Pesan Rahbar

Home » » Menggapai Maqam Penghambaan Sejati

Menggapai Maqam Penghambaan Sejati

Written By Unknown on Tuesday, 9 June 2015 | 04:12:00


Salah satu pilar pandangan dunia al-Quran, Tuhan Yang Maha Mengatur seluruh sistem keberadaan dan Dia tidak menyerahkannya kepada yang lain, oleh karena itu tak seorang pun tanpa izin Tuhan dapat memberikan keuntungan dan kerugian kepada orang lain.

Ungkapan itu tidaklah bermakna penafian kebebasan manusia, melainkan manusia memiliki ikhtiar dan kemampuan melakukan setiap perbuatan yang dikehendakinya, namun pertama, ikhtiar mereka tidak mengikat tangan Tuhan, kedua manusia menguatkan pandangan tauhid supaya faktor-faktor alami tidak menjadi hijab bagi mereka, ketiga untuk mencapai keuntungan dan mencegah kerugian, mereka bersandar kepada Tuhan, bukan bertawassul kepada hamba-hamba-Nya. Allah Swt dalam ayat 102 surah Baqarah setelah mengungkapkan pengaruh sihir dalam memisahkan suami dan istri, berfirman, “Tak seorang pun termasuk penyihir yang dapat memberikan kerugian dan malapetaka kepada seseorang tanpa izin Tuhan.”

Imam Shadiq As bersabda, “Mustahil seseorang mencapai maqam penghambaan sejati kecuali pujian dan caci-maki orang lain atas dirinya adalah sama baginya, karena seseorang yang baik dan saleh di sisi Tuhan tidak akan menjadi buruk dengan penolakan dan pencitraan buruk masyarakat [kepadanya] dan seseorang yang tertolak (buruk) di sisi Tuhan tidak akan berubah [menjadi baik] dengan pujian dan pemuliaan orang lain. Janganlah berbahagia dengan pujian masyarakat, karena pujian mereka tidak menambah derajatmu di sisi Tuhan dan tidak menyingkirkan engkau dari apa-apa yang dituduhkan kepadamu atau yang ditakdirkan bagimu dan atau apa-apa yang tidak akan menimpamu.

Janganlah bersedih dan sempit dada terhadap celaan dan caci-maki orang lain, karena celaan mereka tidak menurunkan maqam dan tingkatanmu dan tidak akan merugikan kepentingan-kepentinganmu.

Cukupkanlah penyaksian dan pengetahuan Tuhan terhadap amal-amal baik dan burukmu, sebagaimana Dia berfirman, “Cukuplah bahwa Tuhan saksi atas segala sesuatu.” Seseorang yang tidak memiliki kemampuan mengembalikan celaan dan caci-maki dari dirinya dan juga menetapkan pujian tentang dirinya, bagaimana layak mengharapkan pujian darinya dan atau takut dari caci-makinya.

Pujian dan celaan sama baginya dan ketahuilah bahwa hanya pujian dan ridha Tuhan yang harus menjadi perhatian dan perhargaanmu dan janganlah menghiraukan pujian dan keridhaan orang lain, karena masyarakat dicipta dari bahan yang lemah dan air yang rendah dan tidak ada sesuatu kecuali usaha-usahamu sendiri. Allah Swt berfirman, “Tidak bagi manusia kecuali apa yang diupayakan.” Dan “Mereka bukan pemilik keuntungan dan kerugian bagi diri mereka sendiri dan juga mereka tidak memiliki kehendak hidup dan atau kematian dan kehidupan dua kali.”” Biharul Anwar, jilid 70, hal. 294-295).

(Shabestan/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: