Ketika mayoritas anggota Konggres Amerika Serikat yang menolak hak veto Barack Obama terhadap undang-undang yang mengizinkan keluarga korban serangan 11 September untuk menuntut ganti rugi kepada Arab Saudi, kita tidak terlalu terkejut.
Satu hal yang malah membuat kita terperangah adalah tindakan cepat untuk menolak hak veto tersebut dan itu pun dalam jumlah suara yang cukup tinggi.
Dari 97 orang anggota Parlemen Amerika, hanya 1 suara yang setuju dengan hak veto Obama. Realita ini menunjukkan bahwa mereka membenci Arab Saudi yang merupakan sekutu nomor wahid Washington di Timur Tengah.
Pada hakikatnya, undang-undang tersebut bukan undang-undang “Justice Against Sponsors of Terorism” (JASTA). Tetapi sebuah undang-undang “balas dendam terhadap sebuah sekutu dekat”. Sekarang masa persekutuan ini sudah habis dan tidak berfungsi lagi.
Hubungan strategi Arab Saudi dan Amerika berpijak pada prinsip “dukungan Washington” dengan ongkos “minyak Riyadh”. Sekarang, Amerika sudah tidak merasa membutuhkan minyak lagi. Dan seperti membalik telapak tangan, Arab Saudi berubah menjadi musuh utama bagi Amerika Serikat.
Sekarang ini, Arab Saudi sedang mengalami penurunan cadangan harta dan terpaksa memberlakukan “puasa ekonomi” ketat kepada warganya. Lebih dari itu, mungkin sekali kekayaan Saudi sebesar 750 milyar dolar akan diblok oleh Amerika sebagai langkah pertama untuk membayar ganti rugi kepada para korban serangan 11 September.
Minyak Arab Saudi juga harus diserahkan kepada Amerika sebagai barang gadai selama sepuluh tahun sebagai pembayaran seluruh kerugian.
Amerika telah menyeret Arab Saudi ke jurang perang Suriah, Yaman, Libya, dan sebelum itu Afghanistan. Sebagai tindakan balas dendam, Washington telah meninggalkan Riyadh berkubang sendirian dalam jurang ini.
(Ra’y-Al-Yawm/Abdul-Bari-‘Athwan/Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email