Anggota komisi ilmiah Universitas Teheran mengatakan bahwa garis-garis merah dalam strategi negosiasi nuklir Iran ditentukan oleh Pemimpin Spiritual Tertinggi dan sistem Republik Islam Iran.
Nashir Hadiyan pada Sabtu malam, 20 Mei, di dalam konferensi ilmiah yang bertema “Dampak Negosiasi Nuklir terhadap Hubungan Internasional” yang digelar di Aula Institut Imam Khomeini di Qom, Iran, mengatakan bahwa harus dijelaskan kepada rakyat perbedaan antara politik strategi dan politik negosiasi, strategi dan negosiasi nuklir tidak ditentukan oleh tim negosiasi melainkan yang merumuskannya adalah Pemimpin Spiritual Tertinggi (Rahbar) dan sistem pemerintahan yang berkuasa di Iran.
“Rahbar dan sistem pemerintahan yang menetapkan garis merah dalam strategi negosiasi dan kemudian garis-garis besar inilah yang akan diserahkan kepada tim negosiasi sebagai kebijakan global, sistem pemerintahan yang menentukan strategi nuklir Iran,” jelasnya.
Hadiyan mengatakan bahwa kebijakan negosiasi terbagi ke dalam dua bagian, kebijakan praktis dan kebijakan umum. Kebijakan umum Republik Islam Iran menegaskan kepada dunia bahwa Iran dan rakyat Iran dalam upaya mencari energi, perdamaian, dan kemakmuran.
Ia menegaskan bahwa sistem negosiasi kita pada hakikatnya adalah sistem yang mengedepankan prioritas-prioritas kita. Kita semestinya dalam upaya mencari sistem yang tegas, benar, dan teruji yang menegaskan siapa yang melakukan secara baik kewajibannya di dalam negosiasi, dalam negosiasi kita harus memberikan keutamaan dan sebagai imbalannya kita juga menerima keutamaan supaya kita dapat meraih tujuan-tujuan yang telah diproyeksikan secara sempurna.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email