Alhamdulillah, saya dan seorang ustadz pernah mewawancarai salah satu tokoh desa mantan pengikut MTA dan mengaku cukup kenal dengan Ustadz Ahmad Sukina, karena aktif mengikuti Pengajian Ahad Pagi di Solo dan sering menyampaikan pertanyaan kepadanya. Sekarang ini beliau giat menghidupkan kembali amaliah-amaliah NU di daerahnya bersama dengan salah satu ustadz dari Purworejo. Saat saya datang silaturrahmi kepada beliau, kebetulan ada tiga orang tamu yang sedang mengurus proposal pembangunan masjid. Dua orang di antaranya mantan pengikut MTA dan simpatisannya.
Karena waktu terbatas-hampir Maghrib setelah menunggu lama, saya hanya menanyakan beberapa masalah, seperti masalah anjing yang dihalalkan Ustadz Ahmad Sukina, orang yang masuk MTA mendapat bayaran (santunan/sedekah), komentar MTA terhadap kedudukan ulama Islam, dan yang melatarbelakangi mereka sehingga begitu berani mengeluarkan vonis-vonis ekstrim.
Saat ketiga orang itu saya tanya tentang halalnya anjing, ketiganya mengatakan bahwa MTA memang menghalalkan anjing dan hal ini juga dicatat dalam brosur MTA. Alasannya karena dalam al-Qur’an dan as-Sunnah tidak ada firman atau sabda yang menyatakan kenajisan atau keharamannya.
Saat mendengar jawaban ini, saya cukup terkejut dan bagaimana bisa Ustadz Ahmad Sukina dan pengikutnya saat ini berbalik mengatakan, bahwa mereka tidak pernah menghalalkan anjing?.
Saya sendiri adalah orang yang pernah dianggap berdusta oleh sebagian warga MTA gara-gara masalah ini. Jika benar begitu, maka betapa mereka sangat tidak memiliki amanah ilmiah di hadapan Allah. Lalu bagaimana syariat Islam menilai orang seperti itu? Na’udzu billah min dzalik.
Dalam Islam, orang bisa saja berpendapat salah dalam merumuskan hukum, bahkan sekaliber Imam asy-Syafi’i sekalipun. Sah-sah saja orang yang salah mencabut pendapatnya, dan memang itulah yang seharusnya yang dilakukan setelah mengetahui kebenaran. Islam mengajarkan kejujuran dan menjunjung tinggi amanah ilmiah.
Saat saya bertanya tentang isu perekrutan anggota MTA dengan iming-iming uang, beliau juga membenarkan dan bercerita kejadian yang pernah dialaminya. Meskipun ini mungkin benar adanya, tetapi saya tidak yakin jika semua orang yang masuk MTA pasti karena iming-imingan uang. Mungkin saja hal itu terjadi di sebagian daerah saja atau pada orang-orang tertentu. Wallahu A’lam.
(Sarkub/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email