Seorang ulama di Mesir meminta komunitas dunia berhenti mengaitkan aksi ekstremis dengan Islam, dan mengatakan bahwa Muslim adalah korban paling menderita di tengah "bencana terorisme" saat ini.
Sheikh Ahmed al-Tayyeb, kepala institusi Al-Azhar di Kairo, juga meminta agar sejumlah aksi anti-Muslim di negara-negara Barat segera dihentikan.
"Mereka yang membakar Al Quran dan masjid di Barat harus tahu bahwa aksi tersebut juga terorisme," kata Tayyeb, dalam pertemuan dengan ulama di Kairo.
Sheikh Ahmed al-Tayyeb, kepala institusi Al-Azhar di Kairo, juga meminta agar sejumlah aksi anti-Muslim di negara-negara Barat segera dihentikan.
"Mereka yang membakar Al Quran dan masjid di Barat harus tahu bahwa aksi tersebut juga terorisme," kata Tayyeb, dalam pertemuan dengan ulama di Kairo.
"Jadi, jangan merespon terorisme dengan terorisme," sambung dia, seperti dilansir AFP, Sabtu (21/11/2015).
Al-Azhar, yang juga memiliki universitas, mengutuk serangkaian aksi teror yang dilakukan Islamic State (ISIS) di Paris dan grup ekstremis lainnya di Beirut dan Mali.
"Kami turut berduka bersama keluarga korban serangan di Eropa dan Afrika," kata Tayyeb.
Tayyeb meminta agar masyarakat dunia, terutama kaum intelek dan religius, untuk berpikiran terbuka dan tidak mengaitkan terorisme dengan Islam. Menurut Tayyeb, ekstremis yang mengatasnamakan Islam hanya minoritas, dan itu tidak menggambarkan perilaku Muslim sama sekali.
Serangkaian teror di Paris, Prancis, pada 13 November menewaskan 130 orang dan melukai 351 lainnya. Sementara dalam serangan teroris di sebuah hotel di Bamako, Mali, pada Jumat, menewaskan 27 orang.
(Metro-News/Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email