Tulisan ini jangan dianggap terlalu serius, anggaplah sekedar obrolan
santai sambil minum kopi. Terinspirasi dari status salah seorang muslim
dalam akun facebook-nya sebagaimana dapat pembaca lihat:
Sebelum anda para pembaca menguji hafalan
anda, maka ada baiknya kami membantu memberikan sedikit gambaran
kualitas riwayat yang dikutip dalam kitab Al Kafiy tersebut [tentu saja
berdasarkan kaidah ilmu dalam mazhab Syi’ah].
.
Riwayat Pertama [Al Ma’arij ayat 1 & 2]
علي بن إبراهيم، عن أحمد بن محمد، عن محمد بن خالد، عن محمد بن سليمان عن أبيه، عن أبي بصير، عن أبي عبد الله عليه السلام في قول الله تعالى: ” سأل سائل بعذاب واقع * للكافرين (بولاية علي) ليس له دافع ” ثم قال: هكذا والله نزل بها جبرئيل عليه السلام على محمد صلى الله عليه وآله
‘Aliy bin Ibrahiim dari Ahmad bin
Muhammad dari Muhammad bin Khaalid dari Muhammad bin Sulaiman dari
Ayahnya dari Abi Bashiir dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] tentang
firman Allah ta’ala “seorang peminta telah
meminta kedatangan azab yang bakal terjadi untuk orang-orang kafir
terhadap wilayah Aliy yang tidak seorangpun dapat menolaknya”.
Kemudian Beliau berkata “demi Allah begitulah Jibril [‘alaihis salaam]
turun dengannya kepada Muhammad [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] [Al
Kafiy Al Kulainiy 1/265 no 47].
Al Majlisiy mengatakan hadis ini dhaif
[Miraat Al ‘Uquul 5/60]. Dan pernyataan Al Majlisiy benar karena di
dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sulaiman Ad Dailamiy dan Ayahnya.
- Muhammad bin Sulaiman Ad Dailamiy, An Najasyiy mengatakan ia dhaif jiddan [Rijal An Najasyiy hal 349 no 987].
- Sulaiman bin ‘Abdullah Ad Dailamiy, An Najasyiy berkata “dan dikatakan bahwa ia ghuluw pendusta dan demikian pula anaknya Muhammad, tidak beramal dengan apa yang menyendiri dalam riwayatnya” [Rijal An Najasyiy hal 179 no 482]
Riwayat Kedua [Al Baqarah ayat 23]
وبهذا الاسناد، عن محمد بن سنان، عن عمار بن مروان، عن منخل، عن جابر، قال: نزل جبرئيل عليه السلام بهذه الآية على محمد هكذا: ” وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا (في علي) فأتوا بسورة من مثله
Dan dengan sanad ini dari Muhammad
bin Sinaan dari ‘Ammaar bin Marwaan dari Munakhkhal dari Jabir yang
berkata Jibril [‘alaihis salaam] turun dengan ayat ini kepada Muhammad “Dan
jika kamu [tetap] dalam keraguan tentang Al Qur’an yang kami wahyukan
kepada hamba kami [Muhammad] tentang Aliy maka buatlah satu surat yang
semisal dengan Al Qur’an itu” [Al Kafiy Al Kulainiy 1/262 no 26].
Al Majlisiy mengatakan bahwa hadis ini
dhaif [Miraat Al ‘Uquul 5/28]. Pernyataan Al Majlisiy benar karena di
dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sinaan dan Munakhkhal bin Jamiil
1. Muhammad bin Sinaan berdasarkan pendapat yang rajih dia adalah perawi yang dhaif. Kami telah membuat pembahasan khusus tentangnya disini
=======
Ilmu Rijal Syi’ah : Ikhtilaf Mengenai Muhammad bin Sinan?
*****
Dhaif : Riwayat Syiah Para Nabi Diciptakan Untuk Berwilayah Kepada Aliy
Sungguh mengherankan melihat para pencela begitu gemar mencaci Syiah dan pemeluknya karena riwayat dhaif yang ada dalam kitab mereka.
*****
Para Nabi 'Alaihim As-Salam Diciptakan Untuk Berwilayah Kepada 'Ali!!
Betapa kurang ajarnya para pemeluk
agama Syi'ah, saking ghuluwnya mereka terhadap 'Ali radhiyallaahu 'anhu
hingga mencapai watak yang merendahkan para Nabi 'alaihim as-salam
dengan menyatakan bahwa Mereka diciptakan untuk berwilayah kepada 'Ali!
Pernyataan ini berkonsekuensi bahwa tujuan mereka diciptakan berlepas
diri tujuan untuk hanya menyembah Allah semata, berlepas pula dari
tujuan dakwah untuk menegakkan Tauhid.
Mari kita simak, disebutkan oleh dedengkot Al-Mufid pada kitabnya Al-Ikhtishash sbb :
عن المفضل بن عمر قال: قال لي أبو عبد
الله عليه السلام: إن الله تبارك و تعالى توحد بملكه فعرف عباده نفسه، ثم
فوض إليهم أمره وأباح لهم جنته فمن أراد الله أن يطهر قلبه من الجن والإنس
عرفه ولايتنا ومن أراد أن يطمس على قلبه أمسك عنه معرفتنا
ثم
قال يا مفضل والله ما استوجب آدم أن يخلقه الله بيده وينفخ فيه من روحه
إلا بولاية علي عليه السلام، وما كلم الله موسى تكليما " إلا بولاية علي
عليه السلام، ولا أقام الله عيسى ابن مريم آية للعالمين إلا بالخضوع لعلي
عليه السلام، ثم قال: أجمل الأمر ما استأهل خلق من الله النظر إليه إلا
بالعبودية لنا
dari Al-Mufadhal bin 'Umar, berkata Abu 'Abdillah 'alaihis salam
bersabda kepadaku : "Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta'ala itu adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan memberikan pada hamba-hambaNya pengetahuan akan
hal itu, kemudian Allah memasrahkan perkara-Nya pada hamba-hambaNya dan
memperbolehkan hamba-hambaNya untuk menikmati Surganya. Maka barangsiapa
yang menginginkan hatinya disucikan dari jin dan manusia maka Allah
mema'rifatkan orang tersebut akan wilayah kami. Dan barangsiapa ingin
dihilangkan hatinya dari kesucian maka Allah akan mengambil ma'rifat
akan wilayah kepada kami dari orang tersebut. Kemudian
Abu 'Abdillah 'alaihis salam bersabda: ''wahai mufadhal, Demi Allah,
tidaklah mewajibkan Adam yang dimana Allah menciptakan Adam dengan
Tangan-Nya dan meniupkan ruh pada Adam kecuali agar Adam berwilayah
kepada 'Ali 'alaihis salam. Dan tidaklah Allah telah berbicara kepada
Musa 'alaihis salam secara langsung itu kecuali dengan tujuan agar Musa
juga berwilayah kepada 'Ali 'alaihis salam. Dan tidaklah Allah telah
menciptakan 'Isa 'alaihis salam putra Maryam sebagai bentuk tanda
kebesaran Allah bagi alam semesta itu kecuali dengan tujuan agar 'Isa
'alaihis salam merendahkan diri kepada 'Ali 'alaihis salam. Kemudian Abu
'Abdillah 'alaihis salam melanjutkan sabdanya ''seindah-indahnya
perkara itu adalah makhluq yang dijadikan ahli melihat Allah, yang
pastilah ditetapkan baginya agar ber-'ubudiyah kepada kami (para imam)."
Al-Ikhtishash oleh Al-Mufid hal. 250 : http://shiaonlinelibrary.com/الكتب/1300_الاختصاص-الشيخ-المفيد/الصفحة_262
-----oOo-----
*****
Fenomena ini sangatlah tidak layak dalam perdebatan [sepanjang masa]
antara Sunni dan Syiah. Sudah saatnya kedua belah pihak [terutama para
da’i mereka] belajar berdiskusi dengan hujjah yang objektif tanpa saling
merendahkan satu sama lain.
Seorang Syiah tidak layak mencaci Sunni
dan pemeluknya karena riwayat dhaif dalam kitab Sunni begitu pula
seorang Sunni tidak layak mencaci Syiah dan pemeluknya karena riwayat
dhaif dalam kitab Syiah. Jika anda baik sunni atau syiah ingin membuat
tuduhan satu sama lain maka silakan buktikan shahih tidaknya tuduhan
anda tersebut. Jika anda terburu-buru maka dikhawatirkan anda hanya
menunjukkan kejahilan dan kenashibian, terlalu membenci syiah dan
pengikutnya adalah ciri khas neonashibi zaman ini sehingga tidak jarang
tulisan-tulisan mereka secara langsung maupun tidak langsung merendahkan
ahlul bait Nabi hanya dalam rangka membantah Syiah.
ابن سنان، عن المفضل بن عمر قال: قال لي أبو عبد الله عليه السلام: إن الله تبارك و تعالى توحد بملكه فعرف عباده نفسه، ثم فوض إليهم أمره وأباح لهم جنته فمن أراد الله أن يطهر قلبه من الجن والإنس عرفه ولايتنا ومن أراد أن يطمس على قلبه أمسك عنه معرفتنا ثم قال يا مفضل والله ما استوجب آدم أن يخلقه الله بيده وينفخ فيه من روحه إلا بولاية علي عليه السلام، وما كلم الله موسى تكليما ” إلا بولاية علي عليه السلام، ولا أقام الله عيسى ابن مريم آية للعالمين إلا بالخضوع لعلي عليه السلام
Ibnu Sinan dari Mufadhdhal bin ‘Umar
yang berkata Abu ‘Abdullah [‘alaihis salam] berkata kepadaku
Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala itu adalah Tuhan Yang Maha Esa dan
memberikan pada para hamba-Nya pengetahuan akan hal itu, kemudian Allah
memasrahkan perkara-Nya pada para hambaNya dan memperbolehkan para
hambaNya untuk menikmati Surganya. Maka barangsiapa yang menginginkan
hatinya disucikan baik dari jin dan manusia maka Allah mengenalkan orang
tersebut akan wilayah kami. Dan barangsiapa ingin dihilangkan hatinya
dari kesucian maka Allah akan mengambil ma’rifat akan wilayah kepada
kami dari orang tersebut. Kemudian Abu ‘Abdillah ‘alaihis salam
bersabda: ”wahai mufadhal, Demi Allah, tidaklah mewajibkan Adam yang
dimana Allah menciptakan Adam dengan Tangan-Nya dan meniupkan ruh pada
Adam [‘alaihis salam] kecuali dengan wilayah kepada ‘Ali [‘alaihis
salam]. Dan tidaklah Allah telah berbicara kepada Musa [‘alaihis salam]
secara langsung itu kecuali dengan dengan wilayah kepada ‘Ali [‘alaihis
salam]. Dan tidaklah Allah telah menciptakan ‘Isa putra Maryam sebagai
bentuk tanda kebesaran Allah bagi alam semesta itu kecuali dengan tujuan
agar ‘Isa [‘alaihis salam] merendahkan diri kepada ‘Ali [‘alaihis
salam]… [Al Ikhtishaash Syaikh Mufiid hal 250].
Riwayat Syaikh Mufid ini juga dikutip
oleh Al Majlisiy dalam Bihar Al Anwar 26/294 sebagaimana nampak di atas.
Riwayat yang dibawakan Syaikh Mufid dalam kitab Al Ikhtishaash ini
sanadnya dhaif tidak bisa dijadikan hujjah karena Muhammad bin Sinan,
ia perawi yang diperselisihkan keadaannya di sisi Syiah dan yang rajih
kedudukannya dhaif. An Najasyiy menyebutkan bahwa Abu Abbas Ahmad bin
Muhammad bin Sa’id menyatakan Muhammad bin Sinan dhaif jiddan. Ia juga
mengutip Fadhl bin Syadzan yang mengatakan “aku tidak mengizinkan kalian
meriwayatkan hadis Muhammad bin Sinan” [Rijal An Najasyiy hal 328 no
888]. An Najasyiy sendiri mendhaifkan Muhammad bin Sinan, dalam biografi
Miyaah Al Mada’iniy [Rijal An Najasyiy hal 424 no 1140]. Syaikh Ath
Thuusiy berkata “Muhammad bin Sinan tertuduh atasnya, dhaif jiddan”
[Tahdzib Al Ahkam 7/361]. Ibnu Ghada’iriy berkata “dhaif ghuluw” [Rijal
Ibnu Dawud hal 174 no 1405].
Adapun Mufadhdhal bin ‘Umar, ia seorang
yang diperselisihkan. An Najasyiy berkata “jelek mazhabnya, mudhtharib
riwayatnya, tidak dipedulikan dengannya” [Rijal An Najasyiy hal 416 no
1112]. Ibnu Ghada’iriy berkata “dhaif” [Majma’ Ar Rijal Syaikh Qahbaa’iy
6/131]. Sayyid Al Khu’iy dalam biografi Mufadhdhal bin ‘Umar menukil
tautsiq syaikh Al Mufid dan berbagai riwayat Imam Ahlul Bait yang memuji
dan mencela Mufadhdhal bin ‘Umar, ia merajihkan riwayat yang memuji
Mufadhdhal, sehingga ia berkesimpulan bahwa Mufadhdhal seorang yang
tsiqat jaliil [Mu’jam Rijalul Hadits 19/318-330, no 12615].
Selain itu riwayat di atas memiliki cacat
lain yaitu Syaikh Ath Thuusiy menyebutkan dalam muqaddimah kitab
Tahdzib Al Ahkam bahwa Syaikh Al Mufid lahir pada tahun 336 atau 338 H
[Tahdzib Al Ahkam 1/6]. Sedangkan Muhammad bin Sinan disebutkan An
Najasyiy wafat pada tahun 220 H [Rijal An Najasiy hal 328 no 888].
Artinya Syaikh Al Mufiid tidak meriwayatkan langsung dari Muhammad bin
Sinan maka riwayatnya mursal.
.
Riwayat yang serupa yaitu dalam matannya
terdapat keterangan bahwa para Rasul diutus atas wilayah Aliy, ternyata
diriwayatkan juga dalam kitab hadis Ahlus Sunnah yaitu Ma’rifat Ulumul
Hadits Al Hakim
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُظَفَّرِ الْحَافِظُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ غَزْوَانَ ، قَالَ : ثنا عَلِيُّ بْنُ جَابِرٍ ، قَالَ : ثنا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : ثنا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ ، قَالَ : ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سُوقَةَ , عَنْ إِبْرَاهِيمَ , عَنِ الأَسْوَدِ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” يَا عَبْدَ اللَّهِ أَتَانِي مَلَكٌ ، فَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ ، وَسَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا عَلامَ بُعِثُوا ؟ قَالَ : قُلْتُ : عَلامَ بُعِثُوا ؟ قَالَ : عَلَى وِلايَتِكَ وَوِلايَةِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ “
Telah menceritakan kepada kami Abul
Hasan Muhammad bin Mudhaffar Al Hafizh yang berkata telah menceritakan
kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Ghazwaan yang berkata telah
menceritakan kepada kami Aliy bin Jaabir yang berkata telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Khaalid bin ‘Abdullah yang berkata telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail yang berkata telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Suuqah dari Ibrahim dari Aswad
dari Abdullah yang berkata Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata
“wahai Abdullah telah datang Malaikat kepadaku, maka ia berkata “wahai
Muhammad tanyakanlah dari Rasul-rasul yang diutus sebelum kamu atas
dasar apa mereka diutus”. Aku bertanya “atas dasar apa mereka diutus?”.
