Pesan Rahbar

Home » » Ternyata Bos FPI Belum Baca Buku Irshad Manji Pas Bubarkan Paksa Diskusi Di Salihara. Memalukan!

Ternyata Bos FPI Belum Baca Buku Irshad Manji Pas Bubarkan Paksa Diskusi Di Salihara. Memalukan!

Written By Unknown on Thursday, 30 June 2016 | 19:12:00


Diskusi dan peluncuran buku di Komunitas Salihara, Jalan Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dibubarkan polisi dengan alasan tidak memiliki izin. Ratusan massa Front Pembela Islam menunggu di luar gerbang Salihara. Acara yang dibubarkan polisi itu adalah kuliah umum dan peluncuran buku Iman, Cinta dan Kebebasan oleh tokoh feminis asal Kanada, Irshad Manji, Jumat, 4 Mei 2012.

Ketua Front Pembela Islam (FPI) Salim Alatas mengatakan alasan FPI melakukan unjuk rasa karena buku itu dianggap merusak moral bangsa. Jika pemerintah mengizinkan, kata Salim Alatas, artinya pemerintah mengakui ajaran sesat itu. “Bila mau jadi lesbi atau gay, sendiri saja. Jangan ajak-ajak,” katanya.

Kapolsek Pasar Minggu Kompol Adri Desas Furyanto (kanan) meminta peserta diskusi buku Allah, Liberty and Love untuk membuarkan diri karena FPI menolak acara yang diselenggarakan di Galeri Salihara, Jakarta. Sedangkan, Irshad Manji (tengah) menyimaknya.

Meski organisasinya memprotes buku itu, Salim Alatas mengaku belum membaca buku yang ditulis oleh Irshad Manji ini. Ia hanya mendapat aduan dari Dewan Pimpinan Wilayah FPI Jakarta Selatan bahwa buku itu mengajarkan kesesatan. “Saya tidak dapat buku itu, yang dapat DPW.

Bos FPI, Salim Alatas

Kapolsek Pasar Minggu Kompol Adri Desas Furyanto (tengah) berdebat dengan panitia diskusi karena FPI mendesak untuk membubarkan diskusi buku Allah, Liberty and Love di Galeri Salihara, Jakarta.

Sebelumnya, gedung Salihara diamuk sejumlah organisasi massa pada Jumat, 4 Mei 2012, pukul 19.00. Hanya beberapa saat setelah acara diskusi buku karya Irshad Manji berjudul Allah, Liberty and Love dimulai. Massa di luar gedung itu berteriak dan meminta acara diskusi tersebut dibubarkan.

Anggota Polisi berjaga-jaga setelah FPI membubarkan paksa diskusi di Salihara

Penggagas Salihara, Goenawan Mohamad, menyayangkan pembubaran diskusi. Menurut dia, kejadian ini sudah menghilangkan hak orang untuk berekspresi. “Dengan kejadian ini, saya sudah kehilangan hak bicara, berekspresi, dan berkumpul.”

Goenawan mengatakan pembubaran ini baru pertama kali terjadi. Padahal sudah beberapa kali Salihara menyelenggarakan bedah buku yang mengundang narasumber asing.

Ditanya perihal alasan penolakan dari warga, Goenawan mengatakan sebelum ini tidak ada warga sekitar Salihara yang datang mengajukan keberatan. Dia mengatakan baru tahu setelah ada polisi datang.

Terkait dengan perizinan, dia mengatakan untuk acara semacam ini tidak perlu ada izin. “Tidak pernah ada perizinan, ini kan sudah reformasi. Setiap kali ada pertemuan tidak pernah ada masalah,” ucapnya.

Memangnya kalau mau bikin acara harus izin ke FPI? Apakah FPI itu pemimpin tertinggi di negeri ini? Sekalian saja kalau mau bikin IMB harus izin dulu ke FPI. Dan kalaupun buku ini dianggap sesat, bukankah lebih baik dan beradab serta terhormat menyampaikannya lewat diskusi. Ini belum baca bukunya saja kok sudah bilang sesat. Memalukan!

(Tempo/Memobee/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: