Ternyata sejarah menyimpan bukti-bukti bahwa Syiah -yang ada hari ini- adalah mazhab yang berpedoman pada Nabi dan Ahlul bait. Apa saja bukti-bukti itu? Silahkan baca selengkapnya.
Ulama syiah selalu mengatakan bahwa mahzab mereka adalah warisan dari keluarga Nabi. Memang hanya Syiah yang dengan sungguh-sungguh berpedoman pada ahlul bait Nabi sedangkan salafi wahabi adalah nashibi model baru yang secara lahir berkoar-koar mencintai ahlul bait tetapi kenyataannya malah meninggalkan ahlul bait dan bersikap sinis pada ahlul bait.
Tidak suka dengan kenyataan pahit -kalau Syiah adalah mazhab ahlul bait- ulama salafi wahabi membuat klaim kalau syiah adalah sesat dan kafir.
Kita banyak mendengar klaim ini dimana-mana, khususnya ditujukan bagi muslim yang awam. Awam di sini bukan sekedar awam dalam artian tidak berpendidikan atau tidak terpelajar, tetapi awam dalam pemahaman Islam, termasuk kalangan awam yang saya maksud adalah kalangan intelektual yang berpendidikan tinggi hingga menyelesaikan jenjang pasca sarjana, barangkali juga diberi gelar profesor. Orang awam ini begitu mudahnya terjebak propaganda busuk dari orang-orang berkedok ulama yang tidak henti-hentinya menyebarkan kebencian kepada para pecinta ahlul bait. Mereka tidak puas hanya dengan meninggalkan ahlul bait dan bersikap sinis pada ahlul bait, mereka bahkan merendahkan dan mengkafirkan orang-orang yang mencintai ahlul bait. Mereka tidak rela kalau nama ahlul bait membumbung tinggi dan lebih mulia dari tokoh pujaan mereka putra bani Umayyah.
Banyak orang awam terpesona oleh cerita-cerita yang mengkafirkan mazhab ahlul bait. Cerita yang disebarkan oleh mereka yang berkedok ulama dan berkedok berpegang pada sunnah. Mereka terpengaruh oleh kebohongan salafi wahabi -yang pada hakekatnya adalah Nasibi- yang menebarkan cerita-cerita yang katanya mengutip kitab syiah sendiri. Orang-orang awam tentu akan mudah terpengaruh dengan cerita wahabi seperti situs hakekat.com tanpa bisa melacak asal-usul cerita itu, tanpa bisa memilah apakah cerita wahabi itu benar adanya atau hanya kebohongan busuk yang berasal dari nafsu kebencian kepada mahzab ahlul bait. Di satu sisi kita kasihan melihat orang-orang awam yang tertipu tetapi di sisi lain kita bisa memaklumi bahwa orang awam tidak dapat melacak asal-usul periwayatan sebuah cerita. Karena untuk melacak kebenaran sebuah cerita bukan hal yang mudah bagi orang awam. Begitu juga menyebarkan kebohongan busuk dan memolesnya agar tampak bagus bukan hal yang mudah bagi orang awam karena kemampuan itu hanya timbul dari benih-benih Nasibi yang tersemai oleh pupuk buatan bani Umayyah.
Jika kita melihat sejarah dengan teliti maka kita akan menemukan peristiwa-peristiwa yang menunjukkan kebenaran mazhab Syiah. Hingga akhirnya kita bertanya-tanya tentang kebenaran klaim salafi wahabi. Dan yang lebih mengherankan lagi salafi wahabi tetap tidak bergeming dan berikeras memegang teguh klaimnya yang telah dibantah oleh sejarah. Yang disebut klaim bisa jadi hanya kesimpulan dari beberapa fakta yang bisa saja keliru, namun mestinya jika klaim itu bertabrakan dengan satu bukti nyata dan sejarah yang benar-benar terjadi, mestinya mereka yang mencari kebenaran akan meninjau kembali pemikiran sebelumnya yang keliru. Tapi begitulah mental Nasibi, mereka memang hanya ingin menyebar kebohongan dan kebencian kepada mahzab ahlul bait.
Berbeda dengan salafi Nasibi yang bermental “pokoknya”, Ulama syiah bersikap terbuka terhadap kritik-kritik salafi nasibi. Mereka Ulama syiah bahkan tidak menutupi riwayat-riwayat yang memberatkan mereka karena bagi mereka modal utama mencapai kebenaran adalah kejujuran. Tetapi sikap baik ulama syiah ini dipelintir oleh salafi nasibi seperti situs hakekat .com, ia mengatakan kalau ulama syiah menutupi peristiwa yang bertentangan dengan mahzab syiah. Padahal jelas-jelas contoh yang ia sebutkan justru membuktikan kejujuran para Ulama syiah. Situs pendusta hakekat.com mengutip:
Temanku – Ayatullah Sayyid Shadruddin Al Jaza’iri- menceritakan pada suatu hari dia berada di rumah Ayatullah Sayyid Muhsin Al Amin Al Amili di Syam, kebetulan Tsiqatul Muhadditsin Abbas Al Qummi juga ada di sana. Lalu terjadilah dialog antara Abbas Al Qummi dan Muhsin Al Amin. Abbas Al Qummi bertanya pada Muhsin Al Amin mengapa anda menyebutkan baiat imam Ali Zainal Abidin kepada Yazid bin Muawiyah, -semoga dia dan ayahnya dikutuk dan masuk neraka- dalam kitab “A’yanu As Syi’ah”? Muhsin Al Amin menjawab : kitab A’yanu As Syi’ah adalah kitab sejarah, karena telah terbukti dalam sejarah bahwa ketika Muslim bin Uqbah menyerang kota Madinah, membunuh dan merampok serta memperbolehkan kehormatan selama tiga hari atas perintah Yazid, melakukan kejahatan yang tidak mampu ditulis oleh pena, imam As Sajjad telah berbaiat pada yazid karena kepentingan mendesak, dan karena taqiyah untuk menjaga diri dan bani hasyim. Baiat ini adalah seperti baiat Ali pada Abubakar setelah enam bulan dari wafatnya Nabi , setelah syahidnya Fatimah.
Abbas Al Qummi mengatakan: tidak boleh menyebutkan kejadian ini meskipun benar terjadi, karena dapat melemahkan akidah orang banyak, dan kita harus selalu menyebutkan kejadian yang tidak bertentangan dengan akidah orang banyak.
Muhsin Al Amin mengatakan: saya tidak tahu mana kejadian sejarah yang ada manfaat di dalamnya dan mana yang tidak ada manfaatnya, hendaknya anda mengingatkan saya pada kejadian yang tidak ada manfaatnya, saya tidak akan menuliskannya.
Coba lihat baik-baik saudara, Muhsin Al Amin seorang Ulama syiah dengan jujur memasukkan riwayat baiat Imam Sajjad kepada Yazid dalam kitabnya A’yanu As Syi’ah –terlepas dari benar tidaknya riwayat tersebut- ini menjadi bukti nyata kalau ulama syiah tidak menutup-nutupi peristiwa apapun. Riwayat ini tentu akan melemahkan akidah orang banyak yang tidak paham ilmu agama dengan baik, orang-orang yang dengan begitu saja percaya dengan setiap riwayat yang mereka baca. Oleh karena itulah Abbas Al Qummi khawatir dan ia menyarankan agar tidak memasukkan riwayat yang melemahkan akidah orang banyak. Lagipula selepas dialog ini ternyata riwayat itu masih dapat dilihat dan tidak ditutup-tutupi oleh Muhsin Al Amin bahkan oleh ulama syiah Sayyid Muhammad Husein Al Husaini dalam Ma’rifatul Imam sehingga dengan mudahnya si pendusta hakekat.com itu bisa dapat membaca riwayat tersebut. Semua ini membuktikan kejujuran ulama syiah bahwa mereka tetap menuliskan riwayat-riwayat walaupun memberatkan mereka dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Justru hakekat.com itulah yang memelintir kejujuran ulama syiah dengan kedustaannya kalau Ulama syiah menutup-nutupi peristiwa yang bertentangan dengan mahzab mereka.
Berkenaan dengan isi riwayat tersebut yaitu Imam Sajjad memberikan baiat kepada Yazid karena Taqiyah adalah riwayat lemah yang tidak benar karena para sejarawan justru menyatakan yang sebaliknya yaitu Mas’udi dalam Muruj Adz Dzahab 3/70, Mubarrad dalam Kamil 1/260 dan Dinawari dalam Tarikhnya hal 266 menyebutkan:
"ketika tentara Yazid pimpinan Muslim bin Uqbah akhirnya menaklukan orang Madinah dalam pertempuran di Harrah kemudian menjarah kota itu, Zainal Abidin dan keluarganya tidak dianiaya. Begitu pula ketika seluruh warga Madinah dengan hinanya diharuskan membaiat dan menyatakan diri sebagai budak-budak khalifah Yazid, Zainal Abdin dikecualikan."
Para sejarawan telah membuktikan justru Imam Sajjad adalah imam yang disegani tidak hanya oleh para pengikutnya tetapi juga oleh lawannya seperti Yazid dan pengikutnya sehingga mereka merasa segan untuk memaksa Imam yang mulia ini untuk membaiat Yazid dan inilah yang benar. Oleh karena itulah Ulama syiah tidak pernah menutup-nutupi riwayat apapun termasuk riwayat baiat Imam Sajjad kepada Yazid karena mereka yakin kalau riwayat tersebut tidaklah benar ataupun jika mereka membenarkan riwayat itu maka mereka yakin bahwa mereka juga tidak luput dari kesalahan dan akan ada ulama lain yang membantah riwayat tersebut dan menunjukkan kebenarannya. Sikap seperti ini tidak lain berakar pada keyakinan bahwa Kebenaran selalu akan datang dan kebohongan-kebohongan akan selalu terungkap. Cih tapi dengan penuh dusta situs hakekat.com malah merendahkan sikap baik dan ilmiah ulama-ulama syiah.
Yah memang begitulah anak cucu Umayyah, kita sudah lihat betapa khalifah kebanggan salafi nasibi, putra Muawiyah yang diagungkan salafi nasibi adalah orang yang haus kekuasaan. Dengan penuh dosa ia menyerang Madinah dan memaksa penduduk Madinah membaiatnya. Pemimpin macam apa yang bergelimang dosa seperti itu dan kita lihat ulama-ulama Madinah yang notabene penduduk Madinah dengan takutnya membaiat pemimpin semacam itu. Nah memang begitulah mentalitas bani Umayyah dan ulama-ulama pengikutnya yang diturunkan kepada salafi nasibi termasuk hakekat.com.
Berbeda dengan Ulama syiah, salafi nasibi jelas bermental sangar dan tertutup, mereka tidak bisa menerima kritik apapun bahkan dari ulama sunni sendiri, jadi sudah pasti mereka berteriak marah-marah jika ada ulama syiah yang mengkritik mereka. Diantaranya mereka mencela Sayyid Ali Al Milani yang meragukan peristiwa Abu Bakar menjadi Imam shalat. Sayyid Ali Al Milani bahkan telah memberikan bukti-bukti dari kitab yang diakui salafi nasibi sendiri, tetapi karena mental yang sangar dan tidak mau menerima kritik, mereka malah mencela Sayyid Ali dan mengatakan kalau metode yang ia gunakan adalah metode penelitian hadis ala syiah.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, begitu pula pemilik situs dusta hakekat.com mengecam penelitian Sayyid Ali Al Milani dengan mengatakan:
"ulama syiah juga menebarkan keraguan seputar peristiwa-peristiwa yang tidak sejalan dengan kepentingan syiah dan “melemahkan akidah orang”, seperti Ali Al Milani yang mencoba meragukan peristiwa Abubakar diperintahkan oleh Nabi untuk menjadi imam shalat. Dia mencoba menguji peristiwa itu melalui metode penelitian hadits ala syiah. Namun itu tidak banyak berguna karena peristiwa itu tercantum di Shahih Bukhari, yang dianggap shahih oleh kaum muslimin. Jika peristiwa itu diragukan, maka sudah semestinya peristiwa lainnya yang tercantum dalam Shahih Bukhari juga ikut diragukan, seperti peristiwa Saqifah, dan peristiwa Nabi yang menyerahkan bendera perang pada Ali pada perang Khaibar. Juga hadits tentang kedudukan Nabi Muhammad dan Ali yang dinyatakan bagai Nabi Musa dan Nabi Harun."
Ternyata selain dusta, situs ini memang dungu dalam berhujjah. Alangkah mudahnya ia menyalahkan Sayyid Ali Al Milani dengan dalih riwayat itu ada dalam shahih bukhari, pemilik situs hakekat.com sepertinya tidak pernah membaca tulisan Sayyid Ali. Sudah jelas Sayyid Ali mengetahui kalau riwayat itu ada dalam Shahih Bukhari dan ia mengajukan bukti-bukti kontradiksi riwayat tersebut dengan riwayat-riwayat lain. Dengan seenaknya situs hakekat.com melakukan qiyas kalau riwayat tersebut diragukan maka sudah semestinya peristiwa lain dalam shahih bukhari diragukan. Bagi hakekat.com, semua yang ada dalam shahih bukhari sudah pasti benar dan meragukan salah satunya berarti meragukan semua isi kitab tersebut. Si dungu ini sepertinya tidak tahu kalau ulama kebanggaannya albani bahkan telah menolak hadis shahih bukhari yaitu hadis yang menerangkan kalau Nabi menikahi Maimunah saat ihram. Dan jauh sebelum albani sudah ada banyak ulama sunni yang menolak hadis shahih bukhari ini diantaranya menantu abu hurairah si said al musayyab. Apa yang akan si dungu hakekat.com katakan setelah mengetahui fakta ini?. Cih gampang, saya katakan maka sudah semestinya peristiwa-peristiwa lain dalam shahih bukhari juga ikut diragukan termasuk abu bakar menjadi imam Shalat. Jadi hujjah hakekat.com malah menjadi bumerang yang menghancurkan kitab hadis kebanggannya shahih bukhari.
Begitulah orang awam banyak yang tidak mengetahui kebohongan dan kedunguan situs hakekat.com. Mereka hanya terbuai dengan cerita hakekat.com yang belum pernah mereka dengar dan dengan cerita-cerita itulah mereka langsung membenarkan situs tersebut. Padahal kesimpulan-kesimpulan hakekat.com sangat pincang dan rapuh secara logika ditambah lagi banyak data-data yang dipelintir dan tidak diikutkan. Jadi cara pikir yang salah ditambah data-data yang dipelintir dan tidak diikutkan membuat kesimpulan situs tersebut menjadi benar-benar palsu.
Sejarah Keluarga Nabi Pada makalah singkat ini kami akan membuktikan pada pembaca seputar sejarah keluarga Nabi yang disepakati oleh para sejarawan baik sunni maupun syiah, yang akan membuktikan bahwa mahzab Syiah adalah mahzab yang berpedoman pada Ahlul bait dan orang-orang sunni justru meninggalkan Ahlul bait.
