Oleh: Ismail Amin
Kata-kata laknat, makian, umpatan dan ancaman mati menjadi santapan sehari-hari bagi mereka yang diklaim Syiah. Argumentasi apapun yang diberikan, mental dihadapan mereka, dengan alasan Syiah itu pendusta, pembohong dan tidak layak untuk dipercaya dan didengar kata-katanya. Buku-buku penulis Syiah, hatta itu bukan tema keagamaan tetap harus diwaspadai, dicurigai dan sangat membahayakan bagi mereka. Mereka bahkan sampai repot-repot untuk membuat list daftar buku-buku Syiah yang harus dijauhi dan terlarang untuk dibaca. ini Lucu…
Kita bisa adu argumen, kelompok anti syiah itu mengandalkan apa untuk menyebut syiah itu sesat bahkan bukan Islam?
Berikut ini adalah sepuluh diantaranya yang menjadi andalan mereka.
Pertama, mengandalkan buku Panduan MUI Pusat “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di indonesia.” Buku tipis yang tidak berstempel MUI dan tidak pula ditandatangani pejabat MUI Pusat, sebagaimana buku-buku resmi MUI lainnya.
Kedua, mengandalkan fatwa MUI Jatim. Fatwa bersifat lokal tapi dipaksakan untuk diberlakukan diseluruh Indonesia.
Ketiga, mengandalkan ucapan Imam Syafi’i rahimahullah dan Imam-imam mazhab lainnya, yang menyebutkan syiah sesat, pendusta bahkan kafir. Padahal di teks aslinya adalah rafidah, bukan syiah. Bahkan sebagian ulama Syiah sendiri menganggap sesat kelompok rafidah. Mengandalkan ayat-ayat al-Qur’an yang mereka tafsirkan sesuai dengan kepentingan mereka, dan menafikan adanya penafsiran lain yang juga absah. Mengandalkan hadits-hadits dan riwayat yang lemah, padahal tidak sedikit hadits dan riwayat shahih yang justru terdapat dalam literature muktabar Ahlus Sunnah sendiri yang menjustifikasi kebenaran mazhab Syiah. Seperti hadits 12 khalifah, hadits Gadir Khum, hadist Ashab al Kisa, hadits sujud diatas tanah dan seterusnya.
Keempat, mengandalkan fatwa ulama-ulama Saudi atau ulama-ulama yang berafiliasi pada mazhab yang berkembang di Saudi. Padahal ulama-ulama lain juga punya fatwa, utamanya ulama-ulama al Azhar Mesir yang menyebutkan Syiah adalah mazhab sah dalam Islam.
Kelima, mengandalkan kesepakatan 200 orang yang berkumpul di Bandung dan kota lainnya, yang katanya kesemuanya adalah ulama yang telah mendeklarasikan ANAS, Aliansi Nasional Anti Syiah dan menyerukan kesesatan dan kekafiran Syiah. Sementara Risalah Amman di Yordania ditandatangani kurang lebih 500 ulama Sunni dan Syiah dan menyepakati mazhab-mazhab yang sah dalam Islam termasuk Syiah.
Keenam, mengandalkan ucapan ulama-ulama dan tokoh-tokoh Indonesia yang anti Syiah termasuk tokoh NU dan Muhammadiyah. Padahal ulama dan tokoh-tokoh Indonesia yang mengakui keberadaan Syiah sebagai mazhab Islam jauh lebih banyak, lebih populer dan lebih tinggi dari sisi keilmuan, ketawadhuan, pengalaman, kharismatik dan posisi jabatan strukturalnya, bahkan lebih banyak karya-karyanya. Diantara mereka ada Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ketua Umum MUI Pusat, Ketua Umum PB Nahdatul Ulama, pejabat Kementerian Agama, Rektor dan guru-guru besar UIN se Indonesia dan seterusnya, bahkan mereka telah berkali-kali mengunjungi Iran yang dikenal sebagai pusat pendidikan mazhab Syiah dan berdialog dengan ulama-ulama besar Syiah.
Sementara yang anti Syiah, mengandalkan buku-buku anti Syiah yang ditulis oleh penulis-penulis Indonesia yang tidak pernah mengunjungi langsung pusat pendidikan Syiah di Qom dan di Najaf, tidak pernah menghadiri majelis ulama-ulama Syiah dan tidak pernah pula melakukan dialog langsung dengan satupun ulama marja Syiah. Jadi wajar kalau kesimpulan yang diambil malah bias, dan tidak obyektif.
Ketujuh, mengandalkan konflik di Suriah, bahwa rezim Bashar Asad yang Syiah telah melakukan pembantaian dan pembunuhan keji kepada rakyatnya yang Ahlus Sunnah. Padahal kenyataannya, Suriah malah memberikan pengungsian kepada warga Palestina yang Ahlus Sunnah di camp Yarmouk, mengizinkan pendirian kantor HAMAS di Damaskus yang di Indonesia saja dilarang dan berkali-kali melakukan kontak senjata langsung dengan militer Israel.
Dan terbukti pula, bahwa kelompok-kelompok militan yang melakukan agresi ke Suriah dan hendak menjatuhkan Bashar Asad adalah kelompok-kelompok teroris, yang bahkan dengan bangga memamerkan aksi-aksi kekejiannya lewat video-video amatir. ISIS telah difatwakan oleh ulama bahkan termasuk ulama Arab Saudi sendiri sebagai kelompok yang telah keluar dari Islam.
Kedelapan, mengandalkan buku, “Mengapa Saya Keluar dari Syiah” karya Sayyid Husain Musawi. Katanya penulisnya adalah ulama Syiah dan keturunan Ahlulbait, tapi tidak disebutkan silsilahnya, orangtuanya, guru-muridnya, murid-muridnya, bahkan karya-karyanya kecuali buku tipis 153 halaman tersebut. Padahal sudah menjadi kelaziman kesemuanya itu harus disebutkan dalam catatan biografi seorang ulama. Bahkan pada penjelasan dalam bukunya dia memperkenalkan diri sebagai seseorang yang memiliki kedudukan istimewa disisi Imam Khomeini, dan juga pernah ketemu dengan Sayid Daldar Ali penulis kitab Asas al-ushul, ulama Syiah abad 19 yang 100 tahun sebelumnya telah wafat sebelum penulis buku ini lahir.
Buku ini edisi terjemahan bahasa Indonesia pertama kali diterbitkan tahun 2002, dan masih juga diandalkan sampai sekarang [sudah 12 tahun, mestinya ada ulama Syiah lain yang juga terpengaruh dan keluar dari Syiah, atau minimal mantan murid-muridnya], meski telah mendapatkan bantahan dan telah dibuktikan kedustaannya. Di Timur Tengah sendiri buku ini tidak laku, dan tidak lagi mengalami proses naik cetak secara resmi, kecuali dicetak secara indie, untuk mengelabui masyarakat awam.
Kesembilan, mengandalkan foto-foto editan, kisah-kisah palsu dan berita-berita bohong. Diantara foto editan yang paling sering diandalkan adalah foto prosesi pemakaman Imam Khomeini yang katanya kain kafan dan mayatnya sampai tercabik-cabik dan dipermalukan. Foto ini dibantah dengan video prosesi pemakaman jenazah Imam Khomeini, yang bahkan pada hari H-nya disiarkan secara live di seluruh dunia. Kisah palsu yang diandalkan adalah kisah pertemuan Syaikh Ahmad Deedat dengan ulama-ulama Syiah di Iran, setelah Kisah Pasien Terakhir tidak lagi bisa diandalkan karena telalu vulgar kepalsuannya.
Syaikh Ahmad Deedat tidak tanggung-tanggung dibawa-bawa untuk menjadi aktor sebuah drama palsu. Padahal kisah tersebut, caplokan dari kitab “Munazharat fil-Imamah” Juz ke-3, karya Syaikh Abdullah Al-Hasan. Adapun judul asli dari kisah itu adalah, “Munazharat Ats-Tsaminah wa Khamsun: Munazharat Al-‘Allamah Hilli Ma’al ‘Ulama Al-Madzahib Al-Arba’ah bi Mahdhar-i Syah Khuda Bandeh” yang artinya Perdebatan yang ke-58: Perdebatan Allamah Hilli bersama Para Ulama Empat Mazhab dengan Kehadiran Syah Khuda Bandeh. Tapi kemudian, dengan mengatasnamakan Syaikh Ahmad Deedat rahimahullah, kisah itu diputar balikkan.
Syaikh sendiri pernah ke Iran tanggal 3 Maret 1982, justru bukan untuk berdebat tapi menyampaikan pidato yang menegaskan pentingnya persatuan Islam, begini diantara kutipannya:
“Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima saudara Syiah sebagai mazhab kelima? Hal yang mengherankan adalah dia (Syiah) mengatakan kepada Anda bahwa dia ingin bersatu dengan Anda. Dia tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Dia berteriak “Tidak ada Sunni atau Syiah, hanya ada satu hal, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah”. Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah kita. Bisakah Anda membayangkan, kita Sunni adalah 90% dari muslim dunia dan 10% adalah Syiah yang ingin menjadi rekan saudara satu iman tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka yang seharusnya ketakutan.”
Download Pidato: http://www.inminds.com/ra/deedat.ra
Cuplikan Video Youtube: http://www.youtube.com/watch?v=6kJB72972Q8)
Kalau berita-berita bohong, terlalu banyak yang harus diklarifikasi. Mereka membuat-buat dan menyebarkannya dengan begitu ringannya seakan-akan kelak tidak dimintai pertanggungjawaban. Wallahu al Mustaan.
Kesepuluh, mengandalkan , fitnah, prasangkaan, kecurigaan, kebencian, fanatisme buta, umpatan, kata-kata kasar dan ancaman bunuh. Ketika semua fakta telah diajukan, argumentasi telah diberikan, hujjah telah dipaparkan, dan bukti-bukti tidak lagi bisa mereka bantah, maka mereka akan mengandalkan kebencian untuk tetap menunjukkan permusuhan.
Kata-kata laknat, makian, umpatan dan ancaman mati menjadi santapan sehari-hari bagi mereka yang diklaim Syiah. Argumentasi apapun yang diberikan, mental dihadapan mereka, dengan alasan Syiah itu pendusta, pembohong dan tidak layak untuk dipercaya dan didengar kata-katanya. Buku-buku penulis Syiah, hatta itu bukan tema keagamaan tetap harus diwaspadai, dicurigai dan sangat membahayakan bagi mereka. Mereka bahkan sampai repot-repot untuk membuat list daftar buku-buku Syiah yang harus dijauhi dan terlarang untuk dibaca.
Mereka menyebar fitnah, Syiah al-Qur’annya beda, melakukan praktik nikah mut’ah meskipun dengan istri orang lain, meski tanpa izin wali dan tanpa membutuhkan masa iddah, melaknat dan mencaci maki sahabat dan istri-istri Nabi, pendusta dan melukai diri dengan berdarah-darah di hari Asyura. Ini semua sudah dibantah dalam banyak tulisan-tulisan ulama dan cendekiawan syiah.
Intinya, kalau bukan muslim, mengapa mereka yang Syiah tetap dibolehkan memasuki Haramain?, sementara konsideran agama kita jelas, bahwa orang-orang kafir dan musyrik diharamkan untuk memasuki Haramain. Syiah bahkan diberikan izin dan perlakuan khusus untuk bisa menjalankan tradisi-trasisi khas mereka di tanah haram pada musim haji dan umrah.
Sumber mereka buku-buku anti Syiah, akun-aku n palsu di Twiter dan Facebook, video-video yang tidak jelas sumbernya di Youtube, ceramah-ceramah ulama Syiah yang tidak muktabar dan mengorek-ngorek fatwa-fatwa ulama Syiah tempo dulu yang sudah tidak berlaku.
(Syiah-Menjawab/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email