Foto: AFP
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Negara-Negara Islam (OKI) di Istanbul, Turki telah menjadi ajang penggalangan dukungan Arab Saudi untuk mengecam Iran. Ini terlihat dari setidaknya 50 pemimpin negara Islam yang dimotori oleh Arab Saudi menuduh Iran mendukung terorisme dan mengintervensi urusan dalam negeri di kawasan Timur Tengah.
Padahal, satu hari sebelum KTT berlangsung, tepatnya Rabu 13 April 2016, Rouhani meminta para delegasi OKI untuk menghindari pesan-pesan yang dapat memecah belah. Ia tidak ingin ada kalimat-kalimat pemecah belah negara Islam muncul sebelum, selama, dan sesudah KTT.
Selain Aljazair dan Indonesia, Negara-negara OKI pro-Saudi menuding Iran mendukung kelompok teroris yang membuat Suriah, Yaman dan Irak yang dirundung konflik tak berkesudahan. Yang dimaksud kelompok teroris oleh anggota OKI pro-Saudi adalah Hizbullah yang telah membantu Pasukan Bashar Al-Assad menghabisi jihadis multinasional dukungan Saudi.
OKI seperti diketahui lebih condong kepada Arab Saudi, dan menuduh Iran campur tangan urusan negara lain. Sikap Indonesia yang berlawanan dengan kehendak Saudi terlihat dari pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat mengundang sejumlah tokoh Islam di kediaman resminya di Jalan Diponegoro, Kamis 21 April malam sepulang dari KTT OKI.
Bukannya mengikuti kehendak Saudi, Indonesia malah mengajak anggota OKI bersatu. JK mengisahkan peran Indonesia terkait upaya untuk mencegah dan mengatasi konflik di negara-negara Islam. Bahkan, Indonesia berupaya mengambil peranan yang lebih besar dalam mencegah dan mengatasi konflik-konflik yang terjadi.
Menurut JK, konflik di negara Timur Tengah, terjadi lantaran adanya perbedaan yang tak ditoleransi oleh masyarakat setempat. Sedangkan di Indonesia, perbedaan yang ada justru dijadikan sebagai kekuatan untuk bersatu.
“Kita di Indonesia perbedaan itu menjadi kekuatan. Di Timteng perbedaan-perbedaan aliran saja mereka berperang kan antara Sunni Syiah. Kita Alhamdulilah tidak terjadi seperti itu kan. Kita saling menghormati,” ucap JK.
Sebelumnya pada Januari 2016 juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanantha Nassir, dalam pertemuan negara-negara OKI di Jeddah, Indonesia menyampaikan sejumlah pandangan berbeda mengenai perseteruan Saudi dengan Iran.
Menurut Arrmanantha, Indonesia setidaknya menyampaikan dua poin dalam hal ini. Yakni poin soal adanya dialog untuk memperbaiki hubungan Saudi dan Iran, dan poin sikap bertetangga yang baik antara negara-negara anggota OKI dan Iran.
Saat itu Arrmanantha mengatakan, “Draft pembahasan dalam pertemuan tersebut disampaikan oleh Arab Saudi. Namun demikian, Indonesia melihat draft tersebut masih melihat kebelakang, tidak mendorong adanya dialog politik, tidak mendorong adanya semangat agar negara-negara di kawasan itu berhubungan baik (dengan Iran),”
“Oleh karena itu ada dua elemen yang Indonesia dorong di situ, sampai saat terakhir ibu Menteri (Retno Marsudi red) terus mendorong agar dua elemen tersebut masuk. Karena tanpa elemen itu masuk teksnya itu tidak menunjukan adanya pandangan ke depan. Kedua elemen itu adalah agar mendorong adanya dialog politik, dan juga kedua adanya permintaan kepada negara-negara anggota untuk menunjukan sikap bertetangga yang baik,” Sambung Arrmanantha pada Senin 25 Januari 2016.
Hanya Indonesia yang mendorong agar dua elemen tersebut masuk dalam hasil pembahas OKI mengenai Iran. Karena kegigihannya saat itu, negara-negara anggota lain sangat mengapresiasi Indonesia. Sayangnya apresiasi yang ditunjukkan anggota OKI tidak diwujudkan di pertemuan KTT OKI di Istanbul, Turki. Indonesia tetap berdiri tegak dengan prinsipya sendiri melawan kehendak mayoritas yang pro-Saudi.
(AFP/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email