Seluruh sejarawan baik dari pihak syiah maupun sunni mengatakan bahwa ahlulbait Nabi tinggal bermukim di kota madinah. Situs hakekat.com mengatakan kalau ahlul bait Nabi tinggal di tengah-tengah penganut ahlussunnahwaljamaah -sunni-, kami tidak akan membuang energi sia-sia untuk membantah hal ini. Anggap saja hal itu benar, maka ada fakta aneh yang bahkan tidak terpikirkan oleh hakekat.com. Mengapa sedikit sekali orang-orang Madinah yang katanya sunni itu mengambil hadis dari para Imam Ahlul Bait?. Mengapa nama Az Zuhri lebih banyak ditulis dalam kitab hadis Sunni dibanding nama Imam Sajjad?. Ada berapa banyak hadis imam Musa Kazhim dalam kitab hadis sunni? Apakah orang-orang Sunni mencatat ilmu-ilmu dari imam Ja’far? Mengapa nama imam Baqir, Imam Ali Ridha dan imam Ali Al Hadi jarang tercatat dalam kitab hadis Sunni?. Fakta mengejutkan justru mereka yang tinggal jauh dari Imam rela mengorbankan waktunya menempuh perjalanan jauh ke Madinah hanya untuk mengambil hadis dari sang imam sedangkan mereka yang tinggal di dekat imam malah meninggalkan Imam dan mencari orang lain. Atau mungkin mereka sunni memang menghadiri majelis sang imam tetapi sepertinya mereka tidak bersungguh-sungguh untuk mencatat dan melestarikan ilmu sang Imam sehingga jarang sekali nama-nama sang Imam tercatat dalam kitab hadis Mu’tabar di sisi Sunni. Berbeda dengan Sunni, Syiah selalu mencatat hadis-hadis sang Imam dan siapapun tidak bisa menyangkal kalau nama sang Imam penuh dalam kitab-kitab hadis syiah yang mu’tabar. Ini adalah bukti kuat kalau Syiah bersungguh-sungguh mengikuti Ahlul Bait serta mencatat dan melestarikan ilmu para imam ahlul bait.
Salafi nasibi tidak mampu menyangkal fakta mengejutkan ini, oleh karena itu untuk membohongi orang awam, mereka melemparkan tuduhan kalau syiah berdusta atas nama ahlul bait tanpa menunjukkan bukti apapun. Begitulah mental busuk anak cucu umayyah, Cih sudah tidak punya bukannya merendah malah iri dengki dan dengan angkuh memfitnah syiah.
Kita masuk ke bagian paling lucu dari tulisan hakekat.com yaitu bukti-bukti yang ia katakan logis dan masuk akal yang yang menunjukkan adanya pemalsuan sejarah bahwa para imam bermazhab syiah Ia mengatakan dengan angkuhnya.
Ali berada di bawah ketaatan para khulafa Rasyidin yang menjabat khalifah sebelumnya, jika memang mazhab Ali berbeda dengan para khalifah sebelumnya –seperti diklaim oleh syiah- sudah pasti Ali akan keluar dari Madinah yang penduduknya tidak mau berbaiat kepadanya, dan pergi ke negeri Islam lainnya, apalagi negeri yang belum lama masuk dalam Islam seperti Irak dan Persia, yang mana penduduk negeri itu baru masuk Islam dan haus akan kebenaran, jika memang Ali benar-benar dihalangi untuk menduduki jabatan yang menjadi haknya pasti mereka akan menolongnya, tetapi yang terjadi adalah Ali tidak keluar dari Madinah, baru keluar dari madinah setelah dibaiat menjadi khalifah.
Apakah suatu konsekuensi logis, jika dua orang tinggal bersama dalam satu kota maka keduanya memiliki mahzab yang sama?. Lucu bukan, yah memang begitulah tingkat kecerdasan hakekat.com, ia mengukur orang lain dengan kecerdasan yang ia miliki seolah-olah tingkat kecerdasannya adalah rata-rata orang pada umumnya. Huh padahal sedikitpun orang ini tidak mengerti apa itu logis dan tidak logis. Mengenai sikap Imam Ali maka kami katakan sikap Beliau adalah sikap yang paling baik dan orang-orang yang dangkal pikirannya seperti hakekat.com tidak bakal mampu memahami kemuliaan Sang imam. Imamah dalam Syiah adalah jabatan ilahi yang tidak akan berpindah pada siapapun kecuali kepada orang yang telah ditunjuk oleh Allah SWT. Mereka para perampas hanya mampu merampas khilafah yang merupakan bagian dari Imamah tetapi pada hakekatnya para imam tetaplah seorang imam. Disinilah arti penting tindakan para Imam yang lebih mengutamakan perdamaian dan keutuhan islam dibanding merebut khilafah dengan pertumpahan darah. Sehingga kita dapat memahami mengapa Imam Ali tidak menghimpun pasukan untuk mengambil kembali khilafah. Orang-orang yang dangkal pikirannya memang tidak akan pernah memahami apa itu Imamah, bagi mereka khilafah dan Imamah itu sama saja. Dalam Syiah, Imamah menunjukkan kepemimpinan yang meliputi kepemimpinan dalam syariat, kepemimpinan dalam akhlak, kepemimpinan dalam ilmu dan khilafah. Sedangkan dalam sunni kita lihat mereka mengkhususkan Imamah hanya pada khilafah saja, sehingga tidak mengherankan kalau kita melihat ada di antara khalifah mereka yang bergelimang penuh dosa.
Imam Ali yang merupakan sahabat yang berjasa besar dalam menegakkan islam pada masa Rasulullah terkenal dengan kegigihannya secara aktif dalam setiap perperangan, beliau tidak pernah lari dari perperangan dan dengan penuh pengorbanan selalu melindungi Rasulullah SAW. Alangkah anehnya sosok yang berjiwa besar ini ketika mendadak tidak ada ceritanya pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar, Beliau mengasingkan diri dan bersikap pasif terhadap pemerintahan Abu Bakar dan Umar.Beliau tidak ikut serta dalam setiap kebijakan kedua khalifah tersebut. Salah satu bukti sikap pasif beliau adalah beliau tidak ikut serta dalam perperangan Abu Bakar melawan orang-orang murtad. Beliau tidak ikut serta dalam perperangan menaklukan bangsa Rum pada masa Umar. Walaupun begitu tidak jarang beliau memberikan saran-sarannya ketika para khalifah meminta saran beliau tentu saja semata-mata demi kemaslahatan umat dan menegakkan hukum Allah SWT.
Apakah sikap pasif Imam Ali itu menjadi bukti kalau Imam Ali mengakui kekhalifahan Abu bakar dan Umar?. Siapapun yang berpikir jernih pasti mengetahui kalau sikap pasif Imam Ali pasti memiliki latar belakang penyebabnya?. Sunni tidak akan mampu menjawab pertanyaan itu tetapi Syiah dengan mudah menjawab kalau sikap pasif tersebut karena Imam Ali lebih berhak dalam masalah khilafah dibanding Abu Bakar dan Umar. Di satu sisi Imam Ali tahu kalau haknya dirampas dan disisi lain ia lebih mengutamakan kemaslahatan umat Islam, sikap seperti ini menunjukkan kebijaksanaan Imam yang luar biasa dan saya yakin orang yang dangkal pikirannya seperti hakekat.com tidak akan pernah bisa memahami kebijaksanaan seperti ini bahkan hingga tujuh turunan.
Ia juga mengatakan:
Begitu juga peristiwa perdamaian antara Hasan dan Muawiyah, sudah semestinya Hasan tidak menyerahkan jabatan imamah pada Muawiyah, jika memang imamah adalah jabatan yang sama seperti kenabian –seperti diyakini syiah, lihat Ashlu Syi’ah wa Ushuluha juga Aqaidul Imamiyah-, sudah semestinya Hasan berjuang sampai tetes darah terakhir, apalagi ribuan tentara siap untuk mendukungnya menumpas Muawiyah, bukannya menumpas Muawiyah, Hasan malah menyerahkan jabatan yang menjadi amanat ilahi –sebagaimana kenabian- kepada musuh yang telah memerangi ayahnya.
Sekali lagi kita melihat kalau hakekat.com ini dengan pikiran dangkalnya telah gagal memahami tindakan Imam Hasan. Lagi-lagi orang ini tidak paham apa itu Imamah sehingga dengan mudahnya ia berkata Imam Hasan menyerahkan Imamah pada Muawiyah. Perlu anda ketahui wahai orang yang dangkal pikirannya, Imamah adalah suatu ketetapan ilahiah yang tidak bisa diserahkan. Imamah layaknya kenabian adalah suatu ketetapan Allah SWT, Nabi tetaplah Nabi meskipun semua orang mendustakannya dan begitu pula imam tetaplah imam meskipun semua orang menolak untuk mengakuinya. Inilah Imamah yang tidak bisa anda pahami dan dengan gaya sok pintar anda merasa tahu soal Syiah. Cih alangkah banyaknya orang dungu menjadi besar kepala.
Imam Hasan menyerahkan khilafah pada Muawiyah demi kemaslahatan Umat untuk mencegah pertumpahan darah yang sia-sia. Hakekat.com memang tidak bisa melihat permasalahan dengan benar. Siapa khalifah yang sah pada saat itu? Bukankah Imam Hasan, lantas apa urusannya si Muawiyah ini mau memerangi Imam Hasan? Bukankah kewajiban Muawiyah adalah membaiat imam Hasan?. Tidakkah anda melihat itu wahai hakekat.com. Atau anda mau mengatakan kalau khilafah Imam Hasan tidak sah dan Muawiyah lebih layak sebagai khalifah. Cih memang pantas kalau salafi nasibi itu adalah pemuja bani Umayyah.
Anehnya dengan mudah hakekat.com berkata bahwa imam Hasan punya ribuan tentara yang siap mendukungnya. Begitulah memang, orang ini si pendusta hakekat.com adalah orang yang banyak bicara tetapi tidak ada isinya. Tidakkah ia mengetahui kalau banyak sekali data mengenai tentara Imam Hasan. Tidakkah ia tahu kalau banyak tentara Imam Hasan yang membelot dari Beliau?. Tidakkah ia tahu kalau tentara Imam Hasan menjadi terpecah belah karena propaganda mata-mata Muawiyah? Tidakkah ia tahu kalau ada tentara Imam Hasan yang ogah-ogahan dan bermalas-malasan dalam memenuhi seruan Imam Hasan?. Tidakkah ia tahu ada berapa banyak tentara Imam Hasan yang benar-benar adalah Syiah atau pengikut Imam Hasan?. Jika tidak tahu maka tidak perlu banyak bicara wahai orang yang dangkal pikirannya, saya akan membahas bagian ini pada makalah tersendiri.
Hakekat.com yang pendusta itu berkata:
Para imam setelah imam Ali tidak pernah memberontak pada khalifah yang adil, kecuali imam husein yang syahid di Karbala, meskipun demikian beliau memberontak karena kezhaliman Yazid, bukan karena husein yang menginginkan untuk menjadi imam, meskipun dia adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah saat itu.
Saya katakan kepada anda wahai pemilik situs hakekat.com. Apakah anda memahami apa yang anda bicarakan?. Jika anda mengatakan Imam Husain seorang pemberontak maka saya katakan apa yang telah dilakukan Imam Husain? Adakah ia menghimpun pasukan layaknya seorang pemberontak? Adakah Imam Husain menyeru orang-orang untuk memberontak?. Pemberontak seperti apa yang anda sematkan pada Imam Husain, wahai hakekat.com. Kemudian apakah yang anda maksud dengan perkataan “husein yang menginginkan untuk menjadi imam”?. Berulang kali anda menunjukkan kedangkalan pikiran yang memprihatinkan. Imam Husain adalah seorang Imam sebelum orang-orang Kufah memintanya untuk datang ke Kufah. Karena Imam Husain sadar bahwa dirinya seorang Imam maka Beliau memenuhi permintaan penduduk kufah yang mengaku kalau mereka tidak memiliki Imam. Cih betapa banyaknya yang tidak anda pahami wahai hakekat.com dan celakanya pikiran anda yang dangkal itu memang menjadikan anda mustahil untuk memahami semuanya.
Betapa naifnya semua bukti yang anda ajukan wahai pemilik situs hakekat.com dan alangkah angkuhnya anda ketika mengatakan kalau bukti yang anda ajukan itu logis dan masuk akal. Sungguh anda ini lebih patut untuk dikasihani daripada dibenci.
(yayasan-aljawad/syiahali/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email