Dalam foto ini dirilis oleh kantor berita resmi Suriah, SANA, tentara Suriah berkumpul di sekitar bendera nasional Suriah di Palmyra, Suriah, 27 Maret 2016. (Foto: AP)
Militer Suriah telah mengumumkan gencatan senjata nasional pada tengah malam, untuk meningkatkan upaya-upaya diplomatik yang bertujuan mengakhiri kekerasan Takfiri di negara Arab.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara Suriah SANA, tentara Suriah mengatakan gencatan senjata, mulai berlaku pada 0000 GMT pada tanggal 30 Desember, namun tidak termasuk teroris Takfiri Daesh dan kelompok teror Fateh al-Sham serta afiliasinya.
“Komando Tentara dan Angkatan Bersenjata Kamis (29/12/16) menyatakan penghentian menyeluruh permusuhan di seluruh wilayah Republik Arab Suriah dimulai pada pukul 00:00 pada 30/12/2016 didasarkan atas kemenangan dan kemajuan yang dicapai oleh pasukan bersenjata Suriah di berbagai front, ” dalam pernyataan tersebut.
“Gencatan senjata ini datang dengan tujuan untuk menciptakan situasi yang cocok untuk mendukung usaha politik atas krisis di Suriah,” tambahnya.
‘Kesempatan nyata untuk mengakhiri pertumpahan darah’
Kemudian pada hari itu, Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Muallem memuji kesepakatan gencatan senjata sebagai “kesempatan nyata” untuk penyelesaian politik atas krisis mematikan yang melanda negaranya sejak awal 2011.
“Ini adalah tugas dari faksi-faksi (kelompok militan) yang telah menandatangani untuk menjauhkan diri dari dan menyatakan bahwa mereka tidak terkait dengan Front Nusra atau Daesh,” katanya dalam sebuah wawancara yang disiarkan langsung di televisi pemerintah.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Damaskus dan kelompok militan yang didukung asing telah mencapai kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Moskow dan Ankara.
Putin mengatakan perjanjian itu akan diikuti oleh pembicaraan damai antara pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad dan oposisi yang didukung asing.
Presiden Rusia juga mengumumkan Moskow secara teratur akan menurunkan kehadiran militernya di Suriah menyusul penghentian permusuhan.
“Saya setuju dengan usulan dari Kementerian Pertahanan untuk pengurangan kehadiran militer kami di Suriah,” kata Putin dalam komentar yang disiarkan televisi.
Moskow akan terus mendukung Assad dan “memerangi terorisme internasional di Suriah,” katanya, menambahkan bahwa militer Rusia akan mempertahankan kehadirannya di pangkalan udara di provinsi Latakia dan fasilitas angkatan laut di kota pelabuhan Tartus.
Kepala negara Rusia juga mengatakan kesepakatan tersebut merupakan hasil dari upaya bersama oleh Rusia, Turki dan Iran.
“Kita tahu bahwa baru-baru ini ada pertemuan trilateral di Moskow antara para menteri luar negeri Rusia, Turki, dan Iran, di mana semua negara tidak hanya wajib untuk kontrol, tetapi juga bertindak sebagai penjamin proses perdamaian di Suriah, “kata Putin.
Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov Rusia (3 kiri), rekannya dari Turki Mevlut Cavusoglu (5 Kanan) dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif (4 Kanan) menghadiri pertemuan di Moskow pada tanggal 20 Desember 2016. (Foto: AFP)
Putin lebih lanjut mengatakan ia akan menghubungi rekan-rekan Iran dan Turki untuk membahas langkah-langkah lebih lanjut dalam proses perdamaian Suriah.
(Sana/AFP/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email