Di sebagian negara terutama negara-negara Barat, wanita tidak memiliki nilai spiritual dan hanya dipandang sebagai sebuah barang yang bisa diperjualbelikan. Hal ini bisa kita saksikan dengan sangat kentara di dunia Hollywood.
Ini adalah satu sisi masalah. Di sebagian negara lain seperti Arab Saudi, wanita malah dipandang sangat terbatas dan bahkan tidak memiliki hak untuk memberikan suara atau malah menyetir mobil. Kondisi ini telah menuai protes keras dari kalangan wanita Saudi sendiri. Beberapa hari lalu, ‘Adilah anak perempuan Raja Abdullah keluar ke tengah masyarakat dengan pakaian tak senonoh. Ini menunjukkan bahwa kaum wanita Saudi tidak rela dengan kondisi yang dominan.
Lain lagi dengan kelompok teroris ISIS. Kelompok ini memaksakan sebuah bentuk radikal dari sebuah hijab dan memaksa kaum wanita beraktifitas di tengah masyarakat dengan model pakaian radikal ini. Lebih gila lagi, mereka mengesahkan jihad nikah yang tidak pernah sejalan dengan logika itu. Dan tentu ini adalah sebuah bentuk pandang terhadap wanita hanya sebagai sebuah alat komersial.
Jika ISIS memberikan nilai khusus terhadap kaum wanita, maka apakah justifikasi yang bisa kita berikan terhadap pengesahan jihad nikah tersebut? Para wanita yang berhasil melarikan diri dari cengkeraman kelompok teroris anti kemanusiaan ini mengaku menyesal atas keputusan mereka untuk bergabung dengan ISIS selama ini.
Di sisi lain, ISIS juga menampilkan wanita dengan model hijab khusus tersebut sebagai alat untuk memerangi masyarakat. Dengan ini, setiap orang yang melihat model wanita semacam ini pasti akan terbersit di benak bahwa hijab sangat sinonim dengan pembunuhan dan kekerasan.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email