015).
Jokowi menegaskan akan mencari akar masalah beras sintetis tersebut.

"Yang paling penting, akar masalahnya apa? Dicek bener. Apakah hanya di Bekasi atau hanya di satu warung saja? Motivasinya apa?" katanya.

Jokowi meragukan peredaran beras plastik tersebut dilatarbelakangi mencari keuntungan karena harga plastik lebih mahal daripada beras.

"Secara logika, enggak masuk kalau motifnya mencari untung karena harga plastik lebih mahal dari beras," katanya.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Yusni Emilia Harahap, seperti dikutip harian Kompas, mengatakan, kasus beras sintetis perlu dituntaskan agar tidak meresahkan masyarakat dan pedagang.

Kasus ini juga menunjukkan bahwa keamanan dan tata niaga pangan perlu diperbaiki. Asal-usul semua beras yang beredar harus bisa ditelusuri melalui pendaftaran merek dan pelaku usaha. Lokasi pengemasan beras pun harus terdaftar sehingga terkontrol.

Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Beras Indonesia Wilayah DKI Jakarta Nellys Soekidi serta Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Ngadiran mengatakan, kasus beras sintetis menyebabkan pendapatan pedagang beras turun sekitar 30 persen. Banyak konsumen yang memilih membeli beras hanya di toko modern daripada di pasar tradisional.


Penulis: Kontributor Surakarta, M Wismabrata
Editor : Sandro Gatra 

(Source)

Pemerintah Diminta Ungkap Hasil Uji Lab BPOM Terkait Beras Plastik

Murbiah, istri sunarmo saat menujukan beras yang dicurigai mwngumpal dan lengket seperti plastik saat usai dibakar api.

Komisi Informasi Pusat meminta pemerintah segera menyampaikan kepada masyarakat hasil uji laboratorium dugaan beras plastik yang diuji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Komisioner KIP Rumadi Ahmad mengatakan, informasi tersebut perlu segera diketahui publik untuk melindungi kesehatan masyarakat dari kandungan berbahaya dalam beras plastik tersebut.

"Segala informasi yang terkait dengan beras plastik, termasuk hasil uji laboratorium BPOM jangan dirahasiakan karena masyarakat sangat butuh informasi itu," ujar Rumadi melalui siaran pers, Selasa (26/5/2015).

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menjamin hak masyarakat untuk memperoleh informasi, termasuk informasi mengenai beras plastik. Jika tidak segera diinformasikan, Rumadi khawatir masyarakat akan semakin bimbang dan gelisah akan adanya rumor tersebut.



“Informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum, termasuk informasi publik yang wajib diumumkan secara serta merta sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10 UU KIP,” kata Rumadi.

Dengan demikian, pemerintah tidak beralasan untuk merahasiakan hasil uji lab BPOM yang dibutuhkan masyarakat. Menurut dia, kendati hasil tersebut akan dijadikan dasar penyelidikan oleh Polri, masyarakat tetap perlu menerima informasi secara terbuka.

"Informasi itu tidak boleh dirahasiakan karena justru dapat semakin menggelisahkan masyarakat," kata dia.

Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti sebelumnya mengatakan, pemberitaan mengenai beras plastik yang marak di media membuat kekhawatiran masyarakat menjadi berlebihan. 

Ia mengatakan, masyarakat di daerah melaporkan dugaan penemuan beras plastik karena curiga beras yang dimasaknya memiliki ciri-ciri sebagaimana diberitakan media.


Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Editor : Sandro Gatra
 
(Source)

Kasus beras plastik Indonesia jadi perhatian dunia

Beras Palsu. ©instagram.com/dewinurizza

Badan Penelitian Obat dan Makanan (BPOM) mengaku kasus beras plastik di Indonesia kini sudah menjadi perhatian pihak lembaga International Food safety Authorities Network (INFOSAN) World Health Organization (WHO). Pihaknya telah berkoordinasi dengan Infosan WHO guna mencari informasi apakah beras oplosan plastik tersebut juga ditemui di negara lain.

"BPOM sebagai emergency kontak Infosan pusat, menanyakan apakah ada kasus serupa saat ini di negara selain Indonesia," tutur Kepala BPOM Roy Sparingga di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (22/5).

"Setelah mendapatkan informasi tersebut bahwa tidak ada laporan adanya temuan beras plastik di negara lain," tambahnya.

Tak hanya itu, lanjut Roy, pihaknya juga menanyakan kepada Infosan pusat apakah terdapat temuan beras plastik di negara China. Pasalnya, beras yang tersebar di Indonesia diduga berasal dari negara Tirai Bambu tersebut.

"Belum ditemukan juga setelah ditanyakan regulator negara yang diduga beras plastik ini berasal. Namun, tentu ini menjadi perhatian WHO dan Infosan pusat," tandasnya.

Dia mengaku akan merampungkan uji laboratorium sample beras plastik hari ini. Sample tersebut berasal dari Disperindag Pemkot Bekasi.

"Insya allah hari ini selesai. Hasilnya disampaikan kepada Polri," ujarnya.

(Source)

Menteri Perdagangan (Mendag) sebut warga bongkar beras berbahan plastik konsumen cerdas

Menteri Rahmat Gobel ke Pasar Cipinang. ©2014 merdeka.com/imam buhori

Menteri Perdagangan Rahmat Gobel mengapresiasi Dewi Setiani, warga Bekasi yang berani melaporkan temuan beras berbahan plastik. Rahmat menilai peran dari masyarakat sangat penting dalam mengantisipasi beredarnya bahan makanan tidak layak.

"Pemerintah apresiasi kepada ibu Dewi Setiani jadi konsumen cerdas," ujar Rahmat kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (22/5).

Rahmat mengatakan sebagai upaya antisipasi pihaknya bakal berkoordinasi dengan stakeholder terkait agar kasus seperti ini tidak meluas. "Kontrol publik, pemerintah bisa segera koordinasi dan antisipasi agar beras sintetis tersebut enggak meluas," tuturnya.

Selain itu, lanjut Rahmat, para pedagang eceran juga diminta turut berperan aktif serta kritis dalam mengawal komoditas pangan dan non pangan.

"Kemendag sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian, BPOM, Bea Cukai, Disperindag Bekasi, dan Kepolisian Bekasi, untuk antisipasi beredarnya komoditas pangan yang merugikan kesehatan masyarakat, merusak ekonomi pedagang dan petani," tandasnya.

(Source)

Seknas Jokowi: Beras plastik pengalihan isu peringatan Harkitnas


Seknas Jokowi menyatakan kabar peredaran beras plastik hanyalah isu semata. Hal itu karena bahan plastik tidak akan mengental seperti bubur jika dimasak.

Kabar tentang beras plastik, menurut Seknas Jokowi tidak jelas kebenarannya. Uji sampel yang dilakukan Sucofindo yang jadi dasar Pemkot Bekasi hanya mengatakan cuma tercemar senyawa plastik dan belum ada uji sampel dari BPPOM.

"Beras plastik cuma pengalihan isu apalagi ini bulan Mei di mana ada Harkitnas dan peringatan reformasi," kata Ketua Seknas Jokowi, M Yamin di Warung Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Jumat (22/5).

Senada, Kepala Media Center Seknas Jokowi, Fajar meragukan peredaran beras plastik yang diduga dicampur dengan ubi dan kentang. Jika produksinya berasal dari ubi da kentang akan memakan biaya yang lebih tinggi.

"Tidak mungkin dari ubi dan kentang karena cost produksinya akan lebih besar dari beras biasa," terang dia.

Sementara itu, Senin (25/5), Seknas Jokowi bersama Mendag Rahmat Gobel akan melakukan sidak di Pasar Cipinang. Para pedagang beras di sana mengaku resah karena omsetnya turun dengan berita beras plastik tersebut.

(Source)

Beras plastik juga beredar di Pekanbaru, warga geger

Beras Palsu. ©instagram.com/dewinurizza

Warga kota Pekanbaru merasa khawatir akan kesehatannya. Sebab beras palsu yang dioplos dari plastik mulai beredar di Pekanbaru dan sekitarnya memasuki suasana bulan suci Ramadan.

Salah seorang warga Pekanbaru bernama Desi, mengaku beras yang diduga palsu yang dibelinya terasa lebih tawar dan tidak berbau wangi seperti beras aslinya. Menurutnya, beras oplosan itu lebih putih dan lebih halus dari beras yang asli.

"Sewaktu masak bubur, saya heran kok nasinya malah ngendap di bawah, airnya ke atas. Jadi enggak menyatu. Lalu saya masak lagi ditambah airnya, berasnya malah pecah," ujar Desi, Rabu (20/5).

Merasa penasaran, Desi bertanya kepada tetangga dan ternyata benar, bukan hanya dirinya, hampir semua warga Pekanbaru tengah heboh soal beras oplosan. "Ternyata tetangga saya juga tahu ada beras palsu itu," kata pemilik salah satu warung nasi di Jalan Ahmad Yani, Pekanbaru itu.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau M Firdaus saat dikonfirmasi mengingatkan agar masyarakat untuk pandai memilah beras saat berbelanja di Pasar. "Ini sebuah fenomena baru. Kita akan cek ke lapangan terlebih dahulu. Kita harus tahu dari mana sumbernya," kata Firdaus, Rabu (20/5).

Firdaus meminta agar warga kota Pekanbaru tidak terlalu cemas atas kejadian tersebut. "Warga yang berbelanja harus pandai memilah mana beras yang asli atau palsu," kata dia.

Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Pekanbaru dalam waktu dekat akan meninjau gudang beras dan melihat di pasaran. Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

"Kita baru terima laporannya. Nanti akan kita tinjau. Kita akan berkoordinasi dengan BPOM. Karena BPOM yang bisa membedakan beras oplosan dan yang asli," tandasnya.

(Source)

Terkait Berita: