Pesan Rahbar

Home » » Kebohongan Amerika Terungkap Mengenai Asyura

Kebohongan Amerika Terungkap Mengenai Asyura

Written By Unknown on Monday, 18 July 2016 | 04:15:00


Umat Islam perlu belajar dari Karbala.

Menurut kompas yang di kutip dari Fajr Muchtar dan dilangsirkan dari Kompasiana mengatakan Tragedi Mina, Pemerintah Saudi Perlu Belajar ke Karbala.

suasana haji yang sangat padat (Sumber : the Globejournal)

Belumlah kering air mata korban crane (11 September 2015), kembali Jemaah haji mesti bersimbah air mata. Menurut Kompas.com, ada lebih dari 453 orang meninggal dalam musibah ini. Kecelakaan dipicu karena Jemaah yang berdesak-desakan dan kemudian ada yang berhenti sehingga menimbulkan kekacauan di lintasan Jamarat.

Dalam beberapa data, kecelakaan saat haji memang sering terjadi saat Jemaah haji melempar jumroh. Berikut beberapa kecelakaan maut yang pernah terjadi di Mekkah selama musim haji sebagaimana saya kutip dari Tempo:


31 Juli 1987

Bentrok terjadi antara pendemo Iran dengan polisi Saudi. Saat itu jemaah dari Iran dilarang untuk melaksanakan demo anti amreika di Mekah yang kemudian terjadi bentrok dengan tentara Saudi. Akibat kejadian itu, 400 jemaah meninggal. dan ribuan lainnya terluka.


2 Juli 1990

Sebanyak 1.426 jemaah tewas selama karena berdesak-desakan dan terinjak dalam terowongan Al Muaisim. Terowongan itu menghubungkan Mekkah ke Mina dan Arafat. Peristiwa ini dikenal dengan tragedi terowongan Mina.


23 Mei 1994

Sebanyak 270 jemaah meninggal dalam ritual lempar jumrah di Mina.


15 April 1997

Sebanyak 343 jemaah tewas dan 1.500 lainnya terluka akibat kebakaran tenda jemaah di Mina. Akibat kejadian itu, tenda-tenda jemaah sekarang tahan api.


9 April 1998

Sebanyak 118 jemaah meninggal dan 180 lainnya terluka dalam insiden di jembatan Jamarat untuk melempar jumrah.


5 Maret 2001

Ritual lempar jumrah kembali menelan korban 35 jemaah haji.


1 Februari 2004

Ritual lempar jumrah kembali menelan korban. Sebanyak 251 jemaah tewas dan 244 lainnya terluka akibat terkena lemparan batu jemaah lain dan terinjak-injak. Hal ini terjadi akibat saling dorong antar jemaah.


12 Januari 2006

Sebanyak 346 jemaha dan 289 lainnya terluka saat melakukan ritual lempar jumrah. Musibah terjadi ketika ratusan orang yang baru tiba untuk melakukan ritual itu saling bertabrakan dengan jemaah lain di jembatan Jamarat. Akibat kejadian ini, pemerintah Arab Saudi merekontruksi ulang Jamarat agar jamaah tak perlu berdesakan saat melempar jumrah.


11 September 2015

Sebuah alat derek besar (crane) jatuh di komplek Masjidil Haram. Tragedi ini menelan korban 107 orang tewas dan 238 orang lainnya luka-luka. Pemerintah Arab Saudi menyatakan bahwa peristiwa crane tumbang setelah diterpa angin badai.

suasana melempar jumroh (sumber: Tempo)

Tahun 2004, saya mengalami sendiri peristiwa musibah yang menelan korban jiwa hingga 250 orang. Saat itu saya memang mencoba untuk ikut merasakan aura lempar jumroh pada waktu yang utama. Suasananya kemudian memang sangat kacau. Orang yang sudah melempar bertabrakan dengan Jemaah yang baru datang. Suasana menjadi tak terkendali saat dua gelombang manusia ini saling berdesak-desakan. Alhamdulillah saat itu saya bisa melepaskan diri dari pusaran gelombang yang sangat gila itu.

Melihat data musibah-musibah itu, rasanya pemerintah Saudi perlu mengevaluasi tata laksana dan standar keamanan pelaksanaan ibadah haji. Menurut hemat saya, tak ada salahnya pemerintah Saudi menggandeng negara-negara Islam agar ikut urun rembuk memikirkan haji yang aman dan nyaman.

Salah satu yang mesti dilakukan adalah peninjauan kembali jumlah kuota Jemaah haji yang sudah ditentukan bersama OKI. Menurut saya, kuota yang ditetapkan harus ditinjau kembali dengan melihat daya tampung kota Mekkah. Mengingat daya tampung kota Mekkah saya sih mengusulkan agar kuota tipa negara dipotong.

Disini dijelaskan pula bahwa Saya Setuju dengan Pemotongan Kuota Haji.

Memang menyedihkan, karena ada pemotongan kuota haji hingga 20 % maka daftar tunggu haji semakin panjang. Pemerintah Arab Saudi melalui surat tertanggal 6 Juni 2013 yang dikirimkan Kementerian Haji Kerajaan Arab Saudi kepada Kementerian Agama RI memberitahukan, bahwa kuota haji di seluruh dunia, termasuk Indonesia dipangkas 20 persenkuota dasar sesuai kesepakatan negaraOrganisasi Konperensi Islam (OKI)bagi seluruh negara pengirim jamaah haji tanpa kecuali (http://setkab.go.id).

Pemotongan kuota ini, menurut Menag Suryadharma Ali berkaitan dengan proses molornya renovasi Mesjidil Haram, “Tempat thawaf yang semula dapat menampung 48.000 jamaah dalam satu jam, kini hanya dapat menampung 22.000 jamaah dalam satu jam.”

Kuota haji ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang mengacu pada Kesepakatan KTT OKI tahun 1986 di Amman, Jordan. Berdasarkan KTT OKI itu kuota jamaah suatu negara yaitu 1:1000. Artinya dari 1000 muslim maka jatahnya 1 orang.

Saat ini Indonesia mempunyai sekitar 230 juta penduduk dengan sekitar 200 jutapenduduk muslimnya. Dengan rumus OKI itu maka kuota haji Indonesia berkisar pada 200.000 jamaah, yang kemudian dibagi lagi 194.000 kuota untuk haji reguler dan 17.000 haji khusus.

Semenjak tahun 1986, pembatasan kuota haji untuk tiap negara tidak pernah berubah, sementara penduduknya semakin bertambah. Melihat pertambahan penduduk itu sebetulnya jatah tiap negara bisa bertambah (atau bahkan berkurang).

Saya sendiri setuju dengan pemotongan kuota haji. Sebab menurut saya pelaksanaan ibadah haji dengan hitungan kuota yang berlaku sudah sangat crowdit. Lihat saja, dengan kapasitas Mesjidil haram yang bisa menampung 900.000 jemaah (jika renovasi berjalan lancar bisa menampung 1.1 juta) sementara jemaah haji berdasar data tahun 2012 berjumlah 2.8 juta. Memang tidak semua jemaah haji akan memenuhi Mesjidil Haram. Namun kondisi kota yang padat, macet ditambah sanitasi yang tak baik semakin menambah ketidaknyamanan ibadah.

Ada juga yang terkait dengan keabsahan beribadah. Sudah tiga kali saya merasakan harus menginap di Mina yang muzdalifah. Berkaitan dengan ritual tanggal 11-13 Dzulhijjah, di mana jemaah haji diharuskan mabit di Mina. Yang tidak mabit dikenakan dam (denda) . Lalu bagaimana dengan jemaah haji yang ditempatkan di Muzdalifah yang disebut sebagai Mina? Bagi saya, sebelum tanda batas wilayah Mina dan Muzdalifah belum digeser, maka itu menjadi masalah. Oleh karena itu untuk mengatasinya saya harus mengajak jemaah menggelandang selama tiga malam di Mina (muaisim). Perlu diketahui bahwa jarak dari muzdalifah ke Jamarat itu 7 km. Artinya, untuk melempar jumroh, jemaah yang ditempatkan di Muzdalifah harus menempuh jarak 14 KM PP.

Kemacetan dan kepadatan juga sangat parah bisa sangat dirasakan ketika masuk ke puncak ibadah haji mulai tanggal 5-15-an Dzul hijjah. Bila pada tanggal itu kita menggunakan kendaraan, maka kita akan dikepung kemacetan yang luar biasa parah. Ditambah lagi dengan tarif yang tiba-tiba bisa mencekik jemaah. Saya pernah memakai pada tanggal 13 untuk menuju Aziziah. Tarif yang biasa Cuma 10 real (paling mahal) bisa menjadi 50 real, Bonus macet tentunya.

Oleh karena itu, momentum ini memang sangat tepat untuk meninjau ulang pengaturan kuota haji, untuk menjadikan ibadah haji sebagai ibadah yang -walau tak senyaman orang yang sedang wisata- nyaman. Tentu saja saya juga berharap agar orang-orang yang berniat untuk Ibadah haji bisa terlaksana dengan baik. Salam 110. (Sumber: fxmuchtar.web.id )

Karbala saat Asyura (Sumber: www.irdiplomacy.ir)

Pemerintah Saudi juga perlu belajar ke Karbala. Ya, ke Karbala. Peringatan Asyura dan arbain Imam Husein disebut-sebut sebagai gathering terbesar di dunia. Menurut Wikipedia, tahun 2014 saja ada 20 juta peziarah mendatanginya. Jumlah itu 10 kali lipat orang yang melaksanakan ibadah haji.

Bagaimana kota Karbala bisa mengatur jumlah peziarah yang sangat banyak itu? Itu sangat menarik dan layak untuk dipelajari. Toh tak ada salahnya untuk mencari sesuatu yang baik demi keselamatan Jemaah. maaf saya tak sedang membicarakan madhzabnya.

Saya sendiri tak tahu bagaimana Karbala bisa menampung dan menampung jemaah sedemikian banyak. Saya kutip saja dari salah seorang yang pernah berziarah ke Karbala dan juga pernah melaksanakan ibadah haji. Hamzah namanya.

Hamzah mengatakan, “Pengalaman waktu ziarah Karbala tahun lalu (2014) manusia yang jumlahnya 30 juta, tumpah ruah di satu tempat. Bisa dibayangkan bagaimana padatnya manusia. Tapi yang saya lihat semua berjalan dengan tertib dan kalau ada yang terjatuh, yang berdiri langsung angkat sorban sebagai isyarat bahwa ada yang terjatuh sehingga yang di belakangnya langsung berhenti. Jadi yang jatuh tidak sampai terinjak-injak. Ditambah lagi pesan-pesan yang selalu disampaikan oleh setiap kepala rombongan peziarah bahwa memberi kesempatan dan berkhidmat kepada sesame peziarah pahalanya sangat besar. Inilah mungkin yang membuat peziarah Imam Husein as. Jauh lebih tertib dibanding Jemaah haji”.

Arbain Imam Husein as. (Nairaland.com)

Berkhidmat, mungkin kata itulah yang menjadi kunci ketertiban dan suksesnya Karbala menampung peziarah yang saban tahun meningkat sangat signifikan. Dari kata berkhidmat itulah semua komponen masyarakat ingin ikut ambil bagian dalam acara asyura atau arbain.

Salah satu hal yang kurang terlihat di Mekkah adalah masalah keterlibatan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan ibadah haji hampir bisa dibilang tidak ada. Semua diatur oleh pemerintah walau banyak dermawan (khususnya di Arafah) namun terbatas pada memberikan makanan dan mushaf saja.

Seorang kawan yang pernah melakukan long march dari Najaf ke Karbala sejauh 75 km mengatakan, pada jarak sepanjang itu, hampir tidak ada orang yang tak menawarkan jasanya. Ada yang menyediakan air, makanan, tempat menginap hingga jasa memijat. Semuanya gratis. Untuk berkhidmat kepada peziarah Imam Husein katanya.

Kita tentu berharap pelaksanaan ibadah haji yang aman dan nyaman dan tentunya pemerintah Arab Saudi harus menempuh berbagai macam jalan, termasuk mempelajari kesuksesan Karbala dalam menampung para peziarahnya.
________________________________________________

Rahbar Bongkar Kebohongan Barat Soal Kebebasan Berpendapat dalam Penistaan


Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebut Amerika Serikat sebagai pelestari diktatorisme dan mengemukakan pertanyaan “Mereka dengan rapor merahnya bagaimana dapat mengklaim diri sebagai penegak demokrasi dan kebebasan?”

Fars News melaporkan, hal itu dikemukakan Rahbar Senin (17/9) dalam acara wisuda dan penyematan pangkat kepada lulusan Akademi Militer Republik Islam Iran.

Menyinggung kejahatan terbaru musuh Islam dalam menistakan kesucian Rasulullah, Muhammad al-Mustafa Saw, Rahbar menegaskan, “Berlandaskan pada pengenalan politik anti-Islam kaum imperialis dan rezim Zionis Israel, bangsa-bangsa dunia mengarahkan tudingan kepada Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa. Para penguasa di negara-negara tersebut harus mencegah aksi-aksi sinting itu, dan membuktikan bahwa mereka tidak terlibat dalam kejahatan tersebut.”

Menyinggung perasaan tertinggal musuh-musuh Islam dalam menghadapi bangsa besar Iran dan gerakan menggelora dan bergemuruh Kebangkitan Islam, Rahbar menambahkan, “Masalah ini membuat musuh umat Islam melakukan aksi-aksi gila seperti peristiwa terbaru.”

Beliau menilai aksi itu termasuk pelajaran abadi dalam sejarah dan menjelaskan, “Para penguasa kubu adidaya, di samping menolak mengecam kejahatan tersebut, tidak melaksanakan tugas dalam menindak kejahatan tersebut, juga mengklaim bahwa mereka tidak terlibat di dalamnya.”

“Kami tidak bersikeras untuk membuktikan keterlibatan mereka dalam tindak kejahatan tersebut, akan tetapi cara-cara para politisi Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa sendiri yang membuat mereka tersangka sebagai pihak yang bersalah oleh opini umum bangsa-bangsa dan mereka harus melepaskan diri dari kejahatan besar itu dengan langkah praktis bukan dengan lisan saja.”

Menyinggung motif-motif anti-Islam kaum adidaya Rahbar mengatakan, “Karena motif-motif itulah kaum adidaya tidak dan tidak akan pernah mencegah penistaan terhadap Islam dan sakralitasnya.”

Dalam membuktikan kebatilan dalih para pejabat Amerika Serikat dan Barat bahwa pencegahan penistaan terhadap Islam itu bertentangan dengan kebebasan berpendapat, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menjelaskan beberapa poin argumentatif.

Adanya garis merah yang jelas di Barat dalam mencegah segala bentuk serangan terhadap prinsip-prinsip imperialisme, termasuk di antara poin tersebut.

“Apakah ada orang yang percaya bahwa pencegahan aksi penistaan terhadap sakralitas Islam, bertentangan dengan agama di negara-negara yang di dalamnya penyoalan prinsip-prinsip imperialisme direaksi dengan kekerasan dan brutalitas?”

Di sebagian besar negara Barat, tidak ada orang yang berani menyoal peristiwa Holocaust yang tidak jelas atau menulis artikel tentang politik akhlak menjijikkan adidaya termasuk soal homoseksual, bagaimana mungkin dalam masalah-masalah ini tidak ada kebebasan berpendapat, namun penistaan terhadap Islam dan sakralitasnya dibebaskan dengan dalih bohong kebebasan berpendapat?

Rahbar menyebut para pejabat Amerika Serikat sebagai pelestari diktatorisme dan menyinggung dukungan konstan selama puluhan tahun mereka terhadap Hosni Mubarak mantan diktator Mesir, Mohammad Reza Pahlevi diktator Iran, dan juga para diktator sekarang di kawasan. “Dengan rapor merah seperti ini, bagaimana mungkin mereka dapat mengungkapkan klaim-klaim demokrasi dan dukungan terhadap kebebasan?”

Rahbar menilai aksi demonstrasi rakyat ke pusat-pusat politik-sosial Amerika Serikat di berbagai negara dunia merefleksikan kebencian mendalam mereka terhadap politik imperialisme dan zionisme.

“Hati bangsa-bangsa telah dipenuhi dengan kebencian terhadap Amerika Serikat dan oleh karena itu ketika seperti peristiwa terbaru, satu kasus dan sebuah isu muncul, kebencian dan kegeraman itu akan terluap secara massif.” Di akhir penjelasannya, Rahbar menekankan, “Tidak diragukan lagi bahwa matahari Islam akan bersinar lebih terang dari sebelumnya dalam menghadapi konfrontasi kaum adidaya dengan agama Allah ini, dan kemenangan akan berpihak pada umat Islam.”
______________________________________________

Rahasia Keabadian Asyura


Peristiwa Karbala adalah satu dari sekian momentum historis yang memiliki kedudukan khusus. Meskipun terjadi tahun 61 Hijriah, tapi kejadian penting ini tidak lekang oleh zaman, dan terus hidup hingga kini. Padahal Khalifah Bani Umayah dan penerusnya telah melakukan berbagai cara untuk memberangus peristiwa agung ini dari memori umat Islam. Salah satu yang mereka lakukan adalah menjadikan hari Asyura sebagai kemenangannya yang dirayakan secara meriah dan suka cita. Ketika kebohongannya terungkap, mereka melakukan berbagai cara untuk menjustifikasi kezaliman Yazid yang dilawan dengan kesyahidan Imam Husein. Hingga kini, para pendukung Yazid berupaya menyimpangkan tujuan kebangkitan Imam Husein, dan menimbulkan masalah bagi para peziarah beliau, dan orang-orang yang mengenang perjuangannya.

Setelah tumbangnya Dinasti Umayah, Dinasti Bani Abbasiyah selama tujuh ratus tahun berupaya menyelewengkan peristiwa Asyura. Dan kini cara-cara tersebut dilanjutkan oleh para penerus mereka.Tapi, semakin keras orang-orang zalim merusak dan menyelewengkan kebenaran peristiwa Asyura, peristiwa besar ini terus hidup dan tetap abadi hingga kini, dan pengaruhnya semakin besar dari sebelumnya.Oleh karena itu, muncul pertanyaan besar apa rahasia keabadian gerakan Asyura? Mengapa peristiwa yang terjadi lebih dari seribu tahun itu tetap abadi di tengah gencarnya upaya merusak dan menyelewengkan peristiwa besar tersebut?

 Ayat mengenai karbala

Tidak diragukan lagi faktor keabadian gerakan Asyura adalah pertolongan Allah swt. Dalam al-Quran surat as-Saff ayat 8, Allah swt berfirman, "Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". Gerakan Asyura yang dikibarkan Imam Husein di padang Karbala demi menjaga dan menyebarkan ajaran agama Allah yang dimaksud di ayat tersebut. Oleh karena itu, Allah swt berfirman bahwa cahaya itu tidak akan padam, tapi justru dengan berlalunya waktu semakin benderang. Oleh karena itulah, Nabi Muhammad Saw bersabda,"Sesungguhnya kesyahidan Imam Husein menjadi api yang berkobar di hati orang-orang mukmin yang tidak akan pernah padam".

Faktor lain dari keabadian gerakan agung Asyura adalah perkataan dan sirah Nabi Muhammad Saw mengenai Imam Husein dan Karbala. Sepanjang sejarah, umat Islam sangat menghormati Nabi Muhammad Saw. Berdasarkan fatwa ulama Sunni dan Syiah, mengikuti sunnah Rasulullah Saw wajib hukumnya, dan dilarang untuk menentangnya. Sebab dalam al-Quran surat An-Nisa ayat 80, Allah swt berfirman, "Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka". Di bagian lain, surat an-Najm ayat 3 dan 4, Allah swt berfirman, "Dan tiadalah yang diucapkan Rasulullah, (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang disampaikan kepadanya."

Perintah ilahi ini bukan hanya ditujukan kepada umat Nabi Muhammad Saw saja, tapi juga bagi Rasulullah sendiri yang mengingatkan umat tentang Ahlul Baitnya.Terkait hal ini, Salman Farsi, salah seorang sahabat Rasulullah Saw bertutur, "Aku melihat Husein berada di pangkuan Rasulullah, lalu beliau bersabda ke arah cucunya itu, 'Engkau adalah pemimpin, engkau anak dan ayah pemimpin, engkau Imam, putra Imam dan ayah para pemimpin. Engkau hujah, putra hujah dan ayah Imam kesembilan, yang kesembilannya adalah Imam Mahdi',". Selain menjelaskan mengenai keutamaan Imam Husein, Rasulullah Saw mengungkapkan tentang kesyahidan Imam Husein di hadapan sejumlah sahabatnya di Madinah.

Ibnu Atsir, ahli hadis Sunni menulis, "Asyats bin Sahim meriwayatkan dari ayahnya yang mendengar langsung Rasulullah Saw bersabda, "Putraku Husein akan syahid di sebuah tempat di Irak. Barang siapa yang sezaman dengan Husein, maka ia harus menolongnya."Aisyah, Istri Rasulullah Saw menceritakan suatu hari melihat Imam Husein yang masih bayi dibawa menghadap Nabi Muhammad Saw. Beliau menciumnya, seraya berkata,"Siapapun yang menziarahi makamnya akan mendapatkan pahala seperti haji".

Faktor lain keabadian Asyura adalah konsistensi Ahlul Bait dalam mendirikan majelis duka Syuhada Karbala. Ahlul Bait Rasulullah Saw sangat mementingkan acara mengenang perjuangan Asyura. Mereka menjelaskan tujuan perjuangan Imam Husein, upaya mencegah terjadinya penyimpangan Asyura, mengungkap kejahatan Bani Umayah, keutamaan memperingati Asyura dan rahasia keabadian Asyura.

Perjuangan yang disuarakan Sayidah Zainab dari Karbala hingga masuknya para tawanan Asyura menuju Kufah dan Syam, serta Khutbah pencerahan yang beliau sampaikan dengan gagah berani di tengah masyarakat memainkan peran penting dalam memjelaskan kebenaran peristiwa Asyura. Tangisan panjang Imam Sajjad meratapi peristiwa Asyura membangkitkan kesadaran penduduk Madinah. Imam Baqir dan Imam Shadiq mewasiatkan selama 10 tahun untuk mendirikan Majelis duka ketika menjalankan ibadah haji di Mina, dan menjelaskan peristiwa Karbala. Imam Ridha juga mendirikan majelis duka mengenang perjuangan Asyura.

Berbagai faktor tersebut menyebabkan spirit Asyura tetap abadi hingga kini. Salah satu rahasia keabadian Asyura lainnya adalah metode dan tujuan perjuangan Imam Husein. Beliau dengan tegas memperkenalkan jalan perjuangannya secara terang benderang. Imam Husein berkata, "Aku bangkit melawan [penguasa lalim] demi memperbaiki umat kakekku, dan menegakkan Amr Maruf dan Nahi Munkar, sebab Allah swt dalam al-Quran berfirman,"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."(Ali-Imran:104).

Salah satu bentuk dasar Amr Maruf dan Nahi Munkar adalah menasehati orang yang berbuat lalim supaya melakukan kebaikan dan menghentikkan kemunkarannya.Ketika penguasa lalim menimbulkan ancaman bagi prinsip-prinsip Islam harus ada orang yang menegakkan kebaikan dan melawan kezaliman demi tegaknya nilai-nilai Islam. Yazid yang zalim, menjadi Khalifah yang diwarisi dari ayahnya Muawiyah, dan Imam Husein bangkit melawan dan tidak berbaiat kepadanya. Dalam menjalankan tugasnya, Imam Husein memberikan pencerahan kepada masyarakat. Beliau berkata, "Wahai manusia ! Rasulullah Saw bersabda, jika di antara kalian menyaksikan penguasa lalim yang menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah, tidak menepati janjinya, dan menentang sunah Rasulullah dan berperilaku zalim dan dosa di tengah masyarakat... dan kemudian tidak mengubah perbuatannya dengan perkataan dan perbuatan, maka Allah swt menempatkan mereka termasuk orang-orang yang zalim."

Untuk menyadarkan masyarakat, Imam Husein berkata,"Sadarlah! Ketika suatu kaum telah mentaati setan dan meninggalkan ketaatan terhadap Allah swt, melakukan kerusakan secara terang-terangan dan menghentikan hukum Allah, menjadikan Baitul Mal sebagai kas pribadi dan menghalalkan yang telah diharamkan oleh Allah, maka aku datang untuk mengubah keadaan ini !"

Imam Husein di bagian lain mengungkapkan masalah kehormatan dan maknanya yang tinggi dalam diri seorang mukmin. Beliau berkata, "Sadarlah, mereka yang memberiku dua pilihan, pedang dan kehinaan! Kami memilih syahid, bukan kehinaan. Sebab Allah swt dan Rasul-Nya menghendaki demikian."Jika dikaji lebih dalam, perkataan ini disampaikan ketika Imam Husein sudah tahu usianya tidak akan lama, dan beliau akan mencapai kesyahidan.Tapi pernyataan ini disampaikan sebagai pelajaran penting bagi umat Islam tentang betapa berharganya kehormatan manusia, meski harus ditebus dengan nyawa sekalipun. Seruan Imam Husein ini sepanjang sejarah menjadi inspirasi tidak hanya untuk umat Islam, tapi juga bagi pejuang penegak keadilan di seluruh penjuru dunia.

Revolusi Imam Husein meskipun tidak mencapai kemenangan secara militer, dan dari luar tampak kalah dibantai oleh pasukan Yazid, tapi perjuangan beliau telah mengubah masyarakat Muslim. Sejatinya, gerakan Asyura adalah garis utama yang melanjutkan kehidupan Islam. Kebangkitan Imam Husein menjadi gerakan sosial yang menunjukkan bahwa reformasi masyarakat Islam berada dalam tanggungjawab setiap Muslim. Dan setiap orang harus mengerahkan seluruh potensinya untuk menyelamatkan ajaran Islam ketika diselewengkan oleh penguasa lalim seperti Bani Umayah. Inilah rahasia penting keabadian Asyura.

(Kompasiana/Kompas/ABNA/IRIB-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI