Pengalaman kalah dalam perang 33 hari melawan Hizbullah cegah Israel untuk memancing ikan dalam air keruh kerusuhan yang muncul di Timur Tengah.
Begitu hal ini ditegaskan oleh Mujtaba Amani, ahli masalah Timur Tengah, kepada wartawan Shabestan dalam rangka memperingati hari kemenangan Hizbullah dalam perang 33 hari melawan Israel.
Menurut Amani, perang 33 hari tersebut adalah sebuah aksi strategis di Timur Tengah. Sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran, Israel memang sudah berkali-kali berpengalaman dalam menjajah negara-negara Islam dan Amerika banyak membantu mereka dalam hal ini. Akan tetapi, 2 hingga 3 tahun pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, pengalaman tersebut terhenti.
Untuk menambal kekalahan dalam perang 33 hari ini, lanjut Amani, Israel mencoba mengganyang sebuah pergerakan yang lebih lemah di lini muqawamah. Yaitu Hamas. Akan tetapi, mereka juga mengalami kekalahan telak.
“Jika Israel tidak pernah mengalami kekalahan dalam perang 33 hari tersebut, sudah pasti mereka akan memanfaatkan kekacauan Timur Tengah dan menjajah negara-negara lain. Faktor yang menyebabkan rezim Zionis kalah di Timur Tengah adalah garis muqawamah. Jika tidak ada muqawamah, rezim ini pasti akan terus melakukan aksi penjajahan,” tukas Amani.
Amani menegaskan, “Jika garis muqawamah tidak memiliki kekuatan seperti sekarang, maka Israel sudah pasti akan menciptakan perpecahan di kalangan Iran, Suriah, Iraq, dan negara-negara lain yang berada di lini muqawamah. Layak disyukuri. Garis ini tetap kuat dan teratur melawan Israel sehingga mengikis habis impian-impian Israel di siang bolong.”
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email