Pesan Rahbar

Home » » Jokowi Cium Aroma Sedap Tax Amnesty, Singapura Mulai Teror WNI

Jokowi Cium Aroma Sedap Tax Amnesty, Singapura Mulai Teror WNI

Written By Unknown on Monday, 19 September 2016 | 01:25:00


Oleh: Asaaro Lahagu

Jokowi mulai mencium aroma sedap kesuksesan program Tax Amnesty. Lewat propaganda dan lobi masif seorang Sofyan Wanandi, orang-orang kaya Indonesia seperti James Riyadi, Erick Tohir bersaudara, Tommy Soeharto, Theodore Permadi Rachmat, Hotma Paris Hutapea, berbondong-bondong ikut program Tax Amnesty. Orang-orang ini tergerak hatinya dengan motto Tax Amnesty: “ungkap, tebus, lega”. Tadinya tegang, namun setelah terungkap menjadi lega, puas.

Dahsyat memang. Berdasarkan data statistik yang dilansir dari laman resmi Direktorat Pajak per 16 September 2016, total nilai tebusan yang telah dibayarkan oleh peserta pengampunan pajak sejak pelaksanaan Program Amnesti Pajak (Tax Amnesty), sudah tembus Rp.21,3 triliun. Sementara itu pernyataan harta (deklarasi) sebesar Rp. 552 triliun dan repatriasi sebesar Rp. 26 triliun. Angka-angka ini menunjukkan arah optimisme keberhasilan Tax Amnesty yang diluncurkan Jokowi itu. Memasuki pertengahan September 2016 ini, rata-rata penerimaan negara melalui tarif tebusan menurut Menkeu Sri Mulyani, adalah 1- 2 triliun per hari. Dalam dua-tiga hari ke depan, nilai tebusan Tax Amnesty itu dipastikan akan menembus Rp. 30 triliun. Nah dasyat bukan? Tak mustahil jika target ambisius Jokowi untuk mendulang duit dari Tax Amnesty ini sebesar Rp. 165 triliun dapat tercapai.

Jika Jokowi mulai mencium aroma sedapnya Tax Amnesty, tidaklah demikian dengan Singapura. Sejak Program Tax Amnesty diluncurkan Singapura mulai mencium aroma baum kentutnya. Negara ini semakin ketar-ketir ketika duit WNI (Warga Negara Indonesia) yang disimpan di Singapura sebesar Rp. 3 ribu triliun atau sekitar 40% dari total aset perbankan Singapura sudah mulai mengalir ke Indonesia. Penarikan duit WNI itu membuat Singapura mulai linglung. Walaupun ekonomi negara itu tidak sampai rush akibat penarikan dana WNI, namun hal itu cukup membuat pemerintah dan bank-bank Singapura mencret mengatasinya. Jokowi memang memasang target untuk menarik duit sebagian duit WNI yang ada di luar negeri. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung. Ada 11,4 ribu triliun duit WNI di luar negeri yang sebagian besar tersimpan rapat di Swiss, Inggris dan Singapura.

Jika duit WNI yang ada di Singapura dapat ditarik seribu triliun Rupiah saja maka likuiditas perbankan Indonesia akan sangat mentereng. Apalagi jika ada tambahan seribu triliun lagi dana repatriasi dari negara lain, maka Indonesia tidak lagi mengemis meminjam dana dari bank dunia. Cukup pinjam duit itu dan bayar bunganya, maka proyek skala besar pembangunan infrastruktur Jokowi akan terealisasi. Indonesia pun ke depan akan semakin maju dan mampu menyaingi Singapura. Apakah Singapura senang dengan ambisi Jokowi itu? Tentu saja tidak.

Bahkan Singapura sejak lama sudah tercium telah melakukan berbagai cara untuk menjegal program Tax Amnesty itu. Terakhir pemerintah Singapura melalui perbankannya menawarkan paket pembayaran pajak gratis. Artinya perbankan Singapura rela bayar uang tebusan sebesar 4% kepada Indonesia dengan syarat duitnya jangan ditarik dan dipindahkan ke Indonesia. Tetapi apakah WNI tertarik dengan rayuan maut Singapura itu? Tentu saja tidak. Tersentuh rasa nasionalisme, lobi bersahabat dari Jokowi serta ingin memberi dukungan kepada pemerintahan Jokowi, WNI yang menyimpan duitnya di Singapura mulai memanfaatkan moment program Tax Amnesty.

Selain ketakutan WNI akan dampak keterbukaan informasi perbankan ke depan, investasi di Indonesia sekarang semakin lebih menarik dibanding Singapura. Hasilnya duit WNI dari Singapura yang dideklarasikan semakin besar dan sebagian mulai mengalir ke Indonesia. IHSG pun melambung hingga menyentuh level 5.300. Hingga 15 September 2016 duit WNI yang sudah ditarik dari Singapura dan disimpan di perbankan Indonesia tembus Rp.70 triliun. Ke depan duit itu akan terus mengalir dan mengalir. Jadilah Singapura mulai mencret dan mulai mencium aroma bau tak sedap. Segala daya upaya untuk menjegal program Tax Amnesty itu terus dilakukan oleh Singapura namun tidak berhasil dengan baik. Nah melihat upayanya terus gagal, maka sekarang Singapura mulai menjalankan strategi teror yang licik.

Disebut teror karena sudah membuat WNI yang sebelumnya berencana menarik dananya dari Singapura, kini dilanda ketakutan. Akibatnya mulai banyak WNI yang menyimpan hartanya di Singapura, enggan dan takut mengikuti program Tax Amnesty. Sebelumnya Singapura melalui pemberitaan di berbagai media internasional diketahui mewajibkan pelaporan bank-bank Singapura kepada otoritas setempat jika ada transaksi WNI terkait program Tax Amnesty. Bahkan tersebar isu teror yang menakutkan bahwa WNI yang ikut program Tax Amnesty dan hendak menarik dananya dari Singapura, akan dilaporkan kepada polisi Singapura. Alasannya pelaporan itu adalah penghindaran pajak.

Jika para pemilik duit sekarang baru mengungkap hartanya dan membayar pajak, itu berarti sebelumnya terindikasi telah menghindari menghindari pajak. Nah, penghindaran pajak di Singapura adalah sebuah kejahatan dan itu harus berurusan dengan pengadilan. Ini logika keledai Singapura. Ketika duit WNI dulunya masuk tak dipermasalahkan. Namun ketika keluar, baru dicari celah untuk mempersulitnya. Teror Singapura kepada WNI yang menyimpan duitnya di Singapura ini membuat istana bereaksi keras. Selain Jokowi mengirim intel ke Singapura untuk mengungkap kebenarannya, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga langsung menelepon otoritas Singapura terkait teror itu.

Entah apa isi pembicaraan mereka, namun untuk meredakan suasana, Sri Mulyani mengatakan bahwa WNI tidak perlu takut melaporkan hartanya karena pemerintah Singapura sendiri ikut mendukung program Tax Amnesty itu. Benarkah demikian? Jelas pernyataan Sri Mulyani itu tidak mudah dipercayai. Alasannya selama ini Singapura tetaplah Singapura, licik, pongah dan bermuka dua. Singapura jelas tidak ikhlas jika duit WNI yang disimpan di perbankannya beralih begitu saja ke Indonesia. Selama ini Singapura sudah begitu baik kepada pengusaha kaya Indonesia.

Singapura telah membiarkan pengusaha itu berbohong kepada Indonesia selama ini dengan bertindak seolah-olah meminjam kembali duitnya yang disimpan di Singapura. Duit itu kemudian digunakan untuk membuka usaha di Indonesia sambil berpura-pura berutang dari Singapura. Padahal utang itu sendiri berasal dari uang simpanan yang bersangkutan. Selama ini memang Singapura sudah bersusah payah membantu orang kaya Indonesia yang menyimpan duitnya di Singapura. Mereka-mereka ini dilindungi, dimanja dan diberi pengamanan tingkat tinggi.

Di antaranya, Singapura sampai sekarang tidak mau menandatangi perjanjian ekstradisi jika ada koruptor, pengemplak pajak Indonesia yang bersembunyi di Singapura. Selain itu orang kaya Indonesia diijinkan bebas membeli properti yang ada di Singapura demi memudahkan pencucian uangnya. Jika kemudian WNI menarik dananya begitu saja dari Singapura, maka hal itu dianggap mengkhianati bantuan Singapura selama ini. Jika duit WNI benar-benar kembali ke tuannya Indonesia, maka bisa jadi perekonomian Indonesia akan meroket. Ini jelas menakutkan Singapura. Singapura jelas tidak ingin melihat pemerintahan Jokowi sukses membangun Indonesia ke depan.

Singapura tidak ingin melihat Indonesia sebagai saingan Singapura sebagai number one di ASEAN. Singapura tetap ingin melihat Indonesia tetap miskin, tetap berobat ke Singapura, tetap menuntut ilmu ke Singapura, dan tetap tunduk kepada Singapura soal pengaturan penerbangan sipil wilayah barat. Singapura juga tetap ingin agar Indonesia tetap ribut mempersoalkan SARA, sibuk mempersoalkan politik sehingga tidak fokus membangun negerinya. Oleh karena itu Singapura melakukan berbagai cara untuk menjegal program Tax Amnestyitu, mendanai ormas-ormas yang hobby membuat keonaran untuk ikut memperkeruh pemerintahan Jokowi.

Sebagai little Israel di Asia Tenggara dan corong negara barat di Asia, Singapura mampu menggunakan dana yang melimpah untuk mencapai tujuannya. Nah, ketika cara-cara santun, halus dan manis tidak lagi mempan untuk menjegal program Tax Amnesty itu, maka kini Singapura mulai menjalankan taktik teror.

Tujuannya agar WNI ketakutan dan membatalkan niatnya untuk ikut dalam proyek Tax Amnesty itu. Lalu apakah Jokowi juga akan tinggal diam? Tentu saja tidak. Jokowi juga akan melancarkan berbagai strategi baru untuk menghadang Singapura. Maka ke depan akan ada perang strategi dahysat antara Indonesia dan Singapura termasuk berlaga di pengadilan pajak internasional. Jika nantinya program Tax Amnestysampai Maret 2017 berakhir dan masih ada WNI yang ngotot menyembunyikan hartanya tanpa deklarasi dan tebusan, maka Jokowi akan memakai segala cara termasuk cara paksa bagi para pengempak pajak itu.

Apalagi adanya moment keterbukaan informasi mengenai perbankan mulai pada tahun 2018 mendatang, maka siapapun yang mempunyai harta di negara manapun akan mudah diketahui. Orang-orang itu nantinya akan menjadi sasaran intel dan pengintaian. Ke depan menarik untuk melihat Singapura secara licik dan diam-diam meneror WNI agar takut mengungkap hartanya. Sekaligus juga menarik melihat Jokowi menggunakan cara teror yang sama untuk meneror WNI yang tidak mau mengungkap hartanya. Nah, kalau sudah bicara soal aksi teror-meneror, maka akan ada yang pihak yang tekor dan tentu saja keok hehe.

(Kompasiana/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI