Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Arab dan Afrika Hossein Amir-Abdollahian.
“Perkembangan saat ini di Palestina dan perlawanan rakyat dan pemuda di wilayah-wilayah pendudukan menunjukkan merebaknya Intifada baru,” Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Arab dan Afrika Hossein Amir-Abdollahian mengatakan pada hari Kamis (15/10/15).
Intifada adalah perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel. Intifada pertama berlangsung antara tahun 1987 dan 1993, dan Intifada kedua di tahun 2000-an.
Pejabat Iran itu juga mengatakan perlawanan baru ini berkembang sebagai reaksi akibat “tindakan agresi serta pembunuhan bayi” yang dilakukan oleh rezim Israel.
Rezim Israel telah melakukan serangan militer di wilayah Palestina yang diduduki.
Pasukan
Israel terlihat berjaga-jaga ketika jamaah Palestina mengambil bagian
dalam shalat Jumat di Timur al-Quds (Yerusalem) di daerah Ras al-Amud, 9
Oktober 2015. (Foto: AFP)
Masjid al-Aqsa adalah tempat ketiga paling suci Islam dan sangat dihormati oleh orang-orang Yahudi dan juga Kristen.
“Pelanggaran sistematis hak asasi manusia, penodaan Masjid al-Aqsa dan Zionis yang kejam merupakan masalah yang dihadapi dunia Muslim, juga kebijakan yang tidak bijak dan dana yang dipakai untuk membiayai teroris di kawasan ini,” ujar Amir-Abdollahian.
“Sayangnya, kehancuran infrastruktur negara-negara Muslim, selarasnya entitas tertentu dengan pendekatan kekerasan Zionis, dan kebijakan gemar perang yang diadopsinya telah menjadikan keuntungan bagi rezim Zionis (Israel),” tambahnya.
Warga
Palestina mengunjungi makam keluarga Dawabsha, yang rumahnya dibakar
oleh pemukim Israel, di desa Tepi Barat Duma, 24 September 2015,
mengakibatkan seorang balita Palestina 18-bulan dan orang tuanya
meninggal dalam serangan itu. (Foto: AFP)
Dalam pernyataannya Kamis, Amir-Abdollahian juga menegaskan kembali dukungan Iran untuk hak-hak rakyat Palestina, mendesak dunia Islam untuk mendukung terhadap bangsa tertindas ini.
(Mahdi-News/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email