Sikap Dualisme Ban Ki-moon

Sekretaris jenderal PBB adalah sebuah posisi yang harus dimiliki oleh orang yang bisa berdiri tegak menghadapi tekanan-tekanan dari berbagai pihak. Sayangnya, Sekjen PBB sekarang ini hanya bisa mengikuti arus tekanan politik pihak tertentu dalam mengambil sebuah keputusan.

Pertama kali, PBB dibentuk dalam rangka mewujudkan keadilan sosial dan hukum di dunia. Dengan berbagai tipe Sekjen PBB yang pernah dipilih, perwujudan tujuan ini mengalami berbagai proses. Akan tetapi, sekarang kursi Sekjen PBB diduduki oleh seseorang yang hanya bisa tunduk kepada kepentingan sebuah pihak dan mengambil keputusan sejalan dengan tekanan politik yang mereka lakukan.

Begitu banyak kritik dilontarkan terhadap sikap-sikap Ban Ki-moon sehingga bentuk kekhawatirannya terhadap sebuah peristiwa sudah tidak memiliki arti lagi. Sikap dan pernyataannya sudah tidak lagi diyakini oleh masyarakat dunia sebagai sebuah pedoman politik.

Problem utama dunia kita sekarang ini adalah terorisme dan radikalisme. Sikap PBB bisa menjadi sebuah langkah untuk memerangi fenomena ini dalam beberapa tahun terakhir ini. Akan tetapi, Ban Ki-moon telah menggunakan posisinya ini dengan tidak benar.

Setiap kali terjadi sebuah serangan teroris di negara Barat, Sekjen PBB pasti mengambil sikap cekatan dan kecaman keras. Akan tetapi, ia buta dan tuli ketika menyaksikan pembantaian massal di Suriah, Iraq, Yaman, dan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh kelompok teroris.

Untuk satu peristiwa pun, Ban Ki-moon mengambil sikap dualisme dan munafik. Ia mengingkari setiap bentuk kejahatan yang dilakukan oleh Arab Saudi di Yaman. Akan tetapi, ketika menyampaikan laporan tentang Iran, ia menyebut Iran telah mengirimkan senjata ke Yaman. Dan ia melupakan ribuan peluru dan rudal yang telah dimuntahkan oleh jet-jet tempur Saudi atas rakyat Yaman.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)