Sebanyak 75 warga Indonesia, termasuk anak-anak, ingin menyeberang ke Suriah dideportasi dari Turki.
Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) Komisaris Jenderal Suhardi Alius bilang ada sekitar 80 anak Indonesia bergabung dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Suriah.
"Dari 500-an warga Indonesia ikut ISIS di Suriah, sekitar 80 di antaranya anak-anak," kata Suhardi hari ini kepada Albalad.co di Jakarta. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut rentang usia mereka.
Anak-anak ini, menurut Suhardi, mengikuti kemauan orang tua mereka pindah ke Suriah dengan alasan berhijrah. Dia menambahkan sejatinya anak-anak terpaksa ikut.
Tahun lalu sempat beredar rekaman video di Youtube memperlihatkan lusinan orang, termasuk belasan anak, membakar paspor Indonesia mereka.
Suhardi mengakui anak-anak memang rawan terpengaruh paham radikal dan teroris. Dia mencontohkan satu keluarga pegawai Kementerian Keuangan telah dideportasi dari Turki, ditangkap saat ingin menyeberang ke Suriah, juga membawa serta istri dan tiga anaknya.
Selain lewat orang tua, dia menjelaskan radikalisme dan terorisme disebarluaskan lewat media sosial dan pendidikan. Dia menyebutkan ada sebuah PAUD (pendidikan anak usia dini) di Depok, Jawa Barat, mengajarkan paham radikal.
Suhardi mengatakan selama tahun ini sudah 75 warga Indonesia ingin bergabung dengan ISIS dideportasi dari Turki.
Jumlah mereka terus bertambah karena Turki terus melakukan operasi antiteror sejak penembakan massal di kedai kopi Reina di Kota Istanbul, 1 Januari lalu.
(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) Komisaris Jenderal Suhardi Alius. (Foto: Faisal Assegaf/Albalad.co)
Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) Komisaris Jenderal Suhardi Alius bilang ada sekitar 80 anak Indonesia bergabung dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Suriah.
"Dari 500-an warga Indonesia ikut ISIS di Suriah, sekitar 80 di antaranya anak-anak," kata Suhardi hari ini kepada Albalad.co di Jakarta. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut rentang usia mereka.
Anak-anak ini, menurut Suhardi, mengikuti kemauan orang tua mereka pindah ke Suriah dengan alasan berhijrah. Dia menambahkan sejatinya anak-anak terpaksa ikut.
Tahun lalu sempat beredar rekaman video di Youtube memperlihatkan lusinan orang, termasuk belasan anak, membakar paspor Indonesia mereka.
Suhardi mengakui anak-anak memang rawan terpengaruh paham radikal dan teroris. Dia mencontohkan satu keluarga pegawai Kementerian Keuangan telah dideportasi dari Turki, ditangkap saat ingin menyeberang ke Suriah, juga membawa serta istri dan tiga anaknya.
Selain lewat orang tua, dia menjelaskan radikalisme dan terorisme disebarluaskan lewat media sosial dan pendidikan. Dia menyebutkan ada sebuah PAUD (pendidikan anak usia dini) di Depok, Jawa Barat, mengajarkan paham radikal.
Suhardi mengatakan selama tahun ini sudah 75 warga Indonesia ingin bergabung dengan ISIS dideportasi dari Turki.
Jumlah mereka terus bertambah karena Turki terus melakukan operasi antiteror sejak penembakan massal di kedai kopi Reina di Kota Istanbul, 1 Januari lalu.
(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email