Ia berkata “atas wilayah-Mu dan wilayah Aliy bin Abi Thalib” [Ma’rifat
Ulumul Hadits Al Hakim hal 316 no 222]
Hadis riwayat Al Hakim di atas sanadnya
dhaif jiddan karena Aliy bin Jabir tidak dikenal dan Muhammad bin Khalid
bin Abdullah termasuk perawi Ibnu Majah, dikatakan Abu Zur’ah dhaif,
Ibnu Ma’in menyatakan ia pendusta, Al Khaliliy berkata “dhaif jiddan”
dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 9 no
199].
Intinya riwayat dhaif tentang perkara ini
ditemukan baik dalam mazhab Syi’ah maupun mazhab Ahlus sunnah maka atas
dasar apa para pencela menjadikan riwayat ini sebagai dasar untuk
merendahkan Syi’ah. Jawabannya tidak lain atas dasar kejahilan dan
kedengkian. Semoga Allah SWT melindungi kita dari kejahilan dan
kedengkian.
*****
Kali ini kami akan membahas lebih rinci mengenai kedudukan sebenarnya
Muhammad bin Sinan berdasarkan ilmu Rijal Syi’ah. Muhammad bin Sinan
adalah perawi yang diperselisihkan kedudukannya dalam ilmu Rijal Syi’ah.
Sebagian ulama Syi’ah mendhaifkannya dan sebagian lagi mentautsiq-nya.
Pendapat yang rajih adalah ia seorang yang dhaif.
.
Ilmu Rijal Syi’ah memiliki perbedaan yang
unik dengan Ilmu Rijal Sunni, dalam kitab Rijal Syi’ah terdapat
fenomena dimana tautsiq atau jarh seorang perawi berasal dari Imam ahlul
bait [yang ma’shum dalam pandangan Syi’ah]. Kemudian jarh dan ta’dil
terhadap perawi Syi’ah dari ulama-ulama Syi’ah [dalam kitab Rijal
Syi’ah] tidaklah sebanyak jarh dan ta’dil terhadap perawi Sunni dari
Ulama-ulama Sunni [dalam kitab Rijal Sunni]. Sehingga dalam mentarjih
antara yang mentautsiq dan menjarh [jika terdapat ikhtilaf], tidak
terlalu rumit. Secara ringkas ada tiga cara untuk menetapkan kedudukan
perawi dalam kitab Rijal Syi’ah:
- Tautsiq atau Jarh dari Imam Ahlul Bait [jika ada] yang dapat ditemukan dalam riwayat yang sanadnya shahih sampai Imam ma’shum
- Tautsiq atau Jarh dari ulama mutaqaddimin
- Tautsiq atau Jarh dari ulama muta’akhirin
Tentu saja tautsiq atau jarh dari Imam
Ahlul Bait mendapat peringkat paling Utama dalam mentarjih, artinya jika
terdapat riwayat shahih dari Imam Ahlul Bait mengenai seorang perawi
maka hal ini lebih diutamakan dibanding pendapat para ulama baik
mutaqaddimin maupun muta’akhirin.
.
Kemudian tentu saja secara sederhana,
pendapat ulama mutaqaddimin terhadap seorang perawi lebih diutamakan
dibanding pendapat muta’akhirin dengan dasar mereka lebih dahulu masa
hidupnya dan lebih mengetahui dibanding orang setelah mereka. Mengenai
Muhammad bin Sinan, berikut pernyataan ulama mutaqaddimin tentangnya:
وقال أبو العباس أحمد بن محمد بن سعيد أنه روى عن الرضا عليه السلام قال: وله مسائل عنه معروفة، وهو رجل ضعيف جدا لا يعول عليه ولا يلتفت إلى ما تفرد به
Abu ‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin
Sa’iid berkata bahwa ia [Muhammad bin Sinaan] meriwayatkan dari Ar
Ridhaa [‘alaihis salaam], ia dikenal memiliki masa’il darinya, ia
seorang yang dhaif jiddan, tidak bisa diandalkan dan tidak perlu
diperhatikan riwayat yang ia tafarrud dengannya [Rijal An Najasyiy hal
328 no 888].
An Najasyiy sendiri dalam biografi Miyaah
Al Mada’iniy menyatakan bahwa Muhammad bin Sinan dhaif [Rijal An
Najasyiy hal 424-425 no 1140]. Ibnu Ghada’iriy berkata tentangnya dhaif
ghuluw dan pemalsu hadis [Rijal Ibnu Ghada’iriy hal 92].
قال محمد بن مسعود، قال عبد الله بن حمدويه: سمعت الفضل بن شاذان، يقول: لا أستحل أن أروي أحاديث محمد بن سنان، وذكر الفضل في بعض كتبه: أن من الكاذبين المشهورين ابن سنان وليس بعبد الله
Muhammad bin Mas’uud berkata Abdullah
bin Hamdawaih berkata aku mendengar Fadhl bin Syadzaan mengatakan aku
tidak mengizinkan meriwayatkan hadis Muhammad bin Sinan, dan Fadhl
menyebutkan dalam sebagian kitabnya “bahwa yang termasuk orang-orang
yang dikenal pendusta yaitu Ibnu Sinan dan bukanlah yang dimaksud
Abdullah [Rijal Al Kasyiy 2/796 no 978].
Muhammad bin Mas’ud termasuk guru Al
Kasyiy dan ia seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 350 no
944] dan Abdullah bin Hamdawaih disebutkan bahwa ia tsiqat [Fa’iq Al
Maqal Fi Hadits Ar Rijal hal 124 no 575].
Syaikh Ath Thuusiy dalam kitab Rijal-nya
menyatakan bahwa Muhammad bin Sinan dhaif [Rijal Ath Thuusiy hal 364]
dan ia pernah berkomentar dalam kitabnya Tahdzib Al Ahkam
ما في هذا الخبر انه لم يروه غير محمد بن سنان عن المفضل بن عمر، ومحمد بن سنان مطعون عليه ضعيف جدا،
Adapun khabar ini bahwa ia tidak
diriwayatkan selain dari Muhammad bin Sinan dari Mufadhdhal bin ‘Umar
dan Muhammad bin Sinan tercela atasnya dhaif jiddan [Tahdzib Al Ahkam
Syaikh Ath Thuusiy 7/361].
Diantara ulama yang mentautsiq Muhammad bin Sinan adalah Syaikh Al Mufiid dalam kitabnya Al Irsyad dimana ia berkata
فصل فممن روى النص على الرضا علي بن موسى عليهما السلام بالإمامة من أبيه والإشارة إليه منه بذلك، من خاصته وثقاته وأهل الورع والعلم والفقه من شيعته: داود بن كثير الرقي، ومحمد بن إسحاق بن عمار، وعلي ابن يقطين، ونعيم القابوسي، والحسين بن المختار، وزياد بن مروان، والمخزومي، وداود بن سليمان، ونصر بن قابوس، وداود بن زربي، ويزيد ابن سليط، ومحمد بن سنان
Pasal : yang termasuk orang yang
meriwayatkan nash atas Ar Ridha Aliy bin Muusa [‘alaihis salaam] tentang
Imamah dari ayahnya dan isyarat tentangnya dari golongan khususnya dan
tsiqat, ahlul wara’, alim dan faqih dari Syi’ah-nya adalah Dawud bin
Katsir Ar Raaqiy, Muhammad bin Ishaq bin ‘Ammar, Ali bin Yaqthiin,
Nu’aim Al Qaabuus, Husain bin Mukhtaar, Ziyaad bin Marwaan, Al
Makhzuumiy, Dawud bin Sulaiman, Nashr bin Qaabuus, Dawud bin Zarbiy,
Yaziid bin Sulaith dan Muhammad bin Sinan [Al Irsyad Syaikh Mufiid
2/247-248].
Tetapi Syaikh Al Mufiid mengalami
tanaqudh [pertentangan] dalam perkara ini karena didalam kitabnya yang
lain, ia malah menegaskan kedhaifan Muhammad bin Sinan. Syaikh Al Mufid
dalam Jawabat Ahl Al Mawshul berkomentar mengenai suatu riwayat:
غير معتمد عليه، طريقه محمد بن سنان، وهو مطعون فيه، لا تختلف العصابة في تهمته وضعفه، وما كان هذا سبيله لم يعمل عليه في الدين
Tidak dapat dijadikan pegangan
atasnya, di dalamnya ada Muhammad bin Sinan dan ia tercela atasnya,
tidak berselisih ashaabah mengenai tuduhan dan pendhaifan terhadapnya,
dan yang menjadi jalannya disini adalah tidak beramal dengannya dalam
agama [Jawabat Ahl Al Mawshul Syaikh Al Mufiid hal 20]
.
Sebagian ulama muta’akhirin menguatkan
taustiq terhadap Muhammad bin Sinan karena ditemukan riwayat-riwayat
dari Imam Ahlul Bait yang memuji Muhammad bin Sinan. Tetapi sebagian
ulama mut’aakhirin yang lain menilai bahwa riwayat-riwayat tersebut
tidak shahih atau tidak kuat sebagai tautsiq terhadap Muhammad bin
Sinan. Riwayat-riwayat Imam Ahlul Bait yang memuji Muhammad bin Sinaan
terbagi menjadi dua:
- Riwayat yang di dalamnya sanadnya terdapat Muhammad bin Sinaan, artinya riwayat tersebut berasal darinya sendiri
- Riwayat yang di dalam sanadnya tidak terdapat Muhammad bin Sinaan
Mengenai riwayat pertama maka ia tidak
dapat dijadikan hujjah disini karena riwayat tersebut berasal dari
Muhammad bin Sinaan sendiri padahal justru kedudukan Muhammad bin Sinaan
yang sedang dibahas dhaif tidaknya. Maka pembahasan selanjutnya hanya
difokuskan pada riwayat jenis kedua. Ada tiga riwayat yang menunjukkan
tautsiq Imam ma’shum kepada Muhammad bin Sinaan
حدثني محمد بن قولويه، قال: حدثني سعد بن عبد الله، قال: حدثني أبو جعفر أحمد بن محمد بن عيسى، عن رجل، عن علي بن الحسين بن داود القمي قال: سمعت أبا جعفر الثاني عليه السلام يذكر صفوان بن يحيى ومحمد بن سنان بخير
Telah menceritakan kepadaku Muhammad
bin Quluwaih yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’d bin ‘Abdullah
yang berkata telah menceritakan keadaku Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad
bin Iisa dari seorang laki-laki dari Aliy bin Husain bin Dawud Al Qummiy
yang berkata aku mendengar Abu Ja’far Ats Tsaniy [‘alaihis salaam]
menyebutkan Shafwan bin Yahya dan Muhammad bin Sinan dengan
kebaikan…[Rijal Al Kasyiy 2/792 no 962].
Riwayat ini sanadnya dhaif karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang majhul karena tidak disebutkan namanya.
عن أبي طالب عبد الله بن الصلت القمي، قال: دخلت على أبي جعفر الثاني عليه السلام في آخر عمره فسمعته يقول: جزى الله صفوان بن يحيى ومحمد ابن سنان وزكريا بن آدم عني خيرا فقد وفوا لي ولم يذكر سعد بن سعد
Dari ‘Abi Thalib ‘Abdullah bin Ash
Shalth Al Qummiy yang berkata “aku masuk menemui Abu Ja’far Ats Tsaniy
[‘alaihis salaam] pada akhir umurnya, aku mendengar ia mengatakan semoga
Allah SWT membalas Shafwan bin Yahya, Muhammad bin Sinaan, Zakariya bin
Adam dariku dengan kebaikan, sungguh mereka telah setia kepadaku.
Beliau tidak menyebutkan Sa’d bin Sa’d…[Rijal Al Kasyiy 2/792 no 963].
Abu Thalib ‘Abdullah bin As Shalt Al
Qummiy termasuk perawi yang tsiqat meriwayatkan dari Imam Ar Ridha
[‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 217 no 564]. Hanya saja zhahir
riwayat Al Kasyiy hanya menyebutkan sanadnya dari Abu Thalib. ‘Abdullah
bin As Shalt Al Qummiy maka riwayatnya dhaif karena mursal. Al Kasyiy
tidak bertemu dengan ‘Abdullah bin As Shalt.
حدثني محمد بن قولويه، قال: حدثني سعد، عن أحمد بن هلال، عن محمد بن إسماعيل بن بزيع، أن أبا جعفر عليه السلام كان لعن صفوان بن يحيى ومحمد بن سنان، فقال: انهما خالفا أمري، قال، فلما كان من قابل، قال أبو جعفر عليه السلام لمحمد بن سهل البحراني: تول صفوان بن يحيى ومحمد بن سنان فقد رضيت عنهما
Telah menceritakan kepadaku Muhammad
bin Quluwaih yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’d dari Ahmad
bin Hilaal dari Muhammad bin Ismaiil bin Bazi’ bahwa Abu Ja’far
[‘alaihis salaam] melaknat Shafwan bin Yahya dan Muhammad bin Sinaan.
Maka Beliau berkata “keduanya telah menyelisihi perintahku”. [Perawi]
berkata namun pada kali berikutnya, Abu Ja’far [‘alaihis salam] berkata
kepada Muhammad bin Sahl Al Bahraniy “setialah dengan Shafwan bin Yahya
dan Muhammad bin Sinaan, sungguh aku telah meridhai keduanya [Rijal Al
Kasyiy 2/793 no 964].
Riwayat ini sanadnya dhaif karena Ahmad
bin Hilaal Al Arbata’iy. Ia seorang yang diperselisihkan tetapi yang
rajih kedudukannya dhaif jika tafarrud.
أحمد بن هلال أبو جعفر العبرتائي صالح الرواية، يعرف منها وينكر، وقد روى فيه ذموم من سيدنا أبى محمد العسكري عليه السلام
Ahmad bin Hilaal Abu Ja’far Al
‘Abarta’iy shalih riwayatnya, dikenal darinya dan diingkari. Dan sungguh
telah diriwayatkan tentangnya celaan dari Sayyid kami Abu Muhammad Al
Askariy [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 83 no 199].
أحمد بن هلال العبرتائي أبو جعفر أرى التوقف في حديثه إلا في ما يرويه عن الحسن بن محبوب من كتاب “المشيخة” ومحمد بن أبي عمير من “نوادره” وقد سمع هذين الكتابين جلة أصحاب الحديث واعتمدوه فيهما
Ahmad bin Hilaal Al ‘Abarta’iy Abu
Ja’far, aku berpandangan tawaqquf [berhenti] pada hadisnya kecuali apa
yang diriwayatkannya dari Hasan bin Mahbuub dari kitab Al Masyaikh-nya
dan Muhammad bin Abi Umair dari Nawadir-nya, dan sungguh telah mendengar
dari dua kitab ini ashabul hadis yang Mulia dan berpegang dengannya
dalam keduanya [Rijal Ibnu Ghada’iriy hal 111-112].
