Pesan Rahbar

Home » , » Kisah Tentang Maria Kristen Memeluk Islam

Kisah Tentang Maria Kristen Memeluk Islam

Written By Unknown on Tuesday, 16 August 2016 | 08:54:00


Suatu hari Hp Maria muslim – sebelumnya Maria Kristen – menderingkan nada adzan, maka nampak rasa heran di raut kedua orang tuanya.

Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari harian El Pais, Maria mengatakan, kedua orang tuaku berkata bukankah sudah aku katakan kepadamu, karena aku sama sekali tidak pernah mengatakan kemuslimanku kepada mereka secara langsung.

Maria tumbuh besar dalam sebuah keluarga Kristen di kota Fuenlabrada, Madrid, Spanyol. Ia dengan nama Maria dimandikan air baptisan di gereja, namun tidak pernah di gereja lagi.

Dia memeluk Islam di usia 29 tahun dan menurut penuturannya sendiri, proses kemuslimannya dimulai satu dekade lalu.

Semua itu bermula saat seorang laki-laki muslim Maroko memberikan sebuah buku kepada Maria yang saat itu berumur 19 tahun, buku ini merupakan permulaan sebuah perubahan lambat laun dalam dirinya.

Maria mengatakan, buku ini bukanlah al-Quran. Nama bukunya adalah Islam dan dijual di pameran buku; buku ini membangkitkan rasa ingin tahuku, namun tidak menyebabkan aku langsung beriman.

Sejak saat itu Maria melihat Islam dengan pandangan yang lebih mendalam, ia membaca beografi para nabi, melihat film-film dokumenter tentang agama Islam dan akhirnya juga dapat menelaah al-Quran.

"Masa kecil dan remajaku sama seperti yang lainnya. Ketika 17 atau 18 tahun, aku lewatkan seluruh hari-hariku bersama teman-temanku,” ucapnya.

Namun semakin pengetahuannya terhadap Islam semakin meningkat, gaya kehidupannya berubah. Maria sama sekali tidak pernah menyembunyikan apapun dari kedua orang tuanya, namun kali ini ia tidak menjabarkan peristiwa yang sedang terjadi tersebut. Ia menghendaki kedua orang tuanya menyadari secara alami akan hal ini.

Ia mulai mengirimkan pesan-pesan singkat, semisalnya menaruh buku-buku tentang Islam ke rumah. Maria mengatakan, mereka mengetahui perubahanku dan aku menghabiskan banyak waktu di rumah dan aku tidak keluar rumah seperti sebelumnya.

Berbicara dengan ayah dan ibu tentang hal ini sangat sedikit sukar buatnya, karena tidak ingin membuatnya khawatir, karena ia tahu bahwa mereka saat ini masih takut.

Maria berkata, kekhawatiranku bukan terhadap reaksi mereka, karena kami saling tinggal bersama dan mereka melihat bahwa keputusan ini bagus buatku; aku tidak meminum alkohol dan tidak meroko atau mengkonsumsi obat-obatan apapun. Mereka melihat aku pergi bekerja dan kembali dan aku hidup sehat dan tenteram. Namun aku tidak ingin memberikan tekanan kepada kedua orang tuaku atau aku melakukan hal-hal yang dirasa tidak senang oleh mereka, karena ini adalah hal yang sangat sensitif.

Ketakutan terbesar Maria adalah rasa takut itu sendiri; ketakutan yang bisa jadi dengan kemuslimannya menciptakan ruang luar keluarga.

Ia mengatakan, aku tahu bagaimana kondisinya dan apa pandangan masyarakat. Aku tahu suatu hari aku akan keluar bersama kedua orang tuaku dengan mengenakan hijab dan ini tidak akan mudah saat teman-temanku melihatku demikian. Saat masyarakat melihat seseorang yang baru memeluk Islam, lantas mereka berfikir bahwa pekerjaan salah manakah yang telah dilakukan oleh ayah dan ibunya? Aku tidak ingin ayah dan ibuku merasa gelisah.

Maria, karena ayah dan ibunya, membagi keislamannya dalam dua babak, dan sekarang ini di tahap pertama adalah penggabungan kebudayaan mereka dengan agama barunya.

Ia mengatakan, ayah dan ibuku sangat mendukung dan menghormatiku. Semisalnya mereka menghapus menu daging babi, membantu mencarikan al-Quranku saat tidak ketemu. Aku tidak pernah langsung mengatakan tentang kemuslimanku, namun aku rasa benar-benar tidak perlu.

(El-Pais/IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: