Ritual ibadah politik salat Jumat Tehran telah digelar kemarin, Jumat (12/6), dengan semarak dan dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat. Ritual maha penting ini dipimpin oleh Ayatullah Sayyid Ahmad Khatami, salah seorang guru besar di Hauzah Ilmiah Qom, Republik Islam Iran.
Isu perundingan nuklir Iran dengan kelompok P5+1 tetap menjadi tema penting dalam tribun salat Jumat ini. Menurut Ayatullah Khatami, isu ini adalah sebuah isu politik yang sangat sensitif.
Ayatullah Khatami menyatakan bahwa kritik terhadap seluruh perkembangan politik di Iran adalah hak setiap anggota masyarakat, dan ini adalah berkat Revolusi Islam Iran yang telah membebaskan seluruh lapisan masyarakat untuk berpikir politis. Tetapi, lanjutnya, tim perunding nuklir Iran adalah juga putra-putra Iran. Kita jangan sampai berani mempertanyakan dan menuduh mereka sedang berkhianat.
Ayatullah Khatami menekankan, hingga kini, seluruh lapisan masyarakat dan negara memiliki satu bahasa dan hati bahwa energi damai nuklir adalah hal paten Iran. Energi ini akan kita usung bersama di bawah panji kepemimpinan Ayatullah Khamenei.
Pada kelanjutan khutbah Jumat, Ayatullah Khatami menjelaskan garis-garis merah yang harus diperhatikan dalam perundingan nuklir. Salah satu garis merah yang harus diperhatikan oleh tim perunding Iran adalah perundingan hanya sebatas isu nuklir, bukan isu-isu yang lain.
“Dalam isu-isu yang lain, kita tidak akan pernah berunding dengan Amerika. Jika perundingan ini terjadi, maka perundingan tersebut adalah ilegal. Ini termasuk titah Rahbar,” tukas Ayatullah Khatami.
Ayatullah Khatami juga menegaskan, sastra yang dimiliki oleh Amerika selama proses perundingan ini berlangsung bukan sastra saling menghormati, tetapi sastra ancaman dan penghinaan yang pernah dimiliki oleh Fir’aun.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email