Habib Husein al-Muthahar, pencipta lagu “Hari Merdeka”
Sayyid Husein bin Salim Bin Ahmad bin Salim al-Muthahar atau Habib Husein seorang komponis lagu Indonesia yang hebat. Sang Habib telah menghasilkan ratusan lagu Indonesia, seperti lagu nasional Hari Merdeka, Hymne Syukur, Hymne Pramuka, Dirgayahu Indonesiaku, juga lagu anak-anak seperti Gembira, Tepuk Tangan Silang-silang, Mari Tepuk, dan lain-lain. Lagu Hari Merdeka dan Hymne Syukur adalah salah satu lagu fenomenal yang diciptakan oleh laki-laki yang dipanggil Habib ini.
Terkait penciptaan lagu Hari Merdeka, inspirasi lagu ini muncul secara tiba-tiba saat dia sedang berada di toilet salah satu hotel di Yogyakarta. Bagi seorang komponis, setiap inspirasi tidak boleh dibiarkan lewat begitu saja. Habib pun cepat-cepat meminta bantuan Pak Hoegeng Imam Santoso (Kapolri pada 1968–1971). Saat itu Jenderal Hoegeng belum menjadi Kapolri.
Sang Habib menyuruh Hoegeng untuk mengambilkan kertas dan bolpoin. Berkat bantuan Hoegeng, akhirnya jadilah sebuah lagu yang kemudian diberi judul “Hari Merdeka”. Sebuah lagu yang sangat fenomenal dan sangat akrab pada momen peringatan Haru Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Berikut lirik lagu “Hari Merdeka” ciptaan Habib Muhammad Husein al-Muthahar:
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka Nusa dan Bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita
Husein Mutahar, begitu panggilan lainnya, lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 5 Agustus 1916. Perjalanan pendidikan formalnya dimulai dari ELS (Europese Lagere School atau sama dengan SD Eropa selama 7 tahun) , kemudian dilanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Ondewwijs atau sama dengan SMP selama 3 tahun) dan dilanjutkan ke AMS (Algemeen Midelbare School atau sama dengan SMA selama 3 tahun) Jurusan Sastra Timur khususnya Bahasa Melayu, di Yogyakarta.
Dia melanjutkan ke Universitas Gajah Mada dengan mengambil Jurusan Hukum dan Sastra Timur dengan khusus mempelajari Bahasa Jawa Kuno. Namun perkuliahannya hanya 2 tahun, drop out (DO) karena harus ikut berjuang.
Husein al-Muthahar terlibat pramuka sejak awal lembaga kepanduan berdiri. Dia salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia (PRI), gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Akhirnya seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Habib Husein al-Muthahar juga menjadi tokoh di dalamnya.
Dalam kehidupan berorganisasi, pengalamannya adalah:
1. Ikut mendirikan dan bergerak sebagai pemimpin Pandu serta kemudian menjadi anggota Kwartir Besar Organisasi Persatuan dan Kesatuan Kepanduan Nasional Indonesia “Pandu Rakyat Indonesia”, 28-12-1945 s.d. 20-5-1961.
2. Ikut mendirikan dan bergerak sebagai Pembina Pramuka, duduk sebagai anggota Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Andalan Nasional Urusan Latihan, 1961-1969.
3. Sekretaris Jenderal Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka, 1973 -1978, dan anggota biasa, 1978-2004.
Husein a-Muthahar, yang pernah menjadi duta besar Italia, meninggal dunia di Jakarta tanggal 9 Juni 2004 di usia 88 tahun.
Walaupun dirinya berhak dimakamkan di Makam Taman Pahlawan Kalibata karena memiliki Tanda Kehormatan Negara Bintang Mahaputera atas jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka Merah Putih dan juga memiliki Bintang Gerilya atas jasanya ikut berperang gerilya pada tahun 1948-1949, tetapi rakyat biasa di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut Jakarta Selatan.
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email