Dari Harîz bin ‘Abdullâh Al-Sajastâni, dari Ja’far bin Muhammad as mengenai firman allah ‘azza wa jalla, Dan mereka berkata: Janganlah sekali-kali kalian tinggalkan tuhan-tuhan kalian; janganlah sekali-kali kalian tinggalkan Wadd, Suwâ’, Yaghûts, Ya’ûq dan Nasr . Beliau berkata, “Mereka itu (Wadd, Suwâ’, Yaghûts, Ya’ûq dan Nasr) manusia-manusia yang mengabdi kepada Allah ‘azza wa jalla, kemudian mereka meninggal, maka berteriaklah kaumnya (karena kehilangan) dan mereka sangat berduka-cita atas kematian mereka, kemudian Iblîs---Allah melaknatnya---datang kepada mereka, lalu dia berkata kepada mereka, ‘Akan kubuatkan bagi kalian beberapa buah patung dengan bentuk rupa mereka, kalian bisa memandangnya hingga kalian menjadi terhibur dengannya dan kalian mengabdi kepada Allah.’ Lalu dia membuat beberapa buah patung semisal mereka bagi kaum itu, kemudian mereka mengabdi kepada Allah ‘azza wa jalla dan memandang kepada patung-patung itu. Maka ketika musim dingin dan musim hujan tiba, mereka memasukkan patung-patung itu ke dalam rumah-rumah, maka senantiasa mereka mengabdi kepada Allah ‘azza wa jalla hingga wafatlah generasi tersebut dan tumbuhlah anak-anak mereka (sebagai generasi berikutnya), kemudian mereka berkata, ‘Sesungguhnya leluhur kita telah mengabdi kepada patung-patung ini, lalu mereka mengabdi kepadanya selain Allah ‘azza wa jalla, maka itulah firman Allah yang maha berkah dan maha tinggi, Janganlah kalian tinggalkan Wadd, Suwâ’…. ” [‘Ilalusy Syarâ’i Juz 1 hal. 4]
Berusahalah untuk tidak melakukan sesuatu yang nantinya akan menimbulkan salah paham. Orang tua harus jelas dan tegas dalam mendidik anak-anaknya, khususnya yang berkenaan dengan tauhîdullâh .
Leluhur bukanlah rujukan, yang jadi rujukan atau marja' hanya Allah dan hujjah-hujjah -Nya yang terdiri dari para nabi, para rasûl, para washinya dan hujjah yang tersembunyi, yaitu akal kita.
(Abu-Zahra/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email