Pesan Rahbar

Home » , » Imam Khomeini dan Syiah dari Pandangan Ulama Sunni Syekh Ahmed Deedat

Imam Khomeini dan Syiah dari Pandangan Ulama Sunni Syekh Ahmed Deedat

Written By Unknown on Monday, 22 February 2016 | 00:47:00


Syekh Ahmad Hussein Deedat merupakan seorang cendikiawan Muslim dalam bidang perbandingan agama. Ia juga merupakan seorang pengarang, dosen, dan juga orator. Ia dikenal sebagai salah satu pembicara handal dalam debat public tentang masalah keagamaan. Pada 1957, Deedat bersama dua orang temannya, mendirikan Islamic Propagation Centre International (IPCI) dan ia menjadi presiden hingga 1996. Deedat wafat pada 2005 akibat stroke yang telah dideritanya sejak tahun 1996.

Dalam bidang dakwah Deedat adalah seorang legenda. Melalui video-videonya yang banyak tersebar di dunia maya, kita mendapati sosok Deedat adalah seorang lelaki tua yang dengan kemantapan diri tinggi berbicara di hadapan hadirin dalam jumlah ribuan. Ya, ribuan orang yang berada dalam setuju dan tak setuju, yang keduanya terlihat mencermati, tak melewatkan kata demi kata yang mengucur lancar dari mulut sang Syeikh. Dan ia adalah guru dari pendakwah terkenal Zakir Naik.

Lalu bagaimana pandangannya terkait Syiah, Berikut adalah ceramah kesaksian dan pendapat ulama masyur Afrika. disampaikan setelah perjalanan ke Iran tanggal 3 Maret 1982.


Isi Ceramah Syekh Ahmed Hussein Deedat

Sebelum saya pergi ke Iran, Dr. Kalim Siddiqui dari Inggris mengatakan kepada saya seraya bercanda, “Kalian memiliki separuh peluang untuk menjadi syahid.” Itu hanyalah gurauan tapi hampir menjadi kenyataan. Ketika kami sedang keluar kota saat perang terjadi, terdapat sebuah lapangan penuh dengan tank. Para pemuda kami keluar dari bus dan mulai memanjat tank serta mengambil gambar untuk ditunjukkan kepada orang-orang di rumah. Kemudian sebuah tank keluar dari lapangan untuk latihan uji coba dan tiba-tiba kami mendengar suara tembakan. Dari kejauhan kami melihat asap di beberapa tempat dan beberapa pemuda kami lari ketakutan dan berlindung di belakang bus. Ternyata kami berada dalam serangan orang-orang Irak. Ledakan bom berada di sekeliling kami dan Allah menyelematkan kami. Ingat bahwa Kalim telah mengatakan bahwa ada separuh peluang kami menjadi syahid, dan itu hampir menjadi kenyataan.


Kami mengunjungi mereka yang terluka di perang dan tidak ada satupun yang mengeluh tentang apa yang terjadi pada mereka. Seorang lelaki telah diamputasi kakinya tapi tidak ada air mata. Saya tidak pernah melihat setetes air mata dari siapa pun, dan justru mereka bertanya apakah ada kemungkinan untuk kembali ke pertempuran. Penyesalan mereka bukan karena luka, tapi mengapa mereka tidak bisa kembali ke garis depan untuk berjuang dan menjadi syahid. Inilah ambisi dari setiap muslim di sana.

Ketika kami mengunjungi tawanan, Iran telah menangkap sekitar 7.800 tawanan perang Irak dan mereka terlihat sehat dengan pakaian dan makanan yang baik. Seorang teman saya tertarik untuk mencari tahu apa yang tawanan Irak rasakan tentang kondisi mereka. Setiap orang yang dia tanya menjawab bahwa mereka terjaga dengan baik. Lalu saya punya ide. Beberapa orang ada di sini selama setahun dan yang lainnya berbulan-bulan, saya ingin tahu ada berapa orang yang melakukan bunuh diri? Saya tanyakan ke setiap kelompok tawanan perang berapa orang yang melakukan bunuh diri? Mereka mengatakan tak satu pun. Tidak ada satu pun tawanan yang melakukan bunuh diri.

Jika kita melihat kepada apa yang disebut sebagai peradaban negara Barat di Afrika Selatan, ada 46 orang yang melakukan bunuh diri di tawanan hanya untuk tahun ini. Mereka makan, berpakaian dengan baik dan memiliki sel sendiri tapi sejauh ini sudah 46 orang melakukan bunuh diri. Jika orang-orang tidak diperlakukan dengan baik maka beberapa orang akan mencari jalan keluar termudah, tapi tidak ada seorang pun yang melakukan bunuh diri di antara 7.800 tawanan perang.

Kami pergi mengunjungi imam, Ayatullah Ruhollah Musawi Khomeini. Ada sekitar 40 orang dari kami menunggu imam dan imam datang dan berada sekitar sepuluh meter dari tempat saya. Saya melihat imam. Dia menyampaikan ceramah kepada kami sekitar setengah jam, dan tidak ada sesuatu apapun kecuali Quran. Orang ini seperti Quran yang terkomputerisasi. Pengaruh luar biasa yang dia miliki di setiap orang; kharismanya sungguh menakjubkan. Anda cukup melihat ke arahnya dan air mata mengalir di pipimu. Anda cukup melihatnya dan Anda akan menangis. Saya tidak pernah melihat orang tua yang lebih tampan darinya dalam hidupku; tidak foto, video atau televisi yang dapat menilai orang ini. Orang tua paling tampan yang pernah saya lihat dalam hidup saya adalah dia.

Ada hal yang juga menarik tentang namanya. Pertama dia disebut Imam Khomeini. Kata “imam” bagi kita merupakan kata yang murah. Ke mana pun kita pergi ke suatu tempat kita bertanya siapa imam masjid di sana. Bagi Syiah hanya ada satu imam di dunia dan itu adalah Dua Belas Imam. Mereka percaya pada konsep imamah dan imam merupakan pemimpin spiritual umat. Imam pertama menurut pemikiran ini adalah Hazrat Ali r.a. Kemudian Imam Hasan sebagai imam kedua, Imam Husain ketiga seterusnya hingga imam kedua belas, Imam Muhammad yang gaib pada umur 5 tahun dan mereka menanti kedatangannya.

Mereka menggunakan istilah “ghaibah” (occultation), seperti tidur-spiritualnya Ashabul Kahfi. Karena itu beliau dinantikan untuk kembali dan dia satu-satunya orang di dunia yang bisa disebut imam. Kebanyakan ulama mereka disebut mullah dan ayatullah berarti allamah, seorang alim besar. Ayatullah Khomeini disebut imam tapi tidak mengurangi rasa hormat mereka terhadap penantian imam sesungguhnya untuk muncul. Ruhollah merupakan nama yang diberikan ayahnya dan tahukah Anda artinya? Rûhullâh berarti “spirit Allah” dan ini merupakan gelar Hazrat Isa alaihisalam dalam Alquran. Kemudian beliau adalah ayatullah yang merupakan gelar lain dari Hazrat Isa dalam Alquran. Al-Musawi berasal dari keluarga Musa dan dari kota Khomein yang menjadi nama akhirnya yang menunjukkan asalnya. Dia sudah berusia 80 tahun… (Kerusakan audio pada menit 41:05)

Tapi mereka masih menanti Mahdi, dan bukan Khomeini. Mereka ingin menciptakan kestabilan dan persiapan untuk kemunculan Mahdi. Di dunia suni, kita juga menunggu kedatangan Mahdi tapi kita ingin agar beliau yang menciptakan kestabilan bagi kita, menjadikan kita pemilik dunia dan duduk di atas singgasana. Sampai situ kita hanya bisa menangani pertengkaran kecil. Apapun yang kita lakukan sekarang, hanya Imam Mahdi yang bisa membersihkan dunia bagi kita. Ini garis pikir suni. Khomeini di satu sisi mengatakan kepada pengikutnya bahwa kita harus membantu menyiapkan jalan sehingga ketika Imam Mahdi datang segalanya sudah siap baginya untuk bertindak. Sementara kita, dunia suni, menunggu Imam Mahdi untuk bersusah payah melepaskan diri kita dari kesulitan, sedang orang Syiah menyiapkan dunia untuk kemunculannya.

Anda tahu terdapat banyak orang yang bersama kita dari seluruh dunia. Saya menemukan bermacam-macam orang sakit, sakit mental lebih tepatnya. Saya bertemu dengan orang alim dari Pakistan dan dia berpikir bahwa ada yang salah dengan saudara Syiah kita. Anda melihat di Iran ketika seseorang berceramah dan nama Khomeini disebut, orang-orang diam dan mengucapkan selawat (durood) kepada nabi saw. tiga kali. Tapi ketika nama Muhammad saw. disebut mereka mengirim selawat satu kali. Tapi orang alim dari Pakistan ini berkata, “Coba lihat orang-orang ini. Muslim jenis apa mereka itu?! Ketika nama Muhammad (saw.) disebutkan mereka mengirim selawat kepada nabi satu kali tapi ketika nama Khomeini disebutkan mereka mengirim selawat kepada Khomeini tiga kali.”

Saya berkata, “Apa yang mereka katakan? Apa yang mereka katakan sehingga Anda mengatakan ‘selawat kepada Khomeini’?” Dia mengatakan, “Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad (Selawat bagi Muhammad dan keluarga Muhammad).” Saya katakan, “Siapa Muhammad? Khomeini? Siapa yang bilang Khomeini sebagai Muhammad? Mereka selawat kepada Muhammad dan Anda bilang kepada Khomeini?” Anda tahu? Inilah penyakit. Terdapat banyak orang terdidik (alim) tapi pikiran mereka penuh dengan buruk sangka. Mereka hanya mencari-cari kesalahan dan mencela.

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. Almâidah [5]: 54).

Contoh lain adalah ketika saudara Syiah melaksanakan salat, mereka mempunyai sebuah tanah (turbah) sebagai tempat sujud. Dan dia (alim Pakistan) berkata, “Lihatlah apa yang mereka lakukan. Ini adalah syirik. Mereka menyembah lempengan tanah.” Saya berkata mengapa Anda tidak bertanya kepada mereka kenapa mereka menaruh kening mereka di lempengan tanah dan pelajari alasan logis dibalik semua ini.

Anda tahu, pengalaman pertama saya tentang hal ini terjadi saat di Washington. Pelajar Iran di sana mengundang saya untuk memberikan ceramah di universitas tempat mereka belajar di Amerika. Pada saat itu, waktu untuk Isya dan kami salat. Setiap orang diberikan lempengan tanah. Saat itu saya berpikir hal ini lucu, maka saya taruh di samping dan saya salat dengan pelajar Iran. Setelah salat, saya ingin tahu tentang hal ini dan saya tanya mereka, “Mengapa Anda membawa potongan tanah di kantong ke mana pun Anda pergi?” Mereka berkata, “Kami harus sujud di atas bumi Allah dengan kening kami menyentuh tanah. Kami mengucapkan subhanna rabial a’la wa bihamdih tiga kali dengan kening kami menyentuh tanah.”

Jadi Syiah sesungguhnya ingin menyentuh tanah dengan kening mereka dan bukan kepada karpet buatan manusia. Mereka benar-benar ingin menunjukkan ekspresi salat dengan kening menyentuh bumi Allah. Anda lihat mereka tidak menyembah potongan tanah sebagaimana banyak orang salah berpikir. Ini merupakan sesuatu yang sering orang suni jadikan lelucon dan ejekan terhadap Syiah.

Dalam perjalanan pulang saya dari Tehran di seberang lorong pesawat, ada dua orang Syiah yang ketika waktu salat datang, salah seorang dari mereka mengambil lempengan tanah dari kantongnya dan Allâhu Akbar, dia melakukan salat di tempat duduknya, dan ketika selesai ia memberikan tanah tersebut ke sebelahnya dan dia salat. Hal ini terlihat seperti lelucon bagi kita. Ya, kan? Di pesawat itu terdapat banyak kaum suni dan hanya pemuda itu yang salat, dan pemuda itu bukan saya. Tapi kami menertawakan mereka (Syiah—pent.). Dia duduk di sana dan melakukan hal yang lebih baik dari kami dan kami menertawakan mereka sambil duduk menghakimi.

Dia mungkin tidak sesopan atau sebaik kita di Afrika Selatan. Anda tahu kita muslim di Afrika Selatan sangat sopan dan baik dalam salat. Orang Arab tidak cocok dengan kita, orang Iran tidak cocok dengan kita. Amerika, negro mereka semua tidak cocok dengan kita. Dengan orang Arab saat Anda membungkuk rukuk, orang di sebelah Anda mendorong Anda untuk menjauhkannya. Siapa yang tahu, mungkin ini benar, kita tidak tahu.

Anda tahu, di antara empat mazhab suni; Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafii, terdapat lebih dari dua ratus perbedaan dalam satu salat. Anda tahu? Dua ratus! Tapi kita menerimanya sebagai hal yang benar. Syafii mengucapkan amin dengan keras dan kita mengucapkannya dengan pelan. Mereka mengucapkan bismillah dengan keras, kita mengucapkan pelan dan tidak ada masalah. Semasa kecil, ayah saya mengulang rumus masyhur yang dia pelajari dari ayahnya: “Seluruh mazhab adalah sama-sama benar dan sebuah kebenaran bagi mereka berdasarkan hadis dan Quran.” Maka kita menerimanya. Ketika hal itu terjadi pada Syafii, Hambali, Hanafi dan Maliki kita bersikap toleran. Tapi ketika hal itu terjadi pada Syiah, rumus yang kita pikirkan sewaktu kecil tidak berlaku, sehingga keanehan kecil apapun yang ada antara kita dan mereka, kita tidak bisa bertoleransi dan menolaknya. Kita mengatakan hal itu karena kita terprogram untuk meyakini hanya empat mazhab. Tapi kita menerima keanehan di antara yang empat itu.


Ketegangan Sunni-Syiah adalah Politik

Saya katakan, kenapa Anda tidak bisa menerima saudara Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah Syiah mengatakan kepada Anda bahwa dia ingin bersatu dengan Anda. Dia tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Dia berteriak “Tidak ada suni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah belah kita. Bisakah Anda membayangkan, kita suni adalah sembilan puluh persen dari muslim dunia dan sepuluh persennya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang sembilan puluh persen ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang sembilan puluh persen menjadi ketakutan? Mereka yang seharusnya ketakutan!

Seharusnya Anda tahu perasaan yang mereka miliki untuk Anda. Saat salat Jumat di Iran, terdapat jutaan orang. Anda harus melihat cara mereka melihat kepada Anda saat Anda berjalan, mereka sadar bahwa Anda orang asing dan tidak satu dari mereka yang air matanya tidak mengalir di pipi mereka. Inilah perasaan yang mereka miliki untuk Anda, tapi Anda mengatakan tidak. Anda ingin mereka tetap di luar, takut kalau mereka mengeluarkan Anda (dari mazhab Anda—pent.). Anda hanya bisa keluar kalau ada hal yang lebih baik dari yang Anda miliki. Saya tidak tahu, mungkin di antara kalian berpikir saya seorang Syiah, tapi saya masih di sini bersama kalian.

Ada apa dengan semua ketegangan suni–Syiah ini? Semuanya adalah politik. Semua permusuhan yang kita miliki sekarang adalah politik. Jika ikhwan suni di suatu tempat melakukan kesalahan, Anda mengatakan “Oh, orang itu tidak Islami, dia kafir”, tapi jika satu orang Syiah melakukan kesalahan, Anda menyalahkan seluruh komunitas Syiah, seluruh negara dan bangsa yang jumlahnya jutaan, dan mengatakan mereka semua sampah hanya karena satu orang Syiah berbuat tidak islami. Pada saat yang sama, kita melihat dengan cara yang berbeda jika salah seorang dari saudara Anda melakukan kesalahan serius karena dia ayah atau paman Anda. Satu kelompok suni mengatakan kepada yang lain “Anda bukan muslim”, kelompok suni lain mengatakan “Anda bukan muslim, Anda kafir.” Lihat hal itu di sekeliling kita, dan kita bertengkar di antara sesama. Bahkan beberapa orang dari kita melakukan hal yang konyol.

Saya bertemu seseorang teman yang mengatakan kepada saya, “Kalau Anda pergi ke Newcastle, temui tuan fulan dan fulan dan Insya Allah segala hal akan diatur untukmu.” Lalu saya pergi ke orang itu dan seperti yang ia katakan kepada saya, saya diajak ke rumahnya untuk makan siang. Ketika saya duduk di meja makan saya melihat di dinding terdapat “burat”. Anda tahu apa itu “burat”? Sejenis binatang keledai dengan wajah seorang wanita yang bertujuan untuk memberikan tenaga listrik. Saya katakan kepadanya ini tidak benar. “Allah menciptakan tenaga listrik, Anda tidak bisa menciptakannya dengan patung keledai berwajah wanita.” Lalu dia terlihat kecewa. Tapi dia seorang suni, dia saudara dan tetap saudara saya. Ketegangan suni–Syiah adalah pekerjaan setan untuk memecah belah kita.

Izinkan saya mengatakan sesuatu tentang Iran. Apa yang saya temukan adalah segala sesuatu berorientasi pada Islam. Seluruh negara diarahkan menuju Islam, dan mereka berbicara tidak lain hanya Alquran. Saya belum pernah memiliki pengalaman dengan orang Iran yang menyangkal saya ketika saya berbicara tentang Quran. Sebaliknya saudara seiman kita bangsa Arab, semakin sering Anda mengutip Quran maka mereka akan menyangkal Anda dengan Quran lagi. Mereka bangsa Arab, mereka mengira lebih tahu banyak tentang Alquran dari pada kita, tapi orang Iran terlihat searah dengan Alquran. Segala yang dia lakukan dan pikirkan adalah tentang Alquran.

Anda ingat Tabas, ketika orang Amerika meminta membebaskan para tawanan. Negara paling berkuasa dalam bidang kemajuan teknologi di muka bumi; negara yang dapat mendaratkan manusia di bulan dan mengembalikannya; negara yang mengatakan kepada Anda bagian mana dari bulan, mereka akan mendaratkan dan membawanya kembali, mereka mengirim satelit ke Mars dan Jupiter. Sebuah negara yang memperingatkan Pakistan tentang gelombang pasang tragedi dan mereka tidak mengindahkan peringatan itu. Negara itu tidak bisa mendarat di Iran!

Bayangkan, mereka pergi ke sana dengan helikopter dan menghancurkan serta membunuh diri mereka sendiri. Bayangkan! Sebuah negara yang mendarat di bulan dan kembali lagi, tidak bisa mendarat di Iran. Rakyat Iran tidak berada dalam posisi untuk melakukan hal tertentu kepada mereka. Orang Amerika dapat pergi dan mengakhiri apa yang mereka inginkan. Saya datang dan melihat kedutaan Amerika dan bayangkan itu bangunan yang besar, luas dan tepat berada di tengah Teheran. Mereka dapat dengan mudah pergi dan membawa keluar orang-orang mereka, meski mereka kehilangan beberapa orang. Mereka dapat meraih tujuan mereka. Hal itu sudah direncanakan dengan matang. Tapi tahukah Anda apa yang terjadi? Kegagalan dan mundurnya pasukan. Imam Khomeini telah mengatakan apa yang telah terjadi. Dia tidak mengatakan subhanallâh atau alhamdulillâh. Tahukah Anda apa yang dia katakan? Dia mengutip Quran: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah?” (QS. Alfîl: 1) Itulah kalimat yang keluar darinya. Saya telah katakan kepada Anda bahwa dia Quran yang terkomputerisasi.

Anda tahu mereka namai apa helikopter besar tersebut? Jumbo helicopters, dan pesawat besar itu dinamai jumbo planes. Anda tahu arti jumbo dalam bahasa Swahili? Gajah! Itu bahasa Swahili. Dari situ mereka menamainya. Jadi helikopter itu berukuran gajah (besar) dan imam berkata: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?” (QS. Al-Fîl [105]: 1-2).

Tapi kita masih ragu, dunia muslim menjadi sangat skeptis. Kita tidak percaya Quran lagi. Kalian tidak benar-benar percaya pada Quran. Bagi banyak orang ini semua hanya untuk seremoni, hanya untuk menciptkan perasaan spiritual yang lebih baik ketika Anda membaca Alquran. Tapi tidak ada terlihat yang peduli dengan petunjuk yang telah Allah berikan. Semoga Allah menjadikan saudara seiman kita, pembawa obor dan cahaya petunjuk hari ini bagi dunia Islam. Inilah sebuah bangsa yang menjalankan tugasnya.

Saat Anda melihat mereka, kesungguhan ada pada diri mereka. Sebuah bangsa yang tidak takut. Anda melihat mereka dengan semangat besar yang mereka miliki. Mereka tidak takut untuk mengatakan “Marg bar Amrika” (Kematian bagi Amerika). Lalu mengatakan “Marg bar Shuravi” (Kematian bagi Uni Soviet). Bayangkan itu! Lalu “Kematian bagi Israel”. Bisakah Anda bayangkan sebuah bangsa melakukan hal itu tanpa takut?

Ini bukan semangat Islam yang ada pada kita, tapi bangsa Iran melakukannya dengan hati dan pikiran. Mereka tidak mengatakan, “Ini revolusi Iran” atau “Kami bangsa Iran.” Mereka berbicara tentang Islam, sebuah Revolusi Islam. Ini bukan Revolusi Iran tapi ini adalah Revolusi Islam. Inilah revolusi bagi Islam dan sedikit pertanyaan mengapa bangsa-bangsa di dunia tidak bisa menerimanya karena Islam yang tidak ingin mereka terima. Maka saudara saudari sekalian, saya telah mengambil banyak waktu berharga kalian. Dengan kata-kata ini, saya persilakan Anda duduk dan bertanya.


Catatan: Ceramah ini disampaikan oleh almarhum Syekh Ahmed Hoosen Deedat, dikenal sebagai ulama ahlusunah dan ahli kristologi dari Afrika Selatan yang telah melakukan perjalanannya ke Republik Islam Iran pada tanggal 3 Maret 1982.

(Eja-Jufri/Syiah-Menjawab/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: