Pesan Rahbar

Home » » Koran Independent Sebut 20 Juta Muslim Syiah Arbain di Karbala Meski Terancam ISIS

Koran Independent Sebut 20 Juta Muslim Syiah Arbain di Karbala Meski Terancam ISIS

Written By Unknown on Friday 25 November 2016 | 12:57:00

Puluhan juta Muslim Syiah telah mengambil bagian dalam salah satu pawai terbesar di dunia, mempertaruhkan hidup mereka untuk ziarah dengan melakukan perjalanan long-march sepanjang jalan Irak mulai dari Masjid Imam Ali as hingga Karbala dalam memperingati 40 hari Syahidnya Imam Hussein as, cucunda Nabi Muhammad SAW, seorang martir Muslim paling masyhur. (Dok: syiahnusantara.com)

Puluhan juta Muslim Syiah telah melakukan ziarah terbesar di dunia di Karbala, Irak yang beresiko dengan mempertaruhkan hidup mereka. Ziarah dilakukan dengan perjalanan sepanjang jalan Irak mulai dari Masjid Imam Ali as hingga Karbala yang membentuk long-march untuk memperingati 40 hari syahidnya Imam Hussein as, cucunda Nabi Muhammad saw.

Koran Independent dalam beritanya, Kamis 24 November 2016 sebagaimana dilansir oleh syiahnusantara.com menuliskan, disebut beresiko karena malam prosesi ini mereka mempertaruhkan jiwa karena adanya kemungkinan serangan ISIS yang mendadak.

Para Peziarah memenuhi jalan menuju kota Karbala, 62 mil selatan barat Baghdad, pada hari Minggu dan Senin untuk peringatan yang mereka sebut Arbain, yang menandai akhir masa berkabung 40 hari setelah Asyura atau kematian cucu Nabi Muhammad yakni Imam Hussein..

Mereka mengunjungi tempat-tempat suci Imam Hussein dan saudaranya Abbas di Karbala, di mana mereka telah menjadi martir atas kezaliman yang dilakukan oleh Penguasa Bani Umayyah, Raja Zalim bernama Yazid anak dari Muawiyah pada abad ke-7 ketika mereka menolak untuk membaiat Yazid.

Nusayyef al-Khattabi, yang mengepalai dewan provinsi Karbala, mengatakan ia memperkirakan jumlah total pengunjung selama berlangsungnya Arbain berkisar “antara 17 juta dan 20 juta”. Di antaranya adalah sekitar tiga juta orang asing, yang terdiri dari warga Iran, Malaysia, Indonesia, dan berbagai wilayah belahan dunia.

Banyak yang memilih untuk melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, meskipun jalan yang dilalui ini dekat wilayah yang dikuasai ISIS dan kelompok ekstrimis lainnya yang sering melakukan serangan mematikan dengan melakukan pengeboman dan bom bunuh diri.

20 Juta Peziarah Longmarch sejauh lebih dari 300 km dari Najaf ke Karbala (Foto: independent.co.uk)

Islam Radikal telah menganggap bahwa Muslim Syiah kafir dan telah menjadi target mereka untuk dibunuh halal-darahnya sebagai representasi kekhalifahan garis keras di Irak dan Suriah.

Skala besar operasi keamanan, melibatkan lebih dari 24.000 tentara dan polisi, yang diberlakukan selama Maret tahun ini karena kekhawatiran gangguan dari teroris ISIS dan di sekitar benteng besar terakhir kelompok ini di Mosul yang mungkin berusaha untuk menyerang Baghdad atau Karbala selama Arbain.

Karbala, sekitar 50 mil, selatan barat Baghdad, gurun Anbar, sebuah provinsi yang luas yang sampai saat ini merupakan benteng ISIS dan di mana jihadis jahat masih sering melakukan serangan.

Pekan lalu, seorang pembom bunuh diri menewaskan enam orang di dekat Karbala dalam serangan yang diklaim oleh apa yang disebut Negara Islam ISIS.

Salah seorang peserta, Jaber Kadhem Khalif mengatakan: “Saya datang berjalan dari Basra dengan istri dan tiga anak-anak. Ini adalah ketiga kalinya kami mulai berjalan 13 hari yang lalu dan mencapai Karbala pada hari Minggu malam.”

Peserta berusia 40 tahun itu mengatakan akan pergi ke kelompok paramiliter Hashed al-Shaabi yang memiliki puluhan ribu orang dikerahkan di garis depan untuk melawan ISIS.

Peserta lain seorang perempuan yang bernama Umm Ali datang tanpa suaminya, diiringi oleh pasukan keamanan di lini depan.

“Saya datang dengan anak saya dan dua anak perempuan. Saya datang dari Samawa ke Najaf dengan mobil, kemudian dari Najaf ke Karbala dengan berjalan kaki, untuk memohon doa dan keselamatan suami bagi saya,” katanya.

“Kami meminta Tuhan untuk mendukung kami melawan anggota Daesh [ISIS], untuk membantu kami membebaskan Mosul dan mendesak politisi kita untuk mengingat orang-orang yang telah begitu banyak menjadi korban.” kata wanita 45 tahun itu,” kata perempuan 45 tahun itu.

Peserta Long March Arbain mulai dari bayi dalam gendongan hingga orang-orang tua renta (Foto: independent.co.uk)

Ziarah Arbain disebut Independent sebagai salah satu ziarah terbesar di dunia – itu jauh lebih besar daripada haji ke Mekah di mana sekitar 1,5 juta orang ambil bagian – itu sebagian besar masih tidak diketahui di Barat.

Panitia prosesi Arbain tahunan ini mengungkapkan tentang kekecewaan mereka atas kurangnya liputan acara dari media mainstream.

Mohammed Al-Sharifi, seorang relawan di acara tahun lalu, sebelumnya mengatakan kepada Independen: “Saya pikir alasan media mainstream tidak perduli adalah karena saya menganggapnya ritual ini tidak cukup menarik untuk dijual. Ternyata cukup menarik untuk diliput. “

“Sayangnya [beberapa]media telah memutarbalikkan fakta dengan menyampaikan berita yang justru dapat memecah belah Umat Islam. Jika sekelompok Muslim melakukan sesuatu yang baik, itu tidak diliput atau jika diliput namun sisi baik agama mereka tidak disebutkan. Tapi jika seseorang melakukan sesuatu [negatif], itu akan menjadi halaman depan dan agama mereka disebutkan sebagai sesuatu yang buruk. “

(Independent/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: