PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) secara resmi telah
dibubarkan Pemerintahan Jokowi – JK. Alasannya, keberadaan Petral tidak
memberi perbaikan pada bisnis Pertamina, justru malah menggerogoti
induknya tersebut. Pembubaran Petral kali ini memunculkan polemik dan
menyeret nama mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Petral
yang seharusnya dibubarkan sejak 2006 silam, namun gagal. Berbagai
tudingan berdatangan hingga menyebut SBY yang melindungi keberadaan
Petral.
“Dulu Pak Dahlan mau bubarkan Petral, tapi ada kekuatan besar. Yang
ada Pak Dahlan bilang, tiga kali dipanggil SBY (Presiden ke-6 Susilo
Bambang Yudhoyono),” ujar Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas
Faisal Basri dalam diskusi bertajuk Energi Kita yang digagas
merdeka.com, RRI, IJTI, dan Sewatama.
Faisal Basri juga pernah mengakui sempat bertemu mantan Menteri Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan terkait kerumitan persoalan
pembubaran Petral. Pengakuan Dahlan dari hasil pertemuan yang dilakukan
di Aceh tersebut adalah, National Oil Company (NOC) Indonesia tidak
sebaik lainnya. Dahlan dulu bahkan telah berniat menghentikan
operasional Petral.
Namun, pembubaran Petral tidak mudah karena adanya pengamanan dari
‘atasan’ Dahlan. “Tapi kenapa susah dihentikan, karena ada langit
(atasan) di atas Pak Dahlan,” kata Faisal di Jakarta, Rabu (24/12).
Ketika dikorek lebih jauh siapa langit yang dimaksud, Faisal ogah
menyebutkan secara pasti. Namun, dia menegaskan bahwa ‘langit’ tersebut
merupakan atasan Dahlan saat menjabat sebagai menteri. “Ya atasannya Pak
Dahlan, siapa?” bebernya.
Tudingan Faisal Basri langsung dijawab SBY. mantan presiden tersebut
merasa difitnah dengan tudingan yang beredar di media. Ketua Umum Partai
Demokrat ini mengaku tertib dalam manajemen pemerintahan. Isu serius
seperti mafia migas, pasti akan diresponsnya. Karenanya, kata SBY, tidak
mungkin usul pembubaran Petral di era kepemimpinannya berhenti di
mejanya.
“Hari ini saya berbicara dengan mantan Wapres Boediono dan 5 mantan
menteri terkait, apakah memang pernah ada usulan pembubaran Petral.
*SBY*.”
“Semua menjawab tidak pernah ada. Termasuk tidak pernah ada 3 surat
yang katanya dilayangkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan waktu itu.
*SBY*,” kata SBY.
SBY menilai pemberitaan yang menyebut pembubaran Petral berhenti di
mejanya adalah fitnah dan masuk dalam pencemaran nama baik. SBY mengaku
masih menunggu klarifikasi dari pihak-pihak yang menyebarkan.
“Mungkin tidak mudah menghadapi yang tengah berkuasa sekarang ini.
Tetapi, kebenaran adalah “power” yang masih saya miliki. *SBY*,”
katanya.
Dahlan Iskan tahun 2012 silam pernah menulis dan menyebut kalau dia
pernah bertemu dengan SBY membahas pembubaran Petral. Hal ini terungkap
dari tulisan Dahlan yang dilansir merdeka.com tiga tahun lalu. Dahlan
pernah membahas pembubaran Petral bersama SBY.
“Dalam satu bulan terakhir tiga kali Presiden SBY mengajak
mendiskusikan soal ini dengan beberapa menteri. Termasuk saya. Arahan
Presiden SBY jelas dan tegas bagi saya: benahi Pertamina. Kalau ada yang
mengaku-ngaku dapat backing dari Presiden, atau dari Cikeas, atau dari
Istana abaikan saja. Bisa saja ada yang mengaku-ngaku mendapat backing
dari Presiden SBY. Tapi sebenarnya tidak demikian. Jangankan Presiden
SBY, saya pun, di bidang lain, juga mendengar ada orang yang mengatakan
mendapat backing dari Menteri BUMN!,” kutipan tulisan Dahlan tahun 2012
silam.
Dahlan juga mengaku dalam pembahasan tersebut juga diundang karen Agustiawan yang saat ini menjadi direktur utama Pertamina.
“Presiden SBY juga menegaskan itu sekali lagi minggu lalu. Dalam
pertemuan menjelang tengah malam itu diundang juga Dirut Pertamina Karen
Agustiawan. Karen melaporkan sudah siap melakukan pembelian langsung,
tanpa perantara lagi. Tentu diperlukan persiapan-persiapan yang matang.
Tidak bisa, misalnya seperti yang diinginkan beberapa pihak, besok pagi
Petral langsung dibubarkan. Pasokan BBM bisa terganggu. Dan bisa
kacau-balau,” katanya.
Menurut tulisan Dahlan, ada beberapa motif yang berada di belakang isu pembubaran Petral kala itu. “Setidaknya ada tiga motif:
1) Ada yang dengan sungguh-sungguh dan ikhlas menginginkan Pertamina benar-benar C&C dan bisa menjadi kebanggaan nasional.
2) Dengan adanya Petral mereka tidak bisa lagi ‘ngobyek’ dengan cara
menekan-nekan Pertamina seperti terjadi di masa sebelum Petral.
3). Ada yang berharap kalau Petral dibubarkan jual-beli minyak kembali
dilakukan di Jakarta dan mungkin bisa menjadi obyekan baru.
Tentu, seperti juga bensin oplos, ada juga campuran lain: politik!
Ada politik anti pemerintah Presiden SBY. Tapi yang keempat ini baiknya
diabaikan karena politik adalah satu keniscayaan.