Arab Saudi. (Foto: Religion.info)
Arab Saudi dalam waktu dekat akan mengumumkan sumber pajak baru yaitu dari produk tembakau dan minuman manis. Pajak ini dinilai perlu diterapkan karena negara tak bisa mengandalkan pendapatan dari minyak bumi.
Saudi tengah fokus mengubah perekonomian, salah satunya mengurangi ketergantungan dari penjualan minyak. Kerajaan ingin meningkatkan pendapatan non-minyak dan mengurangi porsi anggaran untuk membayar gaji aparatur negara atau PNS.
Meski demikian, Saudi tidak akan menarik pajak atas penghasilan masyarakat. Namun, kerajaan sedang menggodok aturan lain yaitu pajak untuk transportasi dan pajak bandara. Hal ini diungkap oleh penasehat pemerintah Saudi, John Sfakianakis seperti ditulis CNN, Rabu (8/6).
Arab Saudi melakukan banyak cara mempertahankan ekonominya di tengah rendahnya harga minyak dunia. Harga minyak saat ini berada di kisaran USD 50 per barel atau jauh lebih rendah dibanding pertengahan 2014 silam yang mencapai di atas USD 100 per barel.
Hasil minyak bumi menyumbang 80 persen pada pendapatan negara Saudi. Akibat rendahnya harga minyak, defisit anggaran Saudi hampir menyentuh USD 100 miliar pada 2015 silam.
Saudi telah memangkas subsidi energi dan meminjam uang untuk menyeimbangkan anggaran. Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan ekonomi Saudi akan melambat menjadi 1,2 persen pada tahun ini dan jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 3,4 persen.
IMF juga mengingatkan bahwa jika harga minyak tidak berubah dan Saudi tidak melakukan reformasi ekonomi, maka negara ini akan kehabisan uang tunai dalam lima tahun ke depan.
(CNN/Merdeka/Berbagai/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email