Pesan Rahbar

Home » » ACEH NUSANTARA DALAM SEJARAH

ACEH NUSANTARA DALAM SEJARAH

Written By Unknown on Friday, 18 March 2016 | 17:44:00


Latar Belakang Sejarah Islam Aceh Nusantara

Menurut catatan sejarah, bahawa sebelum Islam datang, negeri Peureulak telah lama berdiri dan raja-rajanya berasal dari keturunan raja-raja Siam (Syahir Nuri).

Tahun 800 Masehi atau bertepatan tahun 173 Hijrah - Dalam kitab “Idharul Haq Fi Mamlakatal” Peureulak karangan Syekh Ishak Makarani al Pasi pada tahun ini, 100 orang da'i yang terdiri dari orang- orang Arab suku Palestina, Parsi dan India telah singgah di Bandar Peureulak dan menyamar sebagai pedagang. Mereka datang dengan kapal yang dipimpin oleh Nakhoda Khalifah dari Kambey (Gujarat). Peristiwa ini berlaku pada tahun ini adalah mengikut karangan Teungku M. Yunus Jamil dalam bukunya “Tawarikh Raja-raja Kerajaan Aceh” pada halaman (2–4) sedangkan H. Zainuddin pula menyatakan tahunnya sebagai 420 Hijrah yang bersamaan 1028 Masehi.

Sebagaimana yang telah di ungkapkan dalam sejarah Dinasti Syaed Maulana, bermula dari tahun 225 – 305 Hijriah atau 840 – 918 Masehi. Aceh merupakan Negara Islam pertama di tenggara Asia (Asia Tenggara sekarang). adapun Kerajaan Islam Peurelak yang berdiri serta yang menjadi raja atau sultan pertama pada tahun 840 Masehi, bertepatan pada hari selasa tanggal 1 Muharram 225 Hijrah Sultan Alauddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, keturunan Quraisy, dinobatkan menjadi Sultan Pertama Kerajaan Islam Peureulak.

Pada Tahun 864 – 888 Masehi bertepatan dengan tahun 249 - 285 Hijrah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdulrahman Shah mengetuai Kerajaan Islam Peureulak sebagai Sultan ke 2 (dua). Kemudian setelah itu ditahun 888 – 913 Masehi yang betepatan dengan tahun 285 - 300 Hijrah. Sultan Alaiddin Syed Mulana Abbas Shah memegang tampuk kekuasaan pemerintahan negeri Peureulak sebagai Sultan ke 3 (tiga).

Dalam sejarah Kerajaan Islam Peurelak ada juga terjadinya peperangan singkat antara golongan penganut Syiah dan Sunni. Pada tahun 915 – 918 Masehi yang bertepatan tahun 302 - 305 Hijrah. Sultan Alaiddin Ali Mughayat Syah memerintah Aceh sebagai Sultan ke 4 (empat).

Ada perang singkat antara golongan Syiah dan Sunni didalam Dinasti Meurah (Makhdum) dari tahun 918 – 1292 Masehi yang bertepatan 306 – 692 Hijriah dalam kekuasaan Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Kadir Syah memerintah Aceh sebagai Sultan ke 5 (lima). Pada tahun 922 – 946 Masehi yang bertepatan dengan tahun 310 - 334 Hijrah, Aceh diperintahkan oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat menjadi Sultan Peureulak ke 6 (enam).

Pada tahun 946 – 973 Masehi yang bertepatan dengan tahun 334 - 361 Hijrah. Kerajaan Islam Peurelak dipegang oleh Sultan Peureulak ke 7 (tujuh) yaitu Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat. Dan setelah wafatnya Sultan ke 7 (tujuh) ini golongan Syiah mula bangkit untuk merebut kembali kesultanan dari tangan kaum Sunni.

Kerajaan Islam Peurelak berpecah menjadi dua wilayah, 1 (satu) wilayah dibagian pedalaman dipimpin oleh Kaum Sunni dan 1 (satu) wilayah lagi dibagian Baroh/Utara dipinpin oleh kaum syiah, untuk mengakhiri perang yang berjalan sekitar 4 tahun antara golongan Syiah dan Sunni maka “PERJANJIAN ALUE MEUH” telah dibuat pada tanggal 10 Muharram 353 Hijrah. Terbahagilah Peereulak kepada dua wilayah seperti berikut:
(1) Wilayah Peureulak Pesisir (Peureulak Baroh/Utara) untuk kelompok Syiah.
(2) Wilayah Peureulak Bahagian Pedalaman (Peureulak Tunong) untuk kelompok Sunni.

Aliran Syiah di Aceh yang dipimpin oleh Syaed Maulana pada tahun 975 – 988 Masehi yang bertepatan dengan tahun 365 - 377 Hijrah, Peureulak Baroh yang beraliran Syiah, diperintah oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Mahmud Syah sebagai Sultan ke 8 (delapan) dengan pusat pemerintahan di Bandar Peureulak.

Aliran Sunni di Aceh (Makhdum) pada tahun 976 – 1012 Masehi atau bertepatan dengan tahun 365 - Sampai 402 Hijrah Peureulak Tunong yang beraliran Sunni, diperintah oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat sebagai Sultan ke 8 dengan pusat pemerintahan di Bandar Khalifah.

Pada kesempatan itu kerajaan Hindu Sriwijaya masuk ke Aceh dikarenakan Aceh telah berpecah menjadi 2 wilayah kekuasaan pada tahun 985 Masehi atau tahun 375 Hijriah. Melihat perpecahan berlaku antara puak Sunni dan Syiah maka Kerajaan Sriwijaya telah menyerang Aceh. Sultan Alaiddin Syed Maulana Mahmud Syah adalah Sultan ke 8 (delapan) dari kelompok Syiah telah gugur dan dalam pertarungan merlawan serangan sriwijaya. Oleh kelompok syiah tetap diteruskan oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah ( Sultan ke 8 dari kelompok Sunni ) sampai Sriwijaya menarik diri dari Peureulak pada tahun 1006 M atau bertepatan 395 Hijriah.

Kerajaan Islam Lingga pada tahun 986 M atau 375 Hijriah Bermulanya Kerajaan Islam Lingga apabila terjadi penyerangan Sriwidjaja terhadap Kerajaan Islam Peureulak bilamana banyaklah ulama-ulama, pemimpin-pemimpin, anak-anak raja Peureulak yang mengungsi keberbagai negeri lain, antara lain ke negeri Lingga (Aceh Tengah sekarang), di mana mereka kemudian dapat mendirikan Masyarakat dan Kerajaan Islam baru dinegeri Lingga. Namun pada tahun 1012 – 1059 Masehi atau 402 - 450 Hijrah oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah memerintah kembali Kerajaan Aceh sebagai Sultan ke 9 (sembilan).

Lahirnya Kerajaan Islam Samudera Pase pada 1042 – 1078 Masehi atau 433 - 470 Hijrah. Dalam tahun 1042 datanglah ke negeri Tanoh Data (Kira-Kira sekitar Cot Girik sekarang) Meurah Khair Salahuddin, seorang dari keluarga Sultan Mahmud Peureulak, untuk mengembangkan Islam dan membangun Kerajaan Islam Samudra Pase di mana beliau diangkat menjadi rajanya yang pertama, dengan gelaran Maharaja Mahmud Syah, dan disebut juga Meurah Giri.

Pada tahun 1059 – 1078 Masehi atau tahun 450 - 470 Hijrah Sultan Makhdum Alaiddin Mansur Syah Johan Berdaulat menjadi Sultan ke 10 (sepuluh). Setelah mangkat maka digantikan oleh anaknya pada tahun 1078 – 1108 Masehi atau 470 – 501 Hijriah oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat menjadi Sultan Perlak ke 11 (sebelas).

Pada tahun 1108 – 1134 Masehi yang bertepatan 501 - 527 Hijrah oleh Sultan Peureulak ke 12 (dua belas) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Syah Johan Berdaulat yang sebelumnya bernama Ahmad Banta. Di bawah pemerintahannya adiknya Puteri Nurul A'la dilantik menjadi Mangkubumi (Perdana Menteri) dan adiknya Puteri Nurul Qadimah menjadi Menteri Kewangan (Baitul Mal). Nurul A'la adalah Perdana Menteri dan Panglima yang termasyhur dalam sejarah dan mengangkatkan martabat wanita apabila menjadi Perdana Menteri.

Pada Tahun 1134 – 1158 M atau dalam tahun Islam tepatnya 527 - 552 H. Sultan Peureulak ke 13 (tiga belas) ialah sepupu Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Syah Johan ke 12 (dua belas) yaitu Sultan Makhdum Alaiddin Mahmud Syah Johan Berdaulat. Beliau telah menamatkan jawatan yang disandang oleh adiknya-adik Sultan yang sebelumnya dan menggantikannya dengan anak-anaknya - Usman Syah Sultan ke 14 (empat belas) dan Muhammad Syah sebagai Sultan ke 15 (lima belas).

Pada Tahun 1158 – 1170 Masehi bertepatan dengan 552 - 565 Hijriah. Sultan Makhdum Alaiddin Usman Syah Johan Berdaulat menjadi Sultan Peureulak ke 16 (enam belas). Anaknya Muhammad Amin Syah menjadi Sultan ke 17 (tujuh belas).

Kerajaan Islam Beunua didirikan pahun 1184 – 1213 M bertepatan dengan 580 – 599 Hijrah. Pemerintahan Kerajaan Teumieng bergelar Meurah Gajah. Dan di tahun 1196 – 1225 M bertepatan dengan tahun 592 - 622 Hijrah. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat menjadi Sultan Perlak.

Pada tahun 1205 - 1234 M. Sultan Abidin Johan Syah mendirikan Kesultanan Aceh Darussalam. Raja terakhirnya memerintah dari Tahun 1874 M hingga 1939 M bilamana Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah meninggal sebagai tahanan perang Belanda di Jakarta).

1225 – 1263 M 622 - 662 Hijrah. Sultan Makhdum Alaiddin Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat menjadi Sultan Peureulak ke 17 (tujuh belas). Sultan ke 17 (tujuh belas) ini bukanlah anak tetapi sepupu Sultan ke 16 yaitu Sultan Makhdum Alaiddin Usman Syah. Dan Sulta Makhdum Alaiddin Muhammad Amin Syah Johan mempunyai dua orang puteri yaitu:
(1) Puteri Ganggang Sari.
(2) Puteri Ratna Keumala.


Permasalahan Sejarah Aceh

Permasalahan yang timbul sekarang ini ketika kita mendengar, melihat dan membaca tentang fakta-fakta sejarah yang disampaikan oleh sang penulis sejarah tentang keberadaan sejarah Aceh menjadi terharu dan ingin mempelajari kembali dan menjadi pertayaan tentang sejarah Aceh yang sebenarnya, diataranya :
1. Bagaimanakah yang sebenarnya terjadi di masa lalu tentang sejarah Aceh ?
2. Bagaimanakah para pendahulu dalam memperjuangkan bangsa dan tanah Aceh dari kolonialis eropa saat itu ?
3. Sebesar manakah perjuangan masyarakat Aceh terhadap tanah Aceh dimasa lalu dan sekarang ?


Tujuan Penelitian Sejarah Aceh

Adapun tujuan dari penelitian sejarah Aceh masa dulu adalah untuk mengkaji dan mengenang kembali seberapa besar pengorbanan masarakat dan raja Aceh dalam mempertahankan imperalisme eropa untuk merebut kedaulatan Aceh dari tangan raja-raja Aceh waktu itu sehingga Aceh saat ini berada dalam lingkaran Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk meneliti kembali dimana terjadinya kesalahan dan kekilafan masyarakat Aceh dalam memperjuangkan bangsanya yang berdaulat dalam mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa dan masyarakat dunia yang ada dibumi ini dalam mempertahankan suatu kedaulanan negaranya.

Dalam penelitian ini juga akan mengembangkan sisi sejarah oleh penulis untuk bisa dikaji dan diteliti kembali oleh para ahli sejarah sebagaimana yang telah dikemukan dalam buku dan ceritera para pendahulu, serta kejadian demi kejadian yang diungkapkan dalam sejarah aceh sehingga bisa dipelajari oleh penerus bangsa kedepan tentang kebenaran sejarah dan keberadaan Aceh yang sebenar-benarnya telah dan akan terjadi dalam perputaran masa zaman sekarang ini.

(Aceh-Nusantara-Sepanjang-Masa/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: