Saat ini dunia politik di Indonesia sedang diramaikan dengan polemik mengenai Pasal Penghinaan Presiden. Menjadi seorang Presiden Republik Indonesia tidak pernah mudah karena sedikit-sedikit dikritik bahkan dihina. Hal tersebut bahkan sudah terjadi dari zaman pemerintahan Presiden Soekarno. Rakyat kita terbiasa enak saja mengkritik tanpa tahu masalah yang sebenarnya.
Kisah itu diceritakan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama, Drs. Moh. Hatta atau lebih dikenal dengan sapaan Bung Hatta di sela-sela pertempuran 10 November 1945. Saat itu Inggris meminta Presiden Soekarno berbicara pada rakyat Surabaya supaya rakyat menahan diri. Sebab sudah tercapai perdamaian antara kedua pihak.
Bung Tomo, tokoh pemuda Surabaya yang namanyaselalu dikenang apabila membicarakan pertempuran dahsyat terseebut, pun sudah melakukan hal itu. Dia telah bicara dengan lantang di radio, intinya menahan diri bukan berarti kalah oleh Inggris, tetapi demi terwujudnya perdamaian.
Namun rumor yang berkembang di kalangan para pemuda pergerakan di Jakarta lain lagi. Rumornya, Soekarno meminta rakyat Surabaya agar menyerah. Soekarni, seorang tokoh pemuda saat itu pun menemui Bung Hatta di kediamannya.
Soekarni, tokoh pemuda yang termakan isu sehingga menemui Bung Hatta untuk memimta Bung Karno diganti.
"Soekarno telah menyerah kepada kemauan Inggris, oleh karena itu tidak pantas lagi menjadi Presiden Republik Indonesia," kata Soekarni pada Mohammad Hatta.
Dengan tenang Bung Hatta menjawab. "Dan siapa penggantinya?"
"Tan Malaka," jawab Soekarni.
Hatta menegaskan pada Soekarni, bahwa Republik Indonesia bukanlah suatu perkumpulan atau yang ketuanya dapat diganti saja atas tuntutan beberapa pemimpinnya. Republik Indonesia adalah suatu negara yang presidennya dipilih dengan cara tertentu menurut Undang-undang Dasar.
Bung Hatta memang dikenal sebagai sosok yang tenang, cerdas dan tanpa pamrih mengabdi untuk negara. Dengan tenang ia menjawab tuduhan salah tentang Bung Karno.
"Cobalah saudara pelajari UUD negara kita itu. Selain daripada itu, tidak benar pula yang saudara tuduhkan kepada Soekarno," kata Hatta pada Soekarni yang menjadi pemimpin para pemuda untuk menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, menjelang Proklamasi Kemerdekaan.
Tan Malaka, tokoh komunis yang diinginkan pemuda untuk menggantikan Presiden Soekarno
Hatta lalu menjelaskan peristiwa yang terjadi di Surabaya. Dia paham betul apa yang terjadi di sana, karena langsung berada di Surabaya. Tidak cuma mendengar desas-desus.
"Sesudah itu, Soekarni tidak dapat berkata lagi dan akhirnya dia meninggalkan rumahku," kata Hatta.
(Memobee/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email