Khaled al-Jayousi, dengan mengisyaratkan kritikan terbaru mufti Arab Saudi terhadap film Muhammad Rasulullah (Saw) besutan Majid Majidi menegaskan, statemen mufti Saudi tentang film ini adalah kedengkian dan politik.
Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari Al-Alam, Khaled al-Jayousi, penulis dan jurnalis Palestina, dalam situs berita Rai al-Youm menulis: Abdul Aziz Āl al-Syaikh, Grand Mufti Saudi dan ketua dewan ulama tinggi negara ini baru-baru saja dengan mengeluarkan sebuah fatwa mengumumkan, film Muhammad Rasulullah (Saw) besutan sutradara Iran, Majid Majidi, yang sekarang ini banyak diputar di sinema-sinema Iran telah mencemooh Rasulullah (Saw) dan mengurangi nilai dan maqom beliau dan tujuan film ini adalah penyelewengan Islam.
Dia menyebut film ini sebagai film Majusi, menyalahi syariat, anti-Islam dan mengingatkan bahwa tidak semestinya film ini dipublikasikan, karena syariat tidak mengizinkan penggambaran wajah Rasulullah (Saw)!
Saya belajar di sekolah-sekolah Saudi, dan secara spesifik dalam bagian ilmu Arab dan syariat, sesungguhnya diperlukan dua syarat untuk membuat sebuah fatwa. Petama adalah pemilik fatwa mengetahui akan ilmu agama, dimana hal ini secara lahiriah selaras dengan syaikh kita. Namun hanya Allah Swt sajalah yang mengetahui di balik dan apa yang tersembunyi. Kedua adalah pemilik fatwa harus benar-benar mengetahui dengan baik tentang topik yang difatwakan.
Disini syarat kedua fatwa mufti Saudi tidak terealisasikan, karena dirinya belum menyaksikan film tersebut. Tidak ada sinema di Saudi, oleh karenanya informasi mendetail dimana harus mengeluarkan fatwa berdasarkan hal tersebut belumlah ada di Arab Saudi, maka hasilnya adalah dalih tentang keharaman penggambaran wajah Rasulullah (Saw) tergugurkan. Syaikh kita mengatakan kepada kita wajah Rasululah (Saw) terlihat dalam film Majusi ini, sementara dalam film ini sama sekali tidak ada kejadian tersebut.
Kita kembali terjerumus dalam jebakan sektarian dan kita menambatkan kedengkian pada dendam dan perselisihan sejarah kita; sekali lagi kita mengeluarkan fatwa dan hukum berdasarkan situasi politik, dan sekali lagi kita mengembankan jubah Ahlusunnah pada pundak kita guna memerangi sorban Syiah.
Manakah deskripsi Majusi dalam film tersebut? Sebuah film yang menceritakan tentang masa kecil Rasulullah (Saw).
Apakah mungkin Iran dimana sistem dan undang-undangnya berlandaskan Islam, akan memusuhi Islam? Sama sekali tidak akan pernah mendiskreditkan beliau dengan cara menggambarkan wajah Rasulullah (Saw), namun menurut saya, mencemooh agama Islam, akidah dan membesar-besarkannya menyebabkan diskriminasi terhadap Rasulullah. Seorang Nabi yang datang untuk menyempurnakan makarimul akhlak. Kita harus kembali kepada esensi sejati agama Islam, namun sebelumnya kita harus mengitrogasi orang-orang yang bertanggung jawab merusak citra Islam.
(IQNA/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email