Syaikh Ath Thuusiy menyatakan Ahmad bin
Hilaal dhaif dalam kitabnya Al Istibshaar, dimana ia berkomentar
mengenai salah satu riwayat:
فهذا الخبر ضعيف جدا لان راويه أحمد بن هلال وهو ضعيف جدا
Maka kabar ini dhaif jiddan karena
dalam riwayatnya ada Ahmad bin Hilaal dan ia seorang yang dhaif jiddan
[Al Istibshaar Syaikh Ath Thuusiy 3/351].
Syaikh Ash Shaduuq dalam kitabnya Kamal
Ad Diin Wa Tammaam An Ni’mah berkomentar mengenai salah satu riwayat
yang didalamnya ada Ahmad bin Hilaal
أن راوي هذا الخبر أحمد بن هلال وهو مجروح عند مشايخنا رضي الله عنهم
Bahwa yang meriwayatkan kabar ini
adalah Ahmad bin Hilaal dan ia majruh [tercela] di sisi guru-guru kami
[radiallahu ‘anhum] [Kamal Ad Diin Wa Tammaam An Ni’mah hal 76]
حدثنا شيخنا محمد بن الحسن بن أحمد بن الوليد رضي الله عنه قال: سمعت سعد بن عبد الله يقول: ما رأينا ولا سمعنا بمتشيع رجع عن التشيع إلى النصب إلا أحمد بن هلال، وكانوا يقولون: إن ما تفرد بروايته أحمد بن هلال فلا يجوز استعماله
Telah menceritakan kepada kami guru
kami Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Waliid [radiallahu ‘anhu] yang
berkata aku mendengar Sa’d bin ‘Abdullah yang mengatakan “kami tidak
pernah melihat dan tidak pernah mendengar orang yang bertasyayyu’ yang
ruju’ dari tasyayyu’ kepada nashibi kecuali Ahmad bin Hilaal, dan mereka
mengatakan apa yang diriwayatkan Ahmad bin Hilaal secara tafarrud
[menyendiri] maka tidak boleh beramal dengannya [Kamal Ad Diin Wa
Tammaam An Ni’mah hal 76]
Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Waliid
adalah guru syaikh Shaduq dan dikatakan An Najasyiy “tsiqat tsiqat”
[Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042] dan Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy
adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135].
Maka riwayat dimana Abu Ja’far [‘alaihis salaam] meridhai Muhammad bin
Sinan kedudukannya dhaif karena Ahmad bin Hilaal meriwayatkan secara
tafarrud tanpa ada yang menguatkannya.
.
Diantara ulama muta’akhirin yang
mendhaifkan Muhammad bin Sinaan adalah Allamah Al Hilliy, Ibnu Dawud, Al
Jaza’iriy, Al Bahbuudiy, Muhaqqiq Al Hilliy, Syahid Tsaaniy, Muhaqqiq
Al Ardabiliy, As Sabzawariy dan yang lainnya [Ad Dhu’afa Min Rijal Al
Hadits 3/193-194, Syaikh Husain As Saa’idiy].
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
- Jama’ah ulama mutaqaddimin mendhaifkan Muhammad bin Sinaan
- Riwayat Imam Ahlul Bait yang mentautsiq Muhammad bin Sinaan kedudukannya dhaif
- Sebagian ulama muta’akhirin mendhaifkan Muhammad bin Sinaan
Maka pendapat yang rajih adalah mereka
yang mendhaifkan Muhammad bin Sinan sedangkan sebagian ulama
muta’akhirin yang menguatkan Muhammad bin Sinaan telah keliru.
=========
[berdasarkan kaidah ilmu dalam mazhab Syi’ah]
2. Munakhkhal bin Jamiil, An Najasyiy mengatakan bahwa dia seorang yang dhaif jelek riwayatnya [Rijal An Najasyiy hal 403 no 1127].
Riwayat Ketiga [Al Ahzaab ayat 71]:
الحسين بن محمد، عن معلى بن محمد، عن علي بن أسباط، عن علي بن أبي حمزة، عن أبي بصير، عن أبي عبد الله عليه السلام في قول الله عز وجل: ” ومن يطع الله ورسوله (في ولاية علي [وولاية] الأئمة من بعده) فقد فاز فوزا عظيما ” هكذا نزلت
Husain bin Muhammad dari Mu’alla bin
Muhammad dari ‘Aliy bin Asbaath dari ‘Aliy bin Abi Hamzah dari Abi
Bashiir dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] tentang firman Allah ‘azza
wajalla “dan barang siapa mentaati Allah
dan Rasul-Nya dalam wilayah ‘Aliy dan para imam setelahnya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. Begitulah ayat tersebut diturunkan [Al Kafiy Al Kulainiy 1/260 no 8]
Al Majlisiy mengatakan hadis ini dhaif [Miraat Al ‘Uquul 5/14]. Pernyataan Al Majlisiy benar karena di dalam sanadnya ada ‘Aliy bin Abi Hamzah Al Bathaa’iniy. Aliy bin Hasan menyatakan bahwa Aliy bin Abi Hamzah seorang pendusta [Rijal Al Kasyiy hal 338 no 235]
Berikutnya mari kita juga menguji hafalan
di sisi kitab Ahlus Sunnah. Untuk memudahkan kita langsung ambil dari
kitab Shahih yaitu Shahih Bukhariy. Ada yang hafal Juz ‘Amma?. Mari kita
uji hafalan surat Al Lail
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ قَالَ قَدِمَ أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ عَلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ فَطَلَبَهُمْ فَوَجَدَهُمْ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَقْرَأُ عَلَى قِرَاءَةِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُلُّنَا قَالَ فَأَيُّكُمْ أَحْفَظُ فَأَشَارُوا إِلَى عَلْقَمَةَ قَالَ كَيْفَ سَمِعْتَهُ يَقْرَأُ { وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى } قَالَ عَلْقَمَةُ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى قَالَ أَشْهَدُ أَنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ هَكَذَا وَهَؤُلَاءِ يُرِيدُونِي عَلَى أَنْ أَقْرَأَ { وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى } وَاللَّهِ لَا أُتَابِعُهُمْ
Telah menceritakan kepada kami ‘Umar
bin Hafsh yang berkata telah menceritakan kepada kami ayahku yang
berkata telah menceritakan kepada kami Al A’masy dari Ibrahim yang
berkata sahabat-sahabat ‘Abdullah datang menemui Abu Darda’. Maka ia
[Abu Darda’] mencari mereka dan menemui mereka. Ia berkata kepada mereka
“siapakah diantara kalian yang membaca dengan bacaan ‘Abdullah?”.
[salah seorang ] berkata “kami semua”. Ia berkata “lalu siapa diantara
kalian yang paling baik bacaannya?” maka mereka pun menunjuk Alqamah.
Abu Darda’ bertanya “bagaimana kamu mendengarnya membaca ayat Wallaili
idzaa yaghsyaa”. Alqamah berkata “wadzdzakari wal untsaa”.
Abu Darda’ berkata “aku bersaksi bahwa aku telah mendengar Nabi
[shallallahu ‘alaihi wasallam] membacanya demikian, akan tetapi mereka
menginginkan agar aku membacanya “wama khalaqa dzakara wal untsaa”. Demi
Allah, aku tidak akan mengikuti mereka [Shahih Bukhari 6/170 no 4944
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى
Jika ada yang merasa hafalannya cocok
dengan yang tertulis di atas, berarti ada yang tidak beres dengan
hafalan anda. Masih belum cukup, mari kita uji lagi hafalan anda Asy
Syu’ara ayat 214:
حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ وَرَهْطَكَ مِنْهُمْ الْمُخْلَصِينَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ يَا صَبَاحَاهْ فَقَالُوا مَنْ هَذَا فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ قَالُوا مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ قَالَ أَبُو لَهَبٍ تَبًّا لَكَ مَا جَمَعْتَنَا إِلَّا لِهَذَا ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ { تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ } وَقَدْ تَبَّ هَكَذَا قَرَأَهَا الْأَعْمَشُ يَوْمَئِذٍ
Telah menceritakan kepada kami Yuusuf
bin Muusa yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Usamah yang
berkata telah menceritakan kepada kami Al A’masyiy yang berkata telah
menceritakan kepada kami ‘Amru bin Murrah dari Sa’iid bin Jubair dari
Ibnu ‘Abbaas [radiallahu ‘anhuma] yang berkata Ketika turun ayat wa andzir ‘asyiiratakal aqrabiin wa rahthaka minhumul mukhlashiin
Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] keluar hingga naik ke atas
bukit Shafa dan menyerukan “wahai sekalian manusia”. Orang-orang berkata
“Siapakah orang ini?” akhirnya mereka pun berkumpul kepada beliau. Maka
Beliau berkata “Bagaimana pendapat kalian, jika aku mengabarkan kepada
kalian bahwa di balik bukit ada pasukan berkuda akan segera keluar,
apakah kalian akan membenarkanku?.” Mereka berkata “kami belum pernah
mendengar bahwa kamu berdusta”. Beliau kemudian berkata “Sesungguhnya
aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian bahwa di hadapanku ada
adzab yang sangat pedih”. Maka Abu Lahab pun berkata “Celaka kamu wahai
Muhammad. Apakah hanya lantaran ini kamu mengumpulkan kami?” kemudian
ia pergi, dan turunlah firman Allah, “tabbat yadaa abiy lahabiw watabb”.
Al A’masy membacanya sekarang “wa qad tabb” [Shahih Bukhariy 6/179 no
4971]
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ وَرَهْطَكَ مِنْهُمْ الْمُخْلَصِينَ
Jika ada yang merasa hafalannya cocok dengan yang tertulis di atas, berarti ada yang tidak beres dengan hafalan anda
Akhir kata selamat menguji hafalan anda
wahai para pembaca, tidak peduli apakah anda Syi’ah atau Ahlus Sunnah,
yang penting jangan lupa uji hafalannya nyantai saja sambil minum kopi.
(Scondprince